[caption id="attachment_187461" align="aligncenter" width="600" caption="Si Cantik Caterpillar ini, Tersipu Malu"][/caption]
Bagi laki-laki, ketika berjumpa dengan “si cantik Caterpillar”, ada dua sikap. Membunuhnya atau melototinya karena kemolekan si caterpillar yang menggoda hati. Berbeda dengan kaum perempuan. Sekali lihat pasti menjerit lari terbirit-birit atau bahkan mencibirnya sedemikian rupa supaya “ring of fear”-nya (rasa takut) berada dalam batas aman.
Mengapa si cantik caterpillar disikapi begitu? Awal mula saya merasa wajar-wajar saja. Begitulah sifat manusia, jika rasa amannya diganggu maka ia tak segan-segan ia akan brutal hingga membunuh lawannya sebagai bentuk “mechanism defence”. Atau upaya mempertahankan diri demi keamanan dan keselamatan diri.
[caption id="attachment_187462" align="aligncenter" width="600" caption="Tubuhnya Memang Molek"]
Suatu hari Minggu, saya mencoba memanfaatkan waktu luang di pagi hari untuk refreshing gaya saya sendiri. Kepenatan dan kesibukan sehari-hari saat menekuni pekerjaan membuat niat saya untuk melakukan penyegaran ala pribadi. Murah namun bermanfaat. Sekaligus melatih diri seperti ujian pratek karena sudah terlalu banyak menimba teori dan cerita dari teman-teman.
Minggu pagi itu selepas jam delapan pagi, satu tas punggung sudah siap menemani saya. Menggunakan sepatu olah raga, celana pendek, kaos lengan panjang, topi, saya lalu keluar rumah menuju ke hutan di belakang rumah. Oh ya, dalam tas punggung, selain air mineral, juga saya isi dengan peralatan kamera dan pelengkapnya termasuk flash.
[caption id="attachment_187463" align="aligncenter" width="333" caption="Bulu-bulunya seperti Baju Wol Selebriti"]
Cuaca cerah. Sinar mentari pagi masih terasa hangat di badan. Saya pun berangkat. Tak kurang dari setengah jam perjalanan, saya berhenti di pinggir hutan Mahawu.
Tampak garis-garis putih di sela-sela pohon hutan akibat lighting matahari, begitu mempesonanya sehingga saya pun berhenti untuk mengabadikan momen ini. Saya tahu lanskap ini tak begitu lama akan hilang. Tetapi untuk mendapatkan efek sinar pagi yang menembus di sela-sela pepohonan, tidak mudah. Perlu ada settingan khusus pada kamera. “Inilah saatnya, ilmu dan saran dari teman-teman saya pratekkan” batin saya sambil sedikit galau karena pratek lebih susah daripada teori.
Kemudian saya masuk ke hutan mengikuti jalan setapak atau masyarakat bilang jalan roda. Rumput ilalang setinggi lutut mewarnai perjalanan, di samping mendengar secara alami suara burung dan serangga hutan lainnya.
[caption id="attachment_187464" align="aligncenter" width="600" caption="Bunga Phayus, Anggrek Hutan Yang Tumbuh Liar"]
Saat berjalan saya ingat nasehat teman saya Pak Wied yang mengatakan, “Kalau mau berumur panjang hingga 100 tahun, maka selain olah raga rutin juga menjaga asupan makanan sehari-hari. Karena itu, saya sering berkoar-koar kemana-mana tentang asupan makanan dan minuman sehat alami serta organik”.
Lho apa hubungannya dengan refreshing saya pagi ini? Ha ha ha perut saya mulai keroncongan. Saat seperti di hutan ini, ingatan menu sehat alami itu menggoda di benak saya. Di hutan ini Sang Pencipta memang maha adil. Menyediakan semua kebutuhan mahkluk hidup agar bisa bertahan dan secara ekosistem melangsungkan dan meneruskan penciptaan secara alami. Saya pun tak habis pikir seandainya hutan yang saya pakai untuk refreshing ini dibabat habis hingga gundul.
Di saat pikiran saya melayang-layang itu, tiba-tiba saya menghentikan langkah saya. Persis di depan saya bergantungan seekor ulat berbulu lebat. Wouw, ulat gatal ini. Demikian reaksi saya spontan sambil ingat dulu sewaktu kecil selalu diteriaki sama orang tua, “awas itu ulat berbahaya, racunnya bisa bikin merah-merah gatal sekujur tubuh. Pergi jauh sana kalau mau main!!”
[caption id="attachment_187465" align="aligncenter" width="600" caption="Masih ada yang takut atau jijik melihat si cantik Caterpillar ini"]
Sejak kecil peringatan akan bahaya racun ulat bulu sudah ditanamkan di benak saya dengan sukses. Maka, secara reflek badan saya menjauh dan menimbulkan niat dalam hati kalau bisa disingkirkan saja demi keselamatan diri. Tapi urung juga untuk membiarkan begitu saja. Singkat kata, ulat dalam bahasa aslinya di sebut Caterpillar, akhirnya saya foto bak model yang berlenggak-lenggok di atas karpet merah. Bulu-bulunya yang beraneka warna dan tubuhnya yang mungin terpadu serasi dengan kepala merahnya, makin membuat saya jatuh cinta. Banyak frame sudah saya habiskan karena jatuh cinta pada si cantik Caterpillar ini.
Saya makin bersemangat menembus hutan untuk melanjutkan hunting foto alam dan lanskap. Menemukan anggrek hutan yang tumbuh di antara ilalang, makin merefresh diri saya. Bunga anggrek hutan ini oleh masyarakat setempat disebut Phayus. Karena tumbuh banyak di hutan di kakai Gunung Mahawu dan perbukitan lain di Tomohon, maka bunga jenis angrek hutan ini sempat meroket menjadi “maskot” kota Tomohon beberapa tahun lalu. Puncaknya, pada acara TOF (Tomohon of Flowers) iven international yang dibuat meriah dan spetakuler seperti Pasadena Tournament of Roses di California USA. Bulan Agustus 2012 ini akan dibuat untuk ke sekian kalinya di Tohomon.
Si Cantik Caterpillar dan bunga Phayus memang menarik perhatian saya sepulangnya refreshing (Mahawu Jungle Trekking) di hari Minggu pagi itu. Setelah sampai di rumah, saya pun berburu keterangan tentang si Cantik Caterpillar itu di internet.
[caption id="attachment_187466" align="aligncenter" width="333" caption="Bulu-nulu yang indah tapi berbahaya"]
Kesimpulannya, meski dia cantik molek dan elok rupawan, namun Caterpillar atau ulat bulu yang saya temukan tadi termasuk 10 jenis ulat berbahaya dan mematikan bagi manusia jika terkena infeksi gara-gara bulunya masuk ke pori-pori kulit. Ke-10 jenis ulat yang berbahaya itu adalah The Saddleback Caterpillar, The Cinnabar Moth Caterpillar, The Monarch Catepillar, The Gypsy Moth Caterpillar, The Bag Shelter Caterpillar, The Puss Caterpillar, The Shinging Rose Caterpillar, The Hickong Tussock Caterpillar, The Ia Moth Caterpillar dan The Spinny Oak Slug Caterpillar.
Ulat bulu hutan Mahawu itu kalau tidak salah termasuk jenis ulat antara The Gipsy Moth, yaitu ulat dengan ciri di sekitar kepala tumbuh lebat bulu-bulu sedangkan di badannya sedikit. Jika terkena kulit manusia selain nyeri juga bisa dermatitis. Kalau bukan ulat Gipsy, bisa jadi temuan Caterpillar saya adalah jenis ulat The Hickong Tussock Caterpillar yang banyak ditemukan di Canada pada bulan Juni hingga September. Kontak bulunya dengan kulit manusia bisa membuat hipersensitive dan kulit memerah.
[caption id="attachment_187467" align="aligncenter" width="600" caption="Sempat Berjumpa Laba-laba Biru yang Tak kalah Cantiknya"]
Serangan ulat bulu yang terjadi di Probolinggo tempo lalu, adalah jenis hama ulat bulu tak beracun dan termasuk jenis ulat Dasychira Inclusa. Pengalaman “bercanda” dengan si cantik caterpillar itu, membuahkan permenungan saya soal siklus kehidupan binatang ini. Telur jadi ulat, ulat jadi kepompong, kepompong jadi kupu-kupu. Begitu seterusnya siklus itu terjadi. Tapi banyak orang suka kupu-kupu daripada ulat yang menjijikkan dan bikin gatal kulit.
Foto-foto yang saya sertakan dalam tulisan ini adalah foto-foto dengan menggunakan lensa jenis makro. Tak heran jika dilihat fotonya, betapa cantiknya si Caterpillar itu tapi awas jika kena bulunya bisa berbahaya dan mematikan lho. Meski demikian, keindahannya memang teruji ....hmmm... siapa takut?
[caption id="attachment_187468" align="aligncenter" width="600" caption="Bergaya di depan kamera"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H