Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekolah Penolong Korban, Namanya Sekolah Tangguh Bencana

20 September 2012   17:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:07 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Semalam, sekitar pukul 23.00 Wita, kembali Gunung Lokon meletus dan menyemburkan abu vulkaniknya. Saya mendengar suara dentuman agak keras, meski tak sehebat pada hari Sabtu yang lalu (15/9). Dalam kondisi itu, listrik PLN padam. Saya mendapat banyak sms yang isinya komplain, mengapa dalam situasi Gunung Lokon meletus, PLN kok padam. Beking torang makin ketakutan. Saya cerita ini karena ini menyangkut keselamatan jiwa orang banyak” cerita Walikota Tomohon, Jimmy F. Eman SE, Ak saat memberikan sambutan pada acara pengukuhan sekolah siaga dan tangguh bencana. Di hadapan 300 orang yang terdiri dari para guru dan siswa sekolah dari SD, SMP dan SMA se-Kecamatan Tomohon Utara, Camat, para Lurah dan Pala Lingkungan,  Kamis siang itu Walikota dan jajaran Muspida meresmikan sekolah Tangguh Bencana dan Sekolah Siaga Bencana di Sport Hall, SMA Lokon (20/9/2012). “Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana serta pelaksanaan Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam. Pengukuhan Sekolah Siaga Bencana dan Tangguh Bencana sebagai relawan-relawan muda tangguh, untuk mampu mengantispasi bila sewaktu-waktu terjadi bencana alam Gunung Lokon” tambah Sekkot Tomohon, Bp. DR. Drs. Arnold Poli, SH, MAP dalam ceramahnya yang berjudul  Penyelenggaraan Komanda Siaga/Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Lokon di Kota Tomohon Propinsi Sulut. [caption id="attachment_206812" align="aligncenter" width="512" caption="Sosialisasi Dan Pengukuhan Sekolah Siaga dan Tangguh Bencana (Foto: dokpri)"]

13481346451262092187
13481346451262092187
[/caption] “Anda hari ini dikukuhkan sebagai guru pembina dan siswa siaga/tangguh bencana, bukan sekedar menerima rompi “orange” saja tetapi berperan sebagai relawan muda yang tangguh, dalam penanggulan dan hadapi situasi bencana alam, khususnya antisipasi meletusnya Gunung Lokon. Peran anda semua dibutuhkan dalam membimbing, mengarahkan evakuasi masyarakat korban bencana alam. Pengukuhan ini adalah yang pertama kali dilakukan di kota Tomohon.” tegas Walikota sebelum memberikan rompi orange bertuliskan “sekolah siaga bencana” dan “sekolah tangguh bencana” kepada perwakilan guru dan siswa sekolah se-Kecamatan Tomohon Utara. Pemberian dan pemakain rompi dilakukan secara simbolis oleh Walikota Tomohon, lalu berturut-turut dilaksanakan oleh Sekkot, Ketua DPRD, Kapolres, Koramil, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Kadis Diknas Tomohon. Bersamaan acara simbolis itu, hadirin serentak berdiri dan memakai baju rompi yang sudah diserahkan sebelum acara sosialisasi dimulai. Ruang Sport Hall seketika berubah menjadi warna orange khas warna penanggulangan bencana. Mengapa sekolah-sekolah dilibatkan dalam penanggulangan bencana alam itu? Adakah unsur pendidikannya atau hanya mengumpulkan para relawan bencana? [caption id="attachment_206813" align="aligncenter" width="512" caption="Mendengarkan Ceramah (Foto: dokpri)"]
13481347471133621284
13481347471133621284
[/caption] “Penduduk warga Tomohon Utara dengan 10 kelurahan, ber jumlah 36.046 jiwa.  Jika terjadi bencana alam, masyarakat dihimbau untuk melihat para relawan yang menggunakan rompi orange,  lalu ikutilah petunjuk dan arahan mereka agar terhidar dari bahaya bencana. Setidaknya jangan panik atau bingung, anda akan dituntun oleh para relawan agar terhindar dari bencana alam khususnya jika Gunung Lokon meletus seperti tadi malam” tegas Bapak Arnold Poli, Sekkot Tomohon di hadapan mereka. “Sosialisasi Pemantauan dan Penyebarluasan Informasi Potensi Bencana Alam” oleh BPBD Kota Tomohon di Sport Hall SMA Lokon siang itu mendapat tanggapan yang serius dari para peserta. Tanya jawab berlangsung seru, terutama ketika beberapa orang bertanya soal gunanya menggunakan rompi orange yang tadi dibagikan kepada para guru dan siswa. Memang, secara geografis, Tomohon terletak di dataran tinggi jazirah Sulawesi, sebagai bentukan pertemuan Lempeng Eurasia di arah Barat, Lempeng Philipina dari arah Timur Laut dan Lempeng Pasifik dari arah Timur. Sedangkan, posisi sekolah Lokon berada di sebelah Selatan dari Kawah Tompaluan. Jarak kawah dengan sekolah SMA Lokon sekitar 6-7 km (di luar dari garis berbahaya yang ditetapkan 5 km). “Akhir tahun 2011 di Jakarta, SMA Lokon telah dipilih oleh Kemendiknas sebagai sekolah “penyangga” bencana. Dipilihnya sekolah ini, bukan tanpa alasan. Sekolah ini dianggap siap dalam menyangga sekolah-sekolah lain yang berada di desa Kinilow dan Kakaskasen yang masuk dalam radius “awas”. Tujuan utamanya, menurut Diknas, adalah meski terjadi bencana proses pembelajaran harus tetap berjalan. Tak hanya proses, namun kelengkapan sarana prasarana yang dimiliki  sekolah berasrama ini menjadi pertimbangan Kemendiknas memilih SMA Lokon sebagai sekolah penyangga bencana. Kami siap membuka  dapur umum, menyediakan tempat sekolah darurat, bahkan siap untuk menampung pengungsi” cerita Bp. Fery Doringin, Kepsek SMA Lokon yang akhir tahun lalu menerima undangan Kemendiknas ke Jakarta untuk menerima bantuan alat komunikasi, tenda, transportasi untuk mobilisasi tanggap darurat bencana alam, khususnya Gunung Lokon. Istilah “Sekolah Penyangga Bencana” muncul dari Diknas. Tapi dari sisi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Tomohon, SMA Lokon ditingkatkan dari sekolah siaga bencana menjadi sekolah tangguh bencana. “SMA Lokon adalah sekolah pertama di Indonesia yang ditunjuk oleh Diknas sebagai sekolah penyangga bencana alam sekaligus sekolah tangguh bencana” tegas Pak Fery Doringin, mantan Kepsek Lokon. [caption id="attachment_206818" align="aligncenter" width="512" caption="Para Siswa Lokon, Siap Jadi Relawan (Foto: dokpri)"]
1348134894268293469
1348134894268293469
[/caption] Lebih lanjut, manajemen bencana juga disampaikan dalam kesempatan itu. Pra Bencana, Saat Bencana dan Paska bencana. Pengukuhan sekolah siaga dan tanggap bencana itu termasuk dalam kegiatan pra bencana. Termasuk menetapkan Kategori Rawan Bencana (KRB) yang terbagi Dallam dua radius. KRB I berada di radius 5 km dari kawah dengan potensi bahaya berupa lahar, banjir lahar, hujan abu tebal, hujan batu pijar. Radius satu ini mencakup 10 kelurahan di wilayah Tomohon Utara yang dihuni 28.016 jiwa. Sedangkan KRB II, radius 3,5 km berpotensi terjadi awan panas, larva pijar, lontaran material vulkanik yang panas, dihuni 8.030 jiwa mencangkup 3 kelurahan. [caption id="attachment_206820" align="aligncenter" width="512" caption="foto: dok.pri"]
1348135292719062234
1348135292719062234
[/caption] Acara itu berlangsung hingga sore. Jelang penutupan, hujan deras mengguyur meski tak lama sehingga semua peserta bisa pulang tanpa basah kena air hujan. Sumber foto: Dokumentasi Pribadi menggunakan Ipad2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun