[caption id="attachment_349918" align="alignnone" width="600" caption="Air Terjun Tumimperas Pinaras Tomohon"][/caption]
Setelah menyambut matahari terbit dari puncak Mahawu, kami singgah ke pasar untuk mengisi perut dengan kuliner khas Manado bernama Midal. Kami langsung pesan 16 porsi. Kuliner midal ini persis seperti bubur Manado (Tinutuan) namun dicampur dengan mie dan tahu serta sambal rowa untuk rasa pedasnya. Lidah makin bergoyang saat Midal disantap masih dalam keadaan panas.
Smokol (sarapan) midal sudah kami nikmati. Harga per porsi hanya 8 ribu rupiah. Kemudian kami melihat suasana pasar ekstrim yang menjual aneka macam binatang seperti kelelawar (paniki), ular Phyton, tikus hutan, babi, anjing dan sebagainya.
Roda bus kembali bergerak menuju ke arah Selatan Tomohon. Kali ini kami menuju ke air terjun “Tumimperas” Pinaras, 7 km jaraknya dari Pasar Beriman Tomohon. Jalan yang sepi karena hari libur mempercepat perjalanan kami. Saya hitung hanya sekitar 20 menit dari pasar menuju ke desa Pinaras.
[caption id="attachment_349924" align="aligncenter" width="400" caption="70 meter tingginya"]
Tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi air terjun ini. Sebagai patokan, kami harus terlebih dahulu melewati desa Kampung Jawa dan desa Pinaras. Di ujung jalan desa Pinaras itulah bus berhenti dan kami turun lalu berjalan menyusuri jalan setapak. Rambu-rambu wisata bertuliskan nama air terjun dan peringatan “no swimming” dan “no grafity” menyambut kedatangan kami selain suasana hutan yang masih hijau belukar.
Menurut sejarah sejak jaman Kolonial Belanda (1880), air terjun ini sudah terkenal. Suara air jatuh dan kemudian menimpa batu-batu dan menimbulkan suara merdu dalam bahasa daerah Tombulu disebut “tumimperas”. Dari kata itu, maka desa terdekat disebut desa Pinaras yang artinya desa yang memiliki keindahan alam dengan suara air jatuh yang merdu didengar di telinga.
[caption id="attachment_349919" align="alignnone" width="600" caption="Tangga Menurun ke Lokasi Air Terjun"]
[caption id="attachment_349920" align="alignnone" width="600" caption="Makin curam ekstra hati-hati"]
Untuk mendekati air terjun, kami menuruni jalan setapak berkelok-kelok dan sudah disemen dan dilengkapi dengan besi penyangga untuk berpegangan seperti jalan pendakian ke puncak Mahawu. Kanan-kiri dari jalan setapak itu masih banyak ditumbuhi pohon-pohon pinus dan cempaka.
Tak kurang dari 10 menit kami sudah sampai di dekat air terjun. Suara air jatuh terdengar riuh menenggelamkan percakapan kami sehingga kami bercakap dengan sedikit berteriak agar bisa terdengar.
[caption id="attachment_349921" align="alignnone" width="600" caption="Kebersamaan Dengan Alam Indah"]
Tinggi air terjun Tumimperas ini 70 meter. Air yang jatuh memang mempesonakan. Tak luput apapun kameranya langsung beraksi untuk mengabadikan dan lagi-lagi narsis dan selfi tak lepas dari aktifitas kami siang itu. Tak lupa saya memberikan kepada mereka tentang teknik slow speed untuk memotret jatuhnya air terjun.
Tiga anak kecil dari desa Pinaras datang bergabung dengan kami. Anak-anak kecil ini langsung bermain air di bawah air terjun. Bahkan mereka saling membasahi temannya. Sungguh keberuntungan bagi saya untuk memotret momen anak kecil yang sedang bermain air.
[caption id="attachment_349922" align="alignnone" width="600" caption="Bermain Air"]
Puncak Gunung Mahawu, Pasar “ekstrim” Beriman dan Air Terjun Tumimperas Pinaras, adalah bagian dari 10 objek wisata yang diandalkan oleh Pemkot Tomohon. Saat kami berkunjung kami tidak mengeluarkan uang untuk tiket masuk, alias gratis.
Kami mengeluarkan uang ketika kami mencari kuliner nasi kuning di kampung Jawa. Satu bungkus nasi kuning dengan 1 telur rebus dan krupuk harganya hanya Rp. 10.000,-. Harga ini sama dengan ongkos mikrolet dari Pasar atau Terminal menuju ke air terjun Pinaras.
[caption id="attachment_349923" align="alignnone" width="600" caption="Pulang"]
Begitulah perjalanan wisata kami utuk mengisi liburan tahun baru Islam yang dimulai dari puncak Mahawu, Pasar Beriman hingga berakhir di air terjun Tumimperas Pinaras. Meski di pelosok desa, namun Indonesia memiliki keindahan lokal yang menarik dikunjungi. Itulah indahnya Indonesia. (http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H