Tomohon memiliki potensi wisata alam yang mempesona bagi para wisatawan. Letak geografis Tomohon yang dikelilingi oleh Gunung “stratovolcano” Lokon dan Gunung Mahawu serta dikelilingi pegunungan Masarang dan lainnya, menjadi daya tarik wisatawan yang menyukai kesejukan alam.
Berbagai macam bentuk wisata diakomodir oleh Pemkot setempat untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tomohon dan sekitarnya. Mulai dari trekking ke puncak Mahawu, waruga, agrowisata Rururkan, pasar ekstrim Tomohon hingga keindahan Danau Linow.
[caption id="attachment_320811" align="aligncenter" width="600" caption="Sudut Coffee Kafe Yang Direnovasi"][/caption]
Minggu siang itu (20/4) saya masuk ke salah satu spot di Danau Linow yang menyewakan bebek air untuk keliling menikmati indahnya danau Linow. Sayang saat itu bebek air tidak beroperasi, alasannya operatornya belum datang. Sementara para pengunjung mulai berdatangan.
“Banyak pengunjung bertanya kapan Linow dibuka,” tutur Om Anche, penduduk Lahendong yang mengajak keluarganya menyambangi keindahan Linow dari pinggir danau.
Masyarakat Lahendong memahami bahwa di sekitar Danau Linow ini dikelola oleh berbagai pihak. Pemkot lewat kelurahan Lahendong mengelola sebagian spot wisata, namun sangat disayangkan bangunan yang telah didirikan kurang terpelihara dan sudah rusak dimakan uap sulfur yang gampang merusak atap yang terbuat dari seng.
[caption id="attachment_320812" align="aligncenter" width="600" caption="Tempat Sewa Bebek Air"]
“Pondok yang dikelola orang Jerman sebelah sana masih ramai dikunjungi?” tanya saya kepada Om Anche yang sedang menggendong gadis balitanya bergantian dengan istrinya.
“Sepi dikunjungi wisatawan setelah air danau meluap bersamaan dengan bencana banjir di Manado (15/1) yang lalu. Sempat dermaganya rusak. Sama di lokasi ini, tergerus luapan air danau Linow” jelas Om Anche.
Ternyata bencana alam terjadi merata. Tak hanya banjir bandang Manado dan longsor di Tinoor, tetapi Danau Linow tak luput dari bencana. Dengan menunjukkan tangannya, Om Anche memberitahukan terjadi longsor di lereng perbukitan sebelah utara. Ketinggian air danau meluap hingga menutupi sebagian jalan lingkar pinggir danau, lanjutnya. Jembatan pun terlihat retak dan bahaya untuk dilewati oleh kendaraan besar. Belum ada upaya perbaikan.
Sambil berdiri di pinggir danau kami bercerita banyak hal tentang Danau Linow. Dulu di sekitar danau ini oleh penduduk setempat ditanami padi dan bisa panen cukup banyak meski tanah sekitar mengandung sulfur.Selain itu penduduk juga bisa memanen ikan mas atau mujaer. Karena lokasi pertanian padi di ujung utara, maka penduduk dengan menggunakan perahu menyeberangi secara diagonal Danau Linow.
[caption id="attachment_320813" align="aligncenter" width="600" caption="Habitat Sayok Komo, Belibis dan Bebek Liar"]
Danau Linow juga menjadi habitat subur bagi binatang endemik seperti sayok, komo, belibis, dan bebek liar. Banyaknya binatang itu makin mempesona Danau Linow. Namun sayang jumlah binatang endemik itu makin berkurang seiring tercemarnya Danau Linow, yang konon diyakini oleh penduduk, akibat daripembuangan limbah industri listrik panas bumi.
“Tak ada lagi panen padi dan ikan emas di sini. Tanah yang dulu subur sekarang tak lagi bisa ditanami lagi karena tanah menjadi bantat,” cerita Om Anche sambil mengenang masa lalunya.
Selain orang Jerman membuat saung-saung beratapkan katuk dan dilengkapi sarana wisata air seperti bebek air, kantin, juga ada pengembang yang menyediakan tempat bagi pengunjung yang ingin minum kopi sambil melihat indahnya warna-warni air Danau Linow. Tak jarang lokasi itu dipakai untuk pre-wedding, atau untuk outbound, meeting dan lainnya.
Fasilitas yang dibangun oleh pihak swasta ini makin menjadi daya tarik wisatawan yang membutuhkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan.
[caption id="attachment_320814" align="aligncenter" width="600" caption="Warna Tosca Air Danau"]
[caption id="attachment_320815" align="aligncenter" width="600" caption="Jalan Setapak Pinggir Danau"]
Coffee Kafe ini dulu sudah buka. Tak sedikit wisatawan yang datang untuk rehat sejenak menikmati keindahan Linow sambil menyeruput kopi dan menyantap makanan. Kini sedang direnovasi. “Sudah satu tahun direnovasi belum juga selesai,” ujar Om Anche.
[caption id="attachment_320816" align="aligncenter" width="600" caption="Danau Linow, Masih Mempesona"]
Siang itu, bersama Om Ance dan keluarga, saya mengintip bangunan yang sedang direnovasi. Dalam hati, saya berharap semoga cepat selesai direnovasi karena sudah banyak orang yang bertanya. Seperti tadi saya ketemu rombongan menggunakan bus tampak wajahnya kecewa karena tak ada tempat yang nyaman untuk berwisata di Danau Linow. Akhirnya mereka pun pulang setelah singgah sebentar.
Foto-foto diambil dengan smartphone S4 oleh TriLokon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H