[caption id="attachment_254221" align="alignnone" width="600" caption="Jalan Setapak Pinggir Danau Linow (dok.pri)"][/caption]
Sejarah, kekayaan material geologis dan keindahan alam Danau Linow (seluas 34 hektare) serta masa depan pengembangan kepariwisataan, telah menjadi magnet bagi para investor. Danau berwarna ini memiliki potensi geologis geothermal berupa tanah vulkanik belerang, sumber air panas dan uap serta ekosistem yang dihuni oleh belibis liar, sayok dan komo, bangau, dan berbagai jenis ikan. Pohon-pohon pinus dan kebon Nanas yang tumbuh subur di sekitar Danau, juga melengkapi indahnya danau ini.
Selain Dinas Pariwisata Tomohon dan propinsi Sulut, kini tercatat ada tiga investor yang mengelola sumber daya alam danau Linow itu menjadi lahan yang menggiurkan untuk pengembangan ekonomi kreatif. Betapa tidak. Danau Linow itu salah satu ikon destinasi wisata unggulan Sulut yang tak dilewatkan oleh wisnu (wisatawan nusantara) dan wisman (wisata mancanegara).
[caption id="attachment_254222" align="alignnone" width="600" caption="Dibuat Dermaga Untuk Sepeda Air, Kayak dan Kano (dok.pri)"]
Ketiga investor itu adalah Katrin Weise, warga Jerman, Korompis Wewengkang yang selain berinvestasi di dunia pendidikan lewat Kampus Losnitonya, juga memiliki aset wisata di tempat lain seperti Pulau Lihaga, Arum Jeram Timbukar, Bukit Doa Mahawu, Pantai Kema, Bukit Salib Warembungan. Pengelola ketiga adalah msyarakat Kelurahan Lahendong di bawah pengawasan Dinas Pariwisata Tomohon.
Jika ditilik dari kepemilikan tanah sekitar bibir pantai Danau Linow, kemungkinan datangnya investor baru masih terbuka lebar. Saya mendengar ada beberapa pejabat pemerintah dan pengusaha memiliki sebagian tanah di sekitar Danau Linow.
[caption id="attachment_254223" align="alignnone" width="300" caption="Daftar Harga"]
Mengapa Danau Linow kini dilirik oleh banyak investor? Pasti ada udang di balik batu. Maksudnya, potensi untuk pemanfaatan sumber daya alam akan mampu menjadi pundi-pundi bagi kesejahteraan rakyat setempat di samping pemanfaatan untuk keperntingan pendidikan.
Sejak tahun 2006, Korompis Wewengkang memperkenalkan kepada publik bahwa di bibir pantai Danau Linow telah tersedia Koffie Kafe dan gasebo-gasebo untuk tempat minum makan bagi para pengunjung sambil menikmati pamdangan danau yang warna airnya berubah-rubah seiring dengan datangnya cahaya matahari.
[caption id="attachment_254224" align="alignnone" width="600" caption="Koffee Kafe (dok.pri)"]
Karakter Danau ini memang secara geologis unik dan khas. Keluarnya gelembung-gelembung air panas di pinggiran danau, menambah indahnya danau sulfur ini. Konon, terbentuknya danau Linow berasal dari lubang kawah Pegunungan Masarang. Jejak tapak aktifitas geologis di danau ini masih terlihat jelas di titik-titik sumber air panas dan belerang yang masih mengepulkan asap putih dan bau belerang yang menyengat.
Konsep sinergitas alam bangunan dan spiritual diterapkan di lokasi yang dikelola oleh Korompis sehingga tak sedikit yang memanfaatkan untuk prewed, outing dan outbound oleh keluarga atau lembaga/perusahaan.
Katrin Weise, mantan dosen Antropologi UNSRAT, warga Jerman yang sudah 20 tahun menetap di wilayah Sulut, juga tertarik mengembangkan kawasan Wisata Alam Danau Linow. Dengan modal 2M, Katrin membangun kawsan wisata di sebelah Timur Danau. Di lokasinya tersedia pondok, restoran, sarana olah raga seperti Kayak, Kano dan Sepeda Air. “Ke depan saya akan membangun bak-bak mandi air panas belerang untuk pengunjung. Relaksasi dan spa air panas bumi ini mulai disukai tamu” ujar Katrin sambil membagikan brosur tempat wisatanya kepada rombongan saya.
[caption id="attachment_254226" align="alignnone" width="600" caption="Sepeda Air Keliling Danau (dok.pri)"]
Fasilitas olah raga dan wisata air yang disiapkan Katrien itu dijadikan alat untuk menyedot sebanyak-banyak pengunjung datang ke tempatnya. “Baru kali ini saya menikmati permainan sepeda air di atas air danau Linow” ujar salah seorang wisatawan dengan wajah puas.
Kedatangan dan kesediaan para investor untuk mengelola kepariwisataan di sekitar Danau Linow, membawa angin cerah bagi para pelaku wisata dan pendidikan untuk mengembangkan potensi Danau Linow sebagai “center of excellent” (pusat pendidikan dan wisata). Karena itu, munculah ide dan gagasan untuk menjadikan Danau Linow sebagai tempat Eduwisata.
Ancaman kerusakan lingkungan Danau Linow, seperti sampah, pembuangan limbah air ke danau, sudah mulai diantisipasi oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) dengan menerbitkan aturan yang mewajibkan pengelola atau investor untuk memiliki sertifikat AMDAL, menyediakan saluran pembuangan air limbah yang tidak merusak air danau.
[caption id="attachment_254229" align="alignnone" width="600" caption="Pondok Pembelajaran (dok.pri)"]
Eduwisata adalah keterperpaduan antara pendidikan dan kepariwisataan. Pengunjung yang datang ke Danau Linow bisa memanfaatkan 3B (Belajar, Berlibur, Belanja). Untuk itu, fasilitas-fasilitas yang akan dibangun di sekitar Danau adalah Linow Volcano Centre (Pusat Pembelajaran Kebumian), Linow Volcano Theatre (Pemutaran flm yang terkait dengan proses Geotermal Pembangkit Tenaga Panas Bumi) dan Pelestarian Adat istiadat Minahasa. Di sekitar Danau Linow sudah ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) yang dikelola oleh Pertamina.
[caption id="attachment_254230" align="alignnone" width="600" caption="Restoran (dok.pri)"]
Potensi “eduwisata” Danau Linow sudah de depan mata. Kini para investor menunggu dukungan dan support Pemkot Tomohon melalui “good will”nya dalam perijinan. Para siswapun menunggu realisasi eduwisata danau Linow untuk dijadikan media pembelajaran tentang kebumian (geothermal) dan kepariwisataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H