[caption id="attachment_126843" align="aligncenter" width="585" caption="Tampak Depan Gereja Tua Sion Tomohon (foto by James W)"][/caption]
Travelling atau wisata jalan-jalan mengunjungi obyek-obyek wisata, baik yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun swasta, sangat menyenangkan dan mengandung nilai-nilai edukatif (living value) terutama bagi anak-anak yang lahir di jaman modern ini. Secara psikologis, kepenatan dan keletihan karena pekerjaan rutin sehari-hari, akan disirnakan dengan berwisata. Hampir semua wisatawan kalau ditanya, apa tujuan anda melancong, jawabnya “refreshing”, merefresh pikiran, hati dan fisik.
Sementara itu, kedatangan para wisatawan sedikit banyak bisa mempengaruhi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat setempat. Karena alasan ini, saya melihat di daerah maupun di kota si seluruh Indonesia berlomba-lomba mempercantik dan membuat lokasi-lokasi /desa wisata dengan satu asa yaitu “peningkatan Ekonomi Kerakyatan, melalui pembangunan Pariwisata”. karena berbasis pada ekonomi rakyat itulah, banyak pihak tergoda untuk “mempercantik diri” untuk membangun obyek-obyek wisata.
Dalam UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, saya pernah membaca, “Bahwa keadaan alam, flora dan fauna sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat….” Setelah membaca, lalu saya berpikir sejenak dan bertanya dalam hati, “Apakah kebijakan-kebijakan pemerintah daerah tentang kepariwisataan selama ini sudah sesuai dengan amanah Undang-undang?”
De facto, program Visit Indonesia Year pada tahun 2008, mampu mendatangkan wisatawan mancanegara sejumlah 6,43 juta dan devisa yang diperoleh US$ 7,3 miliar. Untuk wisatawan domestik angka pergerakannya sampai 225 juta perjalanan dengan nilai ekonominya sampaiRp 123,17 triliun. Tahun 2010, target kunjungan wisman 7 juta dan devisa sebesar US$ 7 miliar.
Untuk mewujudnyatakan itu, Presiden RI, Bp. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengamanatkan kepada aparat pemerintah pusat, daerah, kota kabupaten, agar program-program pemerintah sudah selayaknya , mengarah kepada pro-growth, pro- poor, pro-job dan pro-environment.
[caption id="attachment_126844" align="alignleft" width="300" caption="Pintu Masuk Gereja Sion (foto by James W)"][/caption]
“Dalam rangka membenahi wajah kota bunga, usai rencana merelokasi RS Bethesda Tomohon, Pemkot akan membangun membangun menara Alfa dan Omega di kawasan zero point setinggi 30 meter. Nantinya, menara yang pakai lift ini akan difungsikan sebagai jembatan penyeberangan sekaligus lokasi santai. “Menara ini nantinya akan menjadi simbol bagi kota Tomohon yang bisa dijadikan lokasi pariwisata,” Dukungan seluruh elemen masyarakat Tomohon untuk membenahi pusat kota di masa yang akan datang, diharapkan. “Pembangunan zero point akan dilakukan secepatnya sehingga sudah bisa dimanfaatkan masyarakat,” dikutip dari Manadopost.co.id, Jumat, 12 Agustus 2011
Sepintas rencana pembangunan menara Alfa dan Omega itu memberi harapan kepada masyarakat akan adanya obyek wisata baru di satu pihak dan di lain pihak masyarakat memperoleh ruang publik yang nyaman dan kondusif. Uniknya, rencana pembangunan ini menjadi trending topic (topik diskusi yang hangat) di antara warga masyarakat setempat.
“Ide yang bagus tapi belum saatnya...mendingan perbaiki jalan rusak...yang paling bagus jadikan dana bergulir untuk usaha kecil masyarakat....stop dgn proyek-proyek yang kerjaannya ndak beres krn fee terlalu besar …SEBAIKNYA TUGU pemberantasan korupsi ….….Jangan lupa museum, bangunan atau peninggalan sejarah…. Tdk suka, yang harus di bangun terlebih dahulu citra yang tidak korupsi ….Mungkin paling baik bangun Taman Bunga Di Lahan Petani Bunga...atau bangun Huntan Enau Di Lahan petani Saguer...” begitulah diskusi warga. Di antara itu, ada satu hal yang penting dipertimbangkan.
[caption id="attachment_126848" align="aligncenter" width="620" caption="Saksi Sejarah Berdiri Kokoh Sejak Zaman Belanda (Foto by James W)"][/caption]
Lokasi menara tersebut berada di RS Bethesda dan sekitarnya. Berdampingan dengan kompleks rumah sakit itu, berdiri kokoh bangunan peninggal sejarah sejak jaman Belanda. Masyarakat Tomohon menganggap Gereja Sion sebagai saksi sejarah bagaimana kiprahnya tokoh masyarakat AZR Wenas dalam memajukan kehidupan sosial masyarakat Minahasa sejak kekuasaan Hinda Belanda hingga hayatnya dimakamkan di kompleks Gereja Sion ini.
“Akankah Gereja Sion, akan dibongkar untuk simbol kota?” masih menjadi misteri dan tanda Tanya yang besar bagi warga masyarakat setempat dan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H