Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia Berhati Ulat! - WPC 7

4 Juni 2012   09:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_185743" align="aligncenter" width="486" caption="Ulat Bulu"][/caption]

Pagi itu, seperti biasanya setelah bangun dan berbenah diri, saya keluar dari rumah untuk ke kantor. Baru dua langkah kaki saya ayunkan, tiba-tiba ada rasa aneh menempel di tengkuk leher bagian belakang saya.

Secara reflek, tangan kanan saya langsung merabanya dan kemudian saya pegang dan saya lihat “Woo ulat bulu nempel di tengkuk saya” jerit hati saya.

Bersamaan dengan itu, langsung pikiran saya tertuju pada rasa gatal yang tidak karuan di tengkuk saya. Meski baru saya pikir, tapi reaksi badan saya langsung menolak. Langsung saja baju saya lepas dan kemudian melihatnya lewat cermin.

13388010771626059415
13388010771626059415

“Ah nggak apa-apa kok” batin saya. Tapi tak lama kemudian saya merasakan gatal di sekitar leher.

***

Pernah suatu ketika ulat bulu itu saya pegang dan saya perlihatkan di hadapan teman kantor. Waouw, yang cewek pada lari terbirit-birit sambil menjerit, “Uh jijik. Bikin gatal itu, awas yaa…….”

Selang beberapa hari, saya menemukan ulat jenis lain (karena bukan ahli serangga, saya tidak tahu namanya) sedang merayap di regel rumah. Saya hanya membatin, mungkin karena semalam angin bertiup kencang maka ia jatuh di sini. Terlihat juga, di sekitar ulat itu banyak daun-daun dan patahan ranting kecil berserakan.

1338801132410792983
1338801132410792983

Ulat itu berbulu tetapi tidak selebat dengan yang pertama. Meski demikian, kalau bulu itu kena pori-pori kulit, atau lebih tepat bulu halusnya masuk ke pori-pori kulit dan kemudian digaruk-garuk karena rasa gatal, bisa jadi menjadi kulit jadi memerah bengkak. Tak jarang, bentol-bentol kecil merata terlihat pada kulit.

Binatang itu lebih banyak disingkirkan bahkan diinjak-injak hingga musnah oleh manusia. ”Bikin bulu kuduk merinding disko” katanya cewek yang lari tadi.

133880117746476679
133880117746476679

***

Cerita tentang ulat, membuat saya ingat akan berita tentang serbuan ribuan ulat di kota-kota di Jawa beberapa waktu yang lalu. Diberitakan di TV, serbuan ulat itu membuat kegiatan belajar mengajar di sebuah sekolah berhenti total.

“Harmonisasi alam sudah mulai terganggu. Akibatnya habitat ulat merajalela hingga ke pemukiman penduduk dan mengganggu aktivitas manusia” demikian salah satu kesimpulan yang saya ingat saat menonton liputan tentang serbuan ulat bulu itu.

133880123344038718
133880123344038718

Kalau dipikir, ulat adalah embrio dari sebuah keindahan yang nantinya berbentuk kupu-kupu. Mengapa di balik keindahan itu ada ketidak-indahan? Bukan hanya tidak indah, tetapi justru menjijikan buat manusia.

Fenomena serbuan ulat ke pemukiman penduduk, menggulirkan pikiran saya tentang situasi sosial budaya di negara kita. Ada kemewahan yang ternyata berasal dari korupsi. Ada iman dan ketaqwaan tetapi sulit menciptakan suasana kondusif. Ada kekerasan sosial hanya untuk memperebutkan sebuah mahkota kekuasaan.

13388012871175920404
13388012871175920404

Dalam kehidupan ini, manusia senantiasa terjebak dalam pilihan, apakah mau hitam, atau pilih putih, atau justru cari jalan tengah yaitu abu-abu. Ulat memang menjijikan namun kalau sudah berubah menjadi kupu-kupu...... hmmmm indahnya bukan main.

Itulah ulat. Dibalik menjijikan ada keindahan. Apakah kalau manusia berhati ulat, niscaya ada keindahan? Atau justru keindahan akan terjadi kalau manusia membiarkan ulat menjadi kupu-kupu? Membiarkan adanya perbedaan dalam keanekaragaman hidup untuk membangun persaudaraan adalah sebuah keindahan bangsa ini,

Saya coba melihat ulat tadi. Small is beauty.

133880132849083659
133880132849083659

WPC 7 : Macro Photography dan tulisan lainnya bisa di klik di sini.

13388014281605389927
13388014281605389927

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun