Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pinjam Sana-sini, Untuk Bayar Studi di PTN

14 Juni 2012   12:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_187956" align="aligncenter" width="482" caption="Berburu Studi Lanjut Ke PTN (dok.pri)"][/caption]

Hingar bingar kelulusan sekolah dari SD, SMP dan SMA/SMK mulai meredup. Acara penamatan pun sudah banyak dilaksanakan sesuai dengan tradisi masing-masing sekolah. Seperti tahun lalu, seremoni corat-coret baju sekolah masih berlanjut di berbagai daerah. Semangat untuk berbagi baju sekolah kepada yang membutuhkan rasanya tak digubris oleh sebagian besar para lulusan.

Suara pro kontra Ujian Nasional nampaknya tak bergeming lagi menjadi polemik berkepanjangan sekarang ini setelah mengetahui hasil kelulusan para peserta Ujian Nasional. Fokus perhatian publik sekarang ini tertuju pada “nasib” para lulusan SMA/SMK. Apakah melanjutkan ke perguruan tinggi atau cari lowongan pekerjaan? Atau kawin?

Meski demikian secara pemberitaan, berita lanjutan para lulusan SMA/SMK itu masih kalah “seru” dengan euforia sepakbola Piala Eropa yang sedang berlangsung dan ditanggapi oleh publik dengan nobar di mana-mana sampai jelang pagi.

Tak mudah menjawab pertanyaan itu karena selain sifatnya personal, tak ditemukan data-data akurat yang mampu menghitung nasib para lulusan SMA/SMK. Yang jelas saat ini sebagian dari lulusan itu sedang berburu masuk ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Tahun 2012 ini, siswa yang lulus dari SMA/SMK se-Sulawesi Utara sebanyak 15.068 siswa (99,92%) dari IPA, IPS, Bahasa dan SMK. Tercatat ada 12 siswa yang tidak berhasil lulus UN 2012. Sementara itu, saya mendapat informasi bahwa jumlah peserta Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) khusus untuk UNSRAT Manado ada 2.484 peserta. Jadi, masih ada 9.776 lulusan SMA/SMK yang tidak kebagian masuk di Perguruan Tinggi Negeri dan entah lanjut studi kemana.

Dari jumlah peserta itu, pihak UNSRAT hanya mampu menerima 800 calon mahasiswa. 1684 peserta lain otomatis dianggap tidak lulus atau gugur masuk UNSRAT. Tetapi peserta yang gugur jangan kecil hati terlebih dahulu, demikian kata Rektor UNSRAT, masih ada jalur masuk yang lain untuk menjadi mahasiswa UNSRAT. Yaitu, mengikuti jalur pendaftaran Tumou Tou (T2) dan Sumikolah. Quota kursi yang disediakan masing-masing 800 kursi. Total ada 1600 kursi.

Tahun ini UNSRAT menerima 4.000 mahasiswa baru. Riciannya, jalur test SNMPTN 800 kursi, jalur T2 ada 800 kursi, jalur Sumikolah 800 kursi dan jalur undangan ada 1600 kursi. Dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Negeri lainnya seperti Universitas Indonesia, dari 20.000 pendaftar hanya diterima 2 ribu. Secara Nasional yang mendaftar lewat jalur SNMPTN berjumlah 618.000 peserta, hanya 120.000 saja yang diterima di 61 Perguruan Tinggi seluruh Indonesia.

Dari data peserta yang mendaftar melalui jalur SNMPTN 2012, hanya 5,15 % persen yang diterima di perguruan tinggi negeri. Sedangkan yang tidak berhasil masuk di PTN masih terbuka untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi swasta (PTS). Dari perhitungan ini, tampak terjadi persaingan seru di antara para lulusan SMA/SMK. Tak hanya itu, bekal kepandaian sangat menentukan lulus tidaknya ujian masuk PTN yang baru saja selesai pada tanggal 12-13 Juni yang lalu dan akan diumumkan pada tanggal 7 Juli 2012 nanti.

[caption id="attachment_187957" align="aligncenter" width="482" caption="dok.pri"]

13396783301357588529
13396783301357588529
[/caption]

Cerita seputar SNMPTN ini tak urung membuat gelisah teman saya Pak Sitanggang namanya. Dia adalah teman sekaligus karyawan senior di bagian security kantor saya. “Jadi si Hendra (anaknya) ambil jurusan apa pak Sitanggang?” tanya saya saat ketemu di jalan. “Dia suka ambil Kedokteran atau kalau tidak Teknik Sipil. Yah, boleh dikata sesuai dengan minat saat sekolah di Binsus SMA-nya” jawab Sitanggang.

“Sekarang uang pendaftaran untuk SNMPTN berapa?”“Kalau nggak salah 150 ribu (IPA/IPS) dibayar lewat bank. Kalau nggak diterima di SNMPTN nanti ikut jalur T2 saja” sambungnya. “Bayar lagi?” “Lha iya lah pak, kayaknya sama biayanyaatau malah 175 ribu (jurusan campuran). Nanti saya tanya si Hendra”kata Sitanggang dengan nada keras khas bataknya.

Pembicaraan dengan Sitanggang kemudian saya lanjutkan lagi sambil rehat minum kopi di kantor. Dari pembicaraan itu,Sitanggang ternyata harus menyediakan dana cadangan lagi agar anaknya Hendra bisa masuk ke PTN.

“Tahun kemarin, anak saya lulus lewat jalur T2 di Fak. Kedokteran kena 50 juta. Sedangkan temannya ada yang kena hingga 150 juta lewat jalur undangan. Tapi besar kecilnya Sumbangan Pengadaan Fasilitas Pendidikan (SPFP) itu juga tergantung rangking nilai ujian masuk dan nilai raport SMA-nya” kata Glen yang sekantor dengan saya. “Yang murah memang kalau lulus SNMPTN. Yah sekitar 15 juta-an lah” ujar Glen.

Wajah Sitanggang tampak sedikit berubah galau, setelah mendengar cerita Glen teman saya tadi. “Yah kalau 60 juta bolehlah” katanya penuh yakin karena demi anak laki-laki pertamanya. Pokoknya diusahakan meski harus pinjam sana-sini.

Berbincang-bincang dengan teman-teman soal studi lanjut bagi anak ke PTN itu memang mengasyikkan dan sekaligus mengerutkan dahi ketika sudah berbicara soal dana pendidikan. Sebagai perbandinagan di daerah lain Fakultas Kedokteran bisa menarik dana pendidikan atau uang SPFP mulai dari 30 hingga 155 juta rupiah per calon mahasiswa. Memang biaya itu tidak sama dan tergantung jurusan yang diambil apakah perawat, gizi, gigi, bidan, farmasi, atau kedokteran.

Mahalnya biaya pendidikan seharusnya dipahami oleh setiap calon mahasiswa. Wawan hati dengan orang tua tentang pembiayaan studi lanjut ini penting agar kelak kalau sudah menjadi mahasiswa paham dan ngerti apa arti tujuan pendidikan sesungguhnya.

“Setiap orang perlu mengembangkan paling kurang empat karakter dasar. Yaitu, keteraturan batin guna memiliki skala prioritas. Yang kedua, integritas diri untuk bersikap dan bertindak berdasarkan prinsip, berani mengambil keputusan dan percaya diri. Yang ketiga, kemandirian. Sedangkan yang terakhir adalah daya tahan atau keteguhan untuk menghendaki apa yang baik”, kata pendagog Jerman, FW Foerster (1869-1966) yang mencetuskan ide tentang pendidikan karakter di sekolah-sekolah untuk membangun kualitas pribadi.

Semoga setelah mereka lulus SMA/SMK, semangat belajar untuk membangun kepribadian yang unggul dan berkualitas tidak sirna bgitu saja di tengah perjalanan kuliah hanya gara-gara pergaulan atau kemalasan sehingga terkena virus DO (Drop Out). Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun