[caption id="attachment_164228" align="aligncenter" width="622" caption="Meski masih "][/caption]
“Jalur pendakian menuju kawah Tompaluan, masih berstatus rawan bahaya bagi warga dan pendaki yang biasa melakukan aktivitas di sekitar Gunung Lokon”, demikian pengumuman dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Tomohon.
Pasca letusan 10 Februari 2012, Gunung Lokon masih terlihat mengeluarkan asap putih tebal setinggi 300 meter. Warga yang mengendarai sepeda motor tanpa helm, terkadang merasakan matanya pedih terkena abu vulkanik.
“Pagi-pagi, sebelum ke kantor, saya harus mencuci sepeda motor karena semalam terkena debu Lokon.Namun, aktivitas seperti ini sudah biasa saya lakukan. Bahkan, ini menjadi pertanda aktivitas gunung berapi Lokon sedang meningkat” ujar Stenly yang rumahnya berada di radius 2 km dari kawah Tompaluan di desa Kakaskasen II.
Akses menuju ke kawah Tompaluan bisa melalui jalur Kinilow, Kakaskasen atau Wailan di Tomohon Utara.Akses ini kini dijaga dan ditutup untuk pendakian karena sangat membahayakan bagi warga atau pendaki. Terpantau dari BMG Tomohon, terjadi beberapa kali gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam dan tremor dengan amplitudo 0,5 mm hingga 4 mm.
Karena itu, warga masyarakat hendaknya berjaga-jaga. Status Gunung Lokon sekarang adalah status siaga level tiga. Sebulan ke depan pasca letusan kemarin, PVBMG Tomohon berjanji akan mengevaluasi apakah ada penurunan atau peningkatan aktivitas.Meski demikian, diingatkan bahwa radius bahaya masih 2,5 km dari kawah Tompaluan.
Meski dikeluarkan larangan pendakian, Gunung Lokon masih tetap mempesona. Terbukti banyak wisatawan masih berdatangan ke Bukit Doa yang terletak di lereng Gunung Mahawu. Sebuah lokasi wisata rohani yang posisinya sangat strategis untuk melihat langsung kawah Gunung tanpa halangan apa pun. Karena itu, tak sedikit pengunjung menyempatkan diri untuk berfoto dengan background Gunung Lokon.
“Saya jauh-jauh datang dari Surabaya hanya ingin berfoto dengan latar belakang Gunung Lokon yang sedang berasap” kata salah satu pengunjung dengan bangganya. Dengan berfoto itu, larangan pendakian Gunung Lokon itu tidak tidak menyurutkan keinginan orang untuk menikmati indahnya alam Gunung Lokon dan sekitarnya.
Ketika membuat tulisan ini siang tadi, sekitar pukul sebelas siang, saya mendengar kabar bahwa Gunung Lokon “basembur ulang” atau meletus lagi. Namun saya masih meragukan berita itu. Soalnya, tak terdengar suara gemuruh seperti letusan hari Jumat 10 Februari yang lalu.
Bersamaan denganberita itu, hujan lebat dan berkabut melanda sebagian besar Tomohon. Sejauh mata memandang ke arah Gunung Lokon, tidak terlihat letusan itu karena terhalang oleh kabut. Kabar ini sempat membuat panik beberapa karyawan kami yang rumahnya di Kinilow, desa terdekat dengan kawah Gunung Lokon. Mereka ditelpon dari rumah bahwa Gunung Lokon basembur ulang.
Tidak lama kemudian, hujan reda. Langit biru mulai nampak. Kemudian saya keluar dari kantor untuk mengecek kebenaran berita itum dengan melihat langsung pada lubang kawah. Gumpalan “brokoli” asap putih dari kawah Tompaluan masih terlihat jelas. Masyarakat sekitar jika gumpalan itu berwarna putih, itu berarti masih aman-aman saja. Menjadi berbahaya, jika gumpalan asap vulkanik itu berwarna hitam keabu-abuan.
Sekarang ini, status Gunung Lokon masih ditetapkan oleh PVBMG Tomohon dalam kondisi siaga level tiga. Sebuah kondisi sebelum ditingkatkan menjadi awas. Karena itu, dilarang keras bagi warga atau pendaki untuk mengadakan kegiatan pendakian atau pergi berkebun di radius 2,5 km dari lubang kawah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H