Liburan sekolah telah dimulai sejak 15 Juni yang lalu. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk refreshing menuju ke Pulau Kelor, Pulau Cipir dan Pulau Onrust, di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada hari Minggu (16/5) yang lalu. Keinginan saya untuk berwisata di kepulaun Seribu ini sudah lama terpendam di hati. Meski belum menyambangi pulau Tidung dan pulau Bidadari, saya sudah enjoy sampai ke tiga pulau itu. Lebih senang lagi saya berkenalan dengan komunitas Smartrip, komunitas traveling yang menjaring peserta lewat jejaring sosial. [caption id="attachment_260977" align="alignnone" width="600" caption="Dermaga Muara Kamal"][/caption] Sekitar jam tujuh pagi saya, Tommy Boyan dan Dwi sudah sampai di TPI Muara Kamal. Bau amis pasar ikan dan keramaian orang yang membeli ikan, menyambut kedatangan kami. Meeting point di rumah bu Haji pemilik Perahu Fajar Bone. Tak lama kemudian Fajar Bone 2 membawa 22 peserta tour menuju ke pulau melewati lautan lepas di Utara Jakarta. Fajar Bone membawa kami ke pulau Kelor, lalu pulau Cipir dan kemudian terakhir Pulau Onrust. Perjalanan tak begitu panas karena langit kelabu saat kami berangkat. Hanya sekitar 30 menit kami tiba di pulau pertama. Keramba-keramba yang dipasang di lautan menjadi pemandangan unik selepas Muara Kamal. Hilir mudik perahu nelayan membawa ikan laut hasil tangkapan menjadi pemandangan kebaharian yang jarang saya temui. Maklum sehari-hari saya berada di gunung, "Orang gunung turun ke laut nih" kata Tommy menggoda saya setelah melihat muka merah saya seperti kepiting rebus. [caption id="attachment_260978" align="alignnone" width="600" caption="Siluet:Siapkan Kamera, Tripod dan Peralatan Fotografi Lainnya"]
[/caption] [caption id="attachment_260979" align="alignnone" width="600" caption="Silahkan Hubungi di Sini Unutk Sewa Perahu"]
[/caption] Sesampainya di Pulau Kelor, ternyata sudah ada rombongan lain yang terlebih dahulu datang. Aktifitas memotret terlihat di sana-sini. Puing benteng Martello (abad 17) menjadi objek foto yang laris dimanfaatkan oleh wisatawan. Pulau Kelor juga menjadi surga bagi para pemancing ikan Kerapu Batu. Di setiap sudut pulau ini terlihat beberapa orang yang asyik sedang memancing. Indahnya pulau ini juga terlihat dari pasir putihnya yang terbentang di sisi kanan pulau. "Aku mau slow speed dulu ya" teriak Tommy saat dipanggil untuk berfoto narsis dengan saya. [caption id="attachment_260981" align="alignnone" width="600" caption="Perahu Sarat Penumpang"]
[/caption] [caption id="attachment_260982" align="alignnone" width="600" caption="Benteng Mortello di Pulau Kelor"]
[/caption] Setelah pulau Kelor kami menuju ke pulau sebelahnya yaitu Pulau Cipir atau Pulau Kayangan. "Situs ini dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya DKI" tulisan itu terbaca pada papan signages yang dipancangkan di samping gapura masuk Pulau Cipir. [caption id="attachment_260983" align="alignnone" width="600" caption="Pulau Cipir dan Reruntuhan Rumah Sakit"]
[/caption] Pulau Cipir ini dipenuhi dengan puing-puing dan setiap puing rumah ini ada papan petunjuknya seperti Rumah Sakit, Rumah Dokter, Rumah Sakit Karantina Haji (1911-1933). Membaca tulisan itu, maka pengunjung sudah bisa menebak bahwa dulu di pulau ini dibangun rumah sakit. [caption id="attachment_260984" align="alignnone" width="600" caption="Tiba di Pulau Cipir"]
[/caption] Reruntuhan rumah sakit itu kini menjadi bagian dari taman Arkeologi Onrust yang dilindungi oleh Pemerintahan DKI. Dulu Pulau Cipir dan Pulau Onrust terhubung oleh jembatan untuk mempermudah evakuasi pasien karena terjangkit penyakit menular. Jembatan penghubung itu kini sudah hancur dan tak berfungsi karena terjangan ombak. Dibandingkan dengan Pulau Kelor dan Pulau Cipir, Pulau Onrust lebih besar. Tak hanya itu banyak pohon besar tumbuh di pulau ini sehingga suasana rindang pun terasa menyejukkan. "Sejarah dan artefak peninggalan jaman VOC bisa dipelajari di museum ini" jelas Dimas, guide tour kami. [caption id="attachment_260985" align="alignnone" width="600" caption="Papan Penunjuk Sejarah"]
[/caption] "Barak Karantina Haji yang dibangun 1911 ini mampu menampung 100 jemaah haji. Ada juga bekas penjara. Sebelah Barat sana, ada pemakaman "keramat" orang Belanda seperti Maria van de. Konon Kartosuwiryo pun di makamkan di pulau ini. Ada dua warung makan di pulau ini. Tersedia juga toilet umum. Fasilitas penunjang ini tidak ada di ke dua pulau sebelumnya. Karena itu, pulau Onrust sangat ideal untuk melepas lelah dan makan bagi para wisatawan. [caption id="attachment_260986" align="alignnone" width="600" caption="Artefak Di Museum Onrust"]
[/caption] [caption id="attachment_260987" align="alignnone" width="600" caption="Informasi Sejarah"]
[/caption] Berwisata ke pulau-pulau itu selain mudah dijangkau juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan sejarah di masa lalu abad 17 ketika VOC datang untuk berbisnis di Batavia atau Jakarta. Reruntuhan bangunan di pulau itu menjadi bukti sejarah bahwa dulu di jaman VOC pulau itu sangat strategis untuk menopang kota Jakarta dari sisi dagang dan politis. Belanda memanfaatkan pulau-pulai itu untuk menahan serangan dari Portugis dan Inggris yang juga berekpansi dalam perdagangan di Asia ini. [caption id="attachment_260988" align="alignnone" width="600" caption="Kembali ke Muara Kamal Sore hari"]
[/caption] Tips
wisata ke pulau itu. Datanglah di pagi hari lalu pesanlah kapal di Muara Kamal. Kadang ada orang yang menawarkan perahu untuk mengantarnya. Banyak perahu nelayan yang digunakan untuk alat transportasi menuju ke pulau. Lebih baik, anda datang dalam rombongan. Kapasitas perahu bisa mencapai 25 orang. Sewa perahu seharian sekitar enam ratus ribu. Karcis masuk ke pulau rata-rata lima ribu. [caption id="attachment_260989" align="alignnone" width="600" caption="Kuis di atas Perahu, Berhadiah Sekeping DVD"]
[/caption] Tak usah kuatir dalam hal makan dan minum. Di pulau Onrust dan Cipir ada yang jual makanan dan minuman. Namun lebih amanya bisa membawa sendiri dari rumah. Yang suka memancing bisa juga membawa peralatan mancing atau bisa juga sewa alat pancing di pulau itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya