Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sate Klatak Wedang Uwuh, Memang Joss!

31 Desember 2011   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

[caption id="attachment_152863" align="aligncenter" width="622" caption="Satu Porsi Sate Klatak"][/caption]

Hasrat mencicipi kuliner di saat liburan, adalah hal yang wajib dilaksanakan.Jangan hanya terpaku mengunjungi tempat–tempat wisata saja, melainkan luangkan waktu dan kesempatan untuk mencicipi kuliner.

Datang ke Yogyakarta, kota pelajar sekaligus kota budaya, awalnya hanya ingin berkumpul dengan teman-teman SMA dulu dan memanfaatkan momen liburan Tahun Baru. Tapi nyatanya berubah menjadi ajang reuni kecil yang tak terlupakan dan penuh nostalgia.

Tanggal 28 Desember 2011 sekitar jam tiga sore saya tiba di salah satu rumah teman saya di jalan kaliurang. Sambil menunggu teman lainnya, memetik buah rambutan langsung dari pohon di halaman rumah teman saya, menjadi sebuah kegiatan yang seru. Asyik juga petik langsung kupas dan dimakan. Masih fresh seperti hati saya saat ini menjadi fresh ketika berjumpa dengan teman-teman SMA.

Sambil menyantap rambutan, kami ngobrol ke sana ke mari untuk bernostalgia semasa sekolah dulu. Seru banget hingga tak terasa malam telah tiba dan rasa lapar pun mulai menggelitik perut kami. Di saat seperti itu, teman saya dari Jakarta punya ide untuk berwisata kuliner yang ada di Yogya.

Wisata Kuliner di Yogya sekarang maju pesat dan wisatawan dimanja dengan hadirnya aneka ragam kuliner yang tersebar di mana-mana. Mau makan apa?” Tiba-tiba, teman saya dari Surabaya bilang, “Yuk kita makan sate aja. Di mana tempat makan sate yang enak?” sambil melirik teman saya yang tinggal di Yogya.

[caption id="attachment_152865" align="aligncenter" width="622" caption="Pak Yakut, Angkringan Sate Klatak semakin populer.."][/caption]

Karena merasa ditatap oleh banyak mata, teman saya dari Yogya lalu berpikir sejenak. Akhirnya dia memberitahu bahwa tempat sate kambing yang enak, di Imogiri Bantul atau di Gamping. Lalu kami memilih tempat yang dekat dari Jalan Kaliurang yaitu di Gamping.

Kami segera meluncur Sate Klatak, Asli Jejeran, Pak Yakut, Jl. Wates Km 3, Yogyakarta. Awalnya gerimis menyertai perjalanan kami. Setibanya di tempat sate itu, hujan deras mengguyur dan untung kami sudah masuk di dalam warung yang luasnya sekita 3 x 3 meter. Dalam ruangan ini tersedia 4 meja besar dengan masing-masing meja tersedia 8 kursi panjang yang masing-masing bisa diduduki 4 orang dewasa.

[caption id="attachment_152872" align="aligncenter" width="622" caption="Indahnya Kebersamaan Saat Berkuliner"][/caption]

Lalu kami pesan 8 porsi Sate Klatak dan 5 porsi Tongseng serta 5 piring nasi. Untuk minum kami pesan 7 teh panas dan 2Wedang Uwuh. Setelah selesai order dan sementara menunggu, kami berdiskusi tentang apa itu “wedang uwuh”.

Teman saya yang lalu bercerita, “Ini minuman yang sedang populer di Yogya. Selain menghangatkan badan, minuman ini organik karena dibuat dengan campuran rempah-rempah herbal dengan komposisi Jahe, Kayu Secang, Daun Cengkih, Cengkih, Daun Pala, Daun Kayu Manis. Disajikan dalam teko kecil dan diberi air panas mendidih. Kemudian dituang dalam cangkir dan siap diminum. Rasanya sadap butul.”Saya sendiri tak biasa minum wedang uwuh. Rasa penasaran dan ingin mencoba, mendorong saya untuk mencobanya. Konon wedang uwuh sudah diproduksi dalam bentuk instan dan dijual dengan harga Rp 7.500,- per sachet.

[caption id="attachment_152867" align="aligncenter" width="622" caption="Wedang Uwuh, Herbal Tradisional Makin Dicari"][/caption]

Kemudian, saya tertarik utntuk melihat proses bagaimana sate Klatak dibakar, di teras depan warung. Info yang saya dapatkan bahwa daging sate yang dipilih adalah daging domba muda yang berbulu putih. Ini untuk menjaga empuknya daging. Setelah diitusuk dengan besi, lalu dipakar di atas bara anglo. Cara penyajiannya, sangat sederhana.sate yang sudah dibakar tadi, di taruh di atas mangkok yang berisi kuah yang sudah dibumbui. Sepiring nasi menemani sate tadi untuk disantap.

Urusan harga, ternyata tidak terlalu mahal. Satu porsi Sate Klatak, Sate Kecap, Kicik Kambing, Tongseng, Tekleng, Gulai Daging, hargannya Rp 11,000,- Menu lain seperti Sate Kambing, harganya 12.000,- Sedangkan wedang secang dan wedang uwuh harganya Rp. 5.000,-

[caption id="attachment_152868" align="aligncenter" width="622" caption="Sate Bakar Klatak"][/caption]

Makanan yang kami pesan sudah tiba di hadapan kami. Di luar hujan makin deras saja. Kami pun menikmati sate klatak dan tongseng kambing yang masih panas dengan lahapnya. Hangatnya badan makin menjadi ketika kami sedu wedang uwuh di sela-sela kunyahan sate klatak. Oh ya kata “uwuh” itu artinya sampah. Jadi wedang uwuh, adalah wedang sampah. Mungkin disebut begitu karena bentuknya seperti sampah yang dikumpulkan.

Mau mencoba? Silahkan datang ke Yogyakarta, kota kuliner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun