by tri lokon
Kau memberiku jalan ke setapak
Dan aku melewatinya tanpa jejak
lewat sebuah jembatan yang retak
di bawahnya air sungai mengalir sesak.
Kau memberiku waktu ke langit biru
Dan aku mengepakkan sayap-sayapku
berharap pada bintang biru, singgahlah
Untuk sebuah rindu, di saat hati kelam.
Kau memberiku sebuah ruang damba
Dan aku menghiasinya dengan sejuta lagu asa
untuk semakin sepi kita makin luruh di hati
Dan hidup itu bukan mencari luka duka.
Kau memberiku sepotong telaga warna
Dan aku berlayar dengan sampan dalamnya desah
Dari ujung dermaga hingga laut basah senja
Di situ mari kita labuhkan, labuhkan resah agar bahagia.
Kau serahkan sepotong puisi pagi sebuah
aku santap dengan secangkir kopi
dari bibir tipis kau racik kata benci
agar cinta terputus rinci,
di sudut hati.
Antara kau dan aku
tetap ada sepi
hingga mati.
01 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H