[caption id="attachment_194102" align="aligncenter" width="500" caption="Peninggalan Barang Konferensi AA Dalam Estalase"][/caption] Ada empat museum yang masuk dalam daftar kunjungan studi tour siswa-siswi SMA Lokon yang saya dampingi di awal liburan sekolah yang lalu. Pertama, Museum Fatahilah di Jakarta Kota. Museum Geologi dan Museum Asia Afrika di kota Bandung, Yang terakhir, Museum Geoteknologi Mineral, di kampus UPN Yogyakarta. Museum Fatahilah Hari Minggu siang jelang sore (17/6), sedikit terlambat kami memasuki museum terbentuknya Ibu Kota Jakarta ini. Dalam keterbatasan waktu, petugas museum masih tampak gigih menjelaskan historitas museum ini dengan semangat dan akrab. Lebih lengkapnya, silahkan membaca tentang Museum Fatahilah sudah pernah saya tulis di sini. Catatan yang saya tinggalkan untuk museum ini adalah sampah tak bertuan di halaman museum. [caption id="attachment_194103" align="aligncenter" width="500" caption="Siswa Mendengarkan Penjelasan dari Petugas Museum"]
[/caption] Museum Geologi Pagi itu (18/6), selepas breakfast di hotel tempat menginap, bus pariwisata berkapasitas 40 tempat duduk, meluncur ke Museum Geologi dekatan Gedung Sate. Saat itu masih pagi, pintu gerbang museum belum dibuka. Tampak para petugas museum sedang apel pagi. Tak hanya kami yang menunggu pintu dibuka, rombongan sekolah lainnya pun sudah bersiap-siap di pagar pintu. [caption id="attachment_194104" align="aligncenter" width="500" caption="Foto Dok. Pribadi"]
[/caption] Seorang petugas mengantar kami dan menjelaskan banyak hal terkait dengan awal terjadinya bumi, dan awal kehidupan manusia. Untuk makin meyakinkan, kami diajak masuk ke ruang gelap untuk menonton film dokumenter tentang awal mula bumi terbentuk. Sepanjang kunjungan ke museum itu, yang paling diminati adalah display binatang purba. Saat saya tanya kenapa suka, salah satu siswa bilang persis seperti dalam film Dinosaurus. Bukan soal pelajaran yang diingat tetapi film yang merasuki benaknya. Yang saya catat, interaksi dan transformasi informasi kekayaan museum sebagai bahan pembelajaran bagi siswa, rasanya belum dikelola dengan baik. Misalnya, saat itu tak ada brosur yang dibagikan kepada pengunjung, kerumunan siswa lebih dari satu rombongan membuat tidak efektif petugas yang sedang menjelaskan. Pengaturan arus pengunjung, terkesan dibiarkan masuk sebanyak-banyak tanpa bergiliran. Di museum ini rasanya kok cuma mampir lewat ya? [caption id="attachment_194105" align="aligncenter" width="500" caption="Penjelasan Historisitas Konferensi Asia Afrika di Ruang Sidang"]
[/caption] Museum Asia Afrika Selesai kunjungi museum Geologi, kami berpindah tempat ke museum Asia Afrika. Begitu masuk museum AA ini, udara sejuk AC terasa sekali. Oleh petugas kami langsung diarahkan ke ruang konferensi para delegasi negara Asia dan Afrika yang masih tampak orisinil seperti semula. Saat kami duduk di ruang siding itu, tampak berjejer rapih bendera-bendera peserta Konferensi Asia-Afrika. Di ruang besar itu, mendengarkan sejarah museum AA menjadi suguhan awal kunjungan kami ke museum. Dikisahkan bahwa museum AA juga menjadi tempat pelantikan Gubenur dan wakil Gubenur Jawa Barat sekarang ini. Setelah selesai menyerap sejarah museum, kami berfoto bersama dengan background bendera-bendera negara peserta konferensi Asia Afrika. [caption id="attachment_194106" align="aligncenter" width="500" caption="Foto Dok.pri"]
[/caption] Diorama, foto-foto, tulisan-tulisan penting serta barang-barang antik peninggalan konferensi AA dulu terpajang dengan rapih dan menarik. Saya melihat seorang siswa sedang mengangkat telpon dan begitu serius mendengarkan suara yang terdengar dari gagang telpon. Rupanya ketika telpon antik itu diangkat, terdengar narasi tentang sejarah konferensi AA. Menonton film dokumenter tentang suasanan konferensin AA, yang berdurasi 10 menit, di ruang audio visual, makin menambah pembelajaran kami tentang sejarah Konferensi International dari berbagai negara Asia Afrika di museum ini. [caption id="attachment_194107" align="aligncenter" width="500" caption="Museum GMT UPN Yogyakarta"]
[/caption] Museum Geoteknologi Mineral (GTM) Kamis siang (21/6) kami ke museum Geoteknologi di Kampus UPN Yogyakarta Babarsari. Ruang yang terbatas dan udara yang gerah, membuat siswa kurang begitu nyaman mendengarkan informasi yang disampaikan. Padahal kajian ilmu
geologi dan pertambangannya sebenarnya sangat bermanfaat dipelajari. Salah satunya soal terjadinya letusan gunung berapi, mengingat kami berada di daerah rawan bencana letusan Gunung berapi Lokon. Estalase tentang bebatuan mulai dari kayu yang membatu hingga gunung berapi serta pertambangan mineral seperti emas dapat diperoleh di museum GMT ini. Mencermati sajian museum ini, kami semakin paham tentang kekayaan alam Indonesia dari berbasis bebatuan. Khusus untuk siswa Papua, mereka tampak serius memperhatikan proses pertambangan batu bara dan emas. [caption id="attachment_194108" align="aligncenter" width="500" caption="Kegempaan Bumi"]
[/caption] Saya sempat berpikir, seandainya museum ini ditata lebih modern dan memikat hati, saya yakin para siswa dari Indonesia Timur akan berdatangan untuk menimba ilmu, seperti rombongan kami ini. Catatatan Eduwisata Dari ke empat museum yang kami kunjungi, Museum Asia Afrika yang terbaik. Mengapa? Selain ruangannya lega juga tampak dikelola secara profesional sehingga membuat betah rombongan siswa yang berwisata untuk menimba ilmu. [caption id="attachment_194109" align="aligncenter" width="500" caption="Manusia Purba"]
[/caption] Museum GTM dari sisi ilmu pertambangan mineral sudah lengkap, tapi kenyamanan, pelayanan dan fasilitas bagi pengunjung perlu diperhatikan. Soal sampah dan kebersihan di lokasi museum, terutama museum Fatahilah, masih dilematis antara kebiasaan “buruk” manusia Indonesia membuang sampah dengan ketersediaan tempat sampahnya. [caption id="attachment_194110" align="aligncenter" width="300" caption="Replika Diorama Konferensi Asia Afrika"]
[/caption] [caption id="attachment_194111" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Geoteknologi Mineral UPN"]
[/caption] Semoga museum-museum di Indonesia makin diperhatikan dan dikelola dengan lebih modern sehingga generasi muda tak hanya datang untuk rekreasi saja tetapi
edukasi dan study tournya tercapai juga. [caption id="attachment_194112" align="aligncenter" width="300" caption="Binatang Purba"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya