Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Remaja Itu Pahlawan Fisika

12 Agustus 2010   02:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_223309" align="alignleft" width="300" caption="Para Pahlawan Fisika IPhO ke 41, 2010 di Zangreb, Kroatia. Christian Emor nomer tiga dari kiri. (Sumber Foto: dok. pribadi Christian Emor) "][/caption] Remaja berkacamata minus dengan lesung pipinya yang menggoda tampak serius belajar di mejanya. Sementara teman-temannya yang berada di meja belakangnya sedang bicara entah apa yang didiskusikan. Di ruang sebelah terdengar alunan musik dan sesekali gelak tawa temannya menyeruak keheningan waktu studi mandiri di asrama. Meskipun suasana kurang begitu tenang saat itu, remaja berkacamata minus itu tetap serius belajar. "Tidak terganggu?" seorang pamong asrama bertanya kepadanya. "Tidak pak. Saya sudah biasa belajar dalam suasana begini." katanya dengan ramah dan senyum yang berwibawa. "Kalau begitu, lanjutkan belajarnya ya" Dia mengangguk sambil menatap kembali buku Fisikanya yang penuh dengan angka-angka mirip Matematika. Kemudian, pamong memberi pengumuman ke semua siswa di asrama agar menjaga ketenangan saat studi mandiri. Kembali suasana di ruang studi mandiri di asrama, menjadi hening. Remaja berkulit putih dan berambut ikal dengan memakai kacamata minus adalah siswa biasa dalam kesehariannya. Ia ramah kepada siapapun. Suka membantu temannya yang bertanya soal fisika. Hampir semua orang yang mengenalnya, menilainya sebagai pribadi yang tidak sombong. Tidak angkuh. Ia pernah bilang, "orang sombong dibenci Tuhan. Akar segala kejahatan itu kesombongan. Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena sombong. Saya yakin sombong bisa dikalahkan dengan rendah hati". Remaja berkacamata minus itu bernama Christian Emor. Ia sekarang siswa kelas XII di SMA Lokon, Tomohon. Sejak kelas X, Emor sudah menunjukkan diri sebagai siswa yang jenius di bidang Fisika. Ia selalu menjadi wakil sekolah yang lolos mengikuti Olimpiade Sains Nasional di bidang Fisika. OSN 2009, ia memperoleh medali Perak. Karena keberhasilan ini, Emor masuk dalam training centre mewakili Indonesia dalam Olimpiade Fisika Asia. Ia memperoleh perunggu di tingkat Asia. Kemudian Ia disiapkan untuk mengikuti Olimpiade Fisika Iternational (IPhO) ke 41di Zangreb, Kroatia (15-17 Juli 2010). Ia memperoleh medali Emas. Saat itu Indonesia memperoleh 4 Emas dan 1 Perak. Mendengar kabar Emor mendapat medali Emas dalam Olimpiade Fisika International, teman-teman sekolahnya bangga dan terharu. Penyambutan dari bandara hingga ke Sekolah sangat seremonial  dan meriah. Iringan kendaraan baik dari Pemerintah Propinsi Sulut, Diknas Propinsi Sulut dan Kota Tomohon serta dari sekolahnya Emor membuat suasana makin semarak acara penyambutannya. Meskipun Christian Emor masih remaja, ia sudah menjadi pahlawan fisika dengan perolehan medali emasnya di IPho ke 41. Ini hadiah buat Indonesia yang merayakan hari Kemerdekaannya yang ke 65 tahun. Di balik keberhasilannya itu, Christian Emor sudah mampu menjadi pahlawan bagi teman-temannya. Bukan karena ia pandai fisika tetapi karena ia memiliki pribadi yang patut dicontoh oleh teman-temannya. Ia seorang yang rendah hati dan tidak sombong. Bisa bergaul kepada siapa saja. Namun ia seorang pekerja keras dan rajin belajar. Jika orang tekun belajar pasti Tuhan akan memberi jalan yang terbaik. Bahkan, perolehan medali emasnya itu, katanya bukan karena dirinya tetapi "Ini hadiah dari Tuhan dan saya bangga bisa memuliakan Tuhan karena talenta yang saya miliki berasal dari Tuhan" katanya saat ada wartawan bertanya kepadanya. Takut akan Tuhan, itulah prinsip hidupnya. Ia juga pernah memberikan kesaksian kepada teman-temannya yang menyambut dirinya, meski sebenarnya ada sedikit malu di hadapan teman-temannya itu. Katanya, "saya sangat berterimakasih kepada teman-teman saya karena telah memberi dukungan pada saat saya belajar di asrama. Ternyata dengan belajar saya bisa berhasil".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun