[caption id="attachment_103382" align="aligncenter" width="518" caption="Air Terjun Timbukar"][/caption] Selepas makan siang, saya bersama tiga teman saya bersiap-siap berangkat menuju ke Timbukar. Saya segera menyiapkan mobil pick-up yang akan kami pakai menuju ke desa Timbukar. Oh ya, dua teman saya yang usianya masih muda adalah anggota SAR Tomohon. Mereka saya ajak karena mereka juga ingin menunjukkan kepada saya tempat start dan finish arum jeram. Semua sudah siap lalu kami bergerak menuju ke lokasi. Saya sendiri yang mengemudikan mobil itu. Dua anggota SAR yang saya ajak tadi, lebih suka duduk di bak belakang. Kami bersyukur cuaca saat itu sungguh cerah. Biasanya sesudah pukul12, cuaca di sekitar Tomohon diguyur hujan. Dalam perjalanan kami sempat berhenti sejenak karena ada pemeriksaan kendaraan oleh Polisi. Teman yang duduk di bak belakang mobil sedikit terperangah karena takut kena tilang. Melalui spion saya lihat mereka dengan tergesa-gesa memakai helm supaya mobil kami tidak kena tilang. Sesudah melewati pemeriksaan tadi, saya kontak dengan pak Alo, mantan hukum tua (Lurah) desa Timbukar yang saat ini mencalonkan lagi untuk menjadi Hukum Tua desanya. Saya kenal baik dengan Pak Alo. Karena itu kedatangan kami saya sampaikan kepada beliau. Rupanya, Pak Alo senang sekali mendengar kabar bahwa kami mau datang. Kami lalu janjian bertemu dengan Pak Alo di jembatan sebelum memasuki desa Timbukar. Dalam perjalanan menuju desa Timbukar dari Tomohon, kami melewati desa Sonder, desa Tincep baru masuk desa Timbukar. Waktu yang kami tempuh sekitar satu jam dari Tomohon. Tidak lama setelah desa Tincep kami tinggalkan, kami berhenti di pinggir jalan untuk sejenak menyaksikan air terjun di sebelah kanan kami. Ya, itulah air terjun Tincep dengan ketinggian kurang lebih 7 meter. Saya turun dari mobil sambil membawa kamera dan kemudian saya foto air terjun Tincep itu. Tampak dari pinggir jalan segerombolan anak muda bermain air terjun dengan sukacitanya. Setelah saya foto, lalu kami melanjutkan perjalanan kami. Tidak kurang dari 15 menit dari air terjun Tincep, kami berhenti lagi untuk melihat air terjun kedua. Air terjun kedua ini dinamakan air terjun Timbukar. Ketinggiannya kurang lebih 9 meter. Kami berhenti sebentar dan setelah mengambil foto kami melanjutkan perjalanan. Kami tiba di jembatan Sungai Nimanga, saya lihat Pak Alo sudah menunggu kami di jembatan itu. "Di bawah jembatan ini, tempat untuk start bagi mereka yang ingin bermain arum jeram" kata Pak Alo. "Di sini, ada 2 pengelola arum jeram. Di sebelah jembatan ini dan di sebelah sana" kata Pak Alo sambil tangannya menunjuk sebuah tempat yang tidak jauh dari jembatan itu. Kata Pak Alo, banyak turis-turis datang untuk ber"arum-jeram" di sini. Biasanya mereka datang pas musim liburan, atau hari Sabtu, Minggu. Paling asyik kalau habis hujan, karena debit airnya deras dan ketinggian airnya naik. Karena terbiasa di Tomohon dengan udara sejuk, ketika kami tiba di Timbukar dalam cuaca cerah seperti ini rasa di badan cukup menggerahkan hinga picah suar (berkeringat). "Ayo kita pergi ke Delta. Di sana ada air terjun yang bagus dan masih alami", kata Pak Alo dengan penuh semangat. [caption id="attachment_103383" align="aligncenter" width="518" caption="Melalui Sungai, untuk sampai Air Terjun"]
[caption id="attachment_103384" align="aligncenter" width="560" caption="Air Terjun Sapa"]