Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

“Via Dolorosa, Grotto dan Columbarium” – Jejak Rohani Peziarah

22 Februari 2012   04:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_164390" align="aligncenter" width="560" caption="Columbarium di bawah Chapel"][/caption]

Roda kehidupan manusia hanya berputar sekali. Lahir, hidup dan mati. Tak ada yang bisa menggandakan roda itu. Bahkan umur pun tidak bisa ‘mengecoh” perputaran roda itu. Manusia hanya hidup satu kali saja. Tidak bisa lebih.

Karena begitu yakin bahwa manusia hanya hidup sekali (tidak pernah dua kali), tak jarang ditemukan sikap dan pola tingkah yang tidak karuan. Di sisi lain, kesalehan hanyalah milik orang-orang yang memang mengambil keputusan untuk memilih jalan hidupnya hanya untuk saleh. Sedangkan yang tidak memilih jalan kesalehan itu, ada yang mencoba “terjun bebas” untuk menjadi pendosa.

Pilihan hidup tidak saleh, atau menjadi pendosa seringkali disebabkan oleh “survival of life”, mempertahankan hidupnya dari tekanan ekonomi yang menjerat hidup dan kehidupannya. Lebih dari itu, hanyalah keserakahan, ketamakan, egoisme, popularitas, nafsu dan kedudukan.

Tetapi, mengapa masih ada korupsi kalau tidak disebabkan oleh pilihan hidup tidak saleh? Mengapa masih ada “preman” kalau bukan karena tuntutan eksitensinya sebagai manusia yang harus hidup dan menjalan kehidupannya? Mengapa ada pembunuhan dan pemerkosaan kalau bukan karena nafsu dan keserakahan?

13298841561301427842
13298841561301427842

Via Dolorosa

Via Dolorosa adalah jalan kesengsaraan atau jalan salib. Mengikuti jalan salib berarti manusia kembali mencoba “menghampiri Tuhan” dengan cara mengenangkan kembali jalan penderitaan dan kesengsaraan Yesus mulai dari keputusan Pilatus untuk menghukum Yesus dengan memanggul Salib hingga Golgota.

Di Bukit Doa Mahawu, Tomohon, terdapat lokasi ziarah dan dikenal sebagai objek wisata rohani. Di lokasi itu, para peziarah (mahawu pilgrim) bisa mengadakan “laku rohani” dengan menyelusuri“via dolorosa” mulai dari perhentian pertama hingga empat belas.

Pengunjung atau peziarah akan diajak berdevosi lebih mendalam di tempat itu. Di tempat lain, peziarah biasanya menonton peristiwa demi peristiwa kesengsaraan Yesus. Namun, di Bukit Doa ini, peziarah diajak “mengikuti” Jalan Salib dengan khidmat. Patung-patung diorama, setinggi badan manusia, yang menggambarkan kisah sengsara Yesus mulai dari Pilatus hingga Wafat di Salib dan kemudian jenazah Yesus dipangku oleh Bunda Maria (pieta), didesain sedemikian rupa agar peziarah dalam ibadatnya tidak menonton tetapi mengikuti.

Laku rohani perjalanan peziarah semakin diteguhkan dengan berjalan naik kebukit dan berkelok-kelok kanan kiri yang asri oleh hijaunya tananam hutan Mahawu. Panjang jalan setap ini hampir satu kilometer sehingga peziarah tidak akan merasa kecapekan.

Via Dolorosa di Bukit Doa Mahawu ini menyimpan keunikan pada perhentian di mana Bunda Yesus memangku anak-Nya. Stasi ini disebut stasi “pieta”. Adegan itu sangat jelas dihadirkan di perhentian ini. Keunikan lainnya adalah Makam Yesus yang dirancang di tengah ada lubang. Lubang ini mengisahkan bahwa Yesus sudah bangkit.

[caption id="attachment_164394" align="aligncenter" width="340" caption="Mengenang Kisah Sengsara Yesus"]

13298846141262978130
13298846141262978130
[/caption]

Grotto

Ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara Makam dengan Grotto (Gua Maria). Jembatan ini ada maknanya bagi peziarah. Setelah mengenangkan dan melibatkan diri dalam kisah penderitaan dan kesengsaraan Yesus, peziarah di ingatkan kembali ke jalan hidup dan kehidupan sekarang.

Jembatan itu menghubungkan peziarah untuk mohon perlindungan dan pertolongan Bunda Maria. “Per Mariam ad Jesu” artinya dengan perantaraan Bunda Maria, disampaikan segala doa da permohonannya supaya dikabulkan oleh Tuhan Yesus.

Columbarium

Mirip dengan “catacombe”, letak Columbarium berada di bawah Gereja atau Chapel Mother of Mary. Columbarium sendiri adalah tempat penitipan abu jenazah. Para peziarah yang memasuki Columbarium ini diajak untuk merenungkan dan mendoakan para pendahulu atau para leluhur yang sudah berjasa menjaga dan merawat kehidupan.

[caption id="attachment_164393" align="aligncenter" width="622" caption="Chapel Mother of Mary"]

1329884411457621143
1329884411457621143
[/caption]

Jadi, proses jejak rohani peziarah atau “laku rohani” (spiritual of journey) dimulai dari via dolorosa, pieta, kemudian melewati jembatan menuju ke Grotto of Mary dan diakhiri dengan berdoa di Columbarium di bawah Chapel Mother of Mary. Dalam memproses diri dengan cara berziarah dan mengadakan ibadat salib di Bukit Doa Mahawu, peziarah diajak untuk merenungkan diri perjalanan hidupnya sekarang.

Mengapa untuk menjadi hidup saleh manusia harus berziarah ke Via Dolorosa, Grotto dan Columbarium? Jawabannya adalah itulah kesempatan untuk mewujudkan “puasa dan pantang” dengan cara itu, tiga sikap hidup manusia yaitu kepedulian kepada sesama, kasih timbal balik, dan kekudusan pribadi, nyata-nyata diuji. Bukankah roda kehidupan manusia itu hanya satu kali berputar saja, yaitu lahir, hidup dan mati? Selamat menjalani puasa dan pantang bagi umat kristiani!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun