Oleh: Julianda BMÂ
Di era modern yang serba cepat ini, tuntutan kinerja dan produktivitas tak luput dari berbagai instansi, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Â
Namun, di balik gempuran agenda rapat, kunjungan kerja, dan berbagai kegiatan lainnya, terkadang muncul fenomena yang meresahkan: "Fake Productivity".
"Fake Productivity" atau produktivitas palsu mengacu pada situasi di mana anggota DPRD tampak sibuk dengan berbagai kegiatan, namun hasil dan dampaknya tidak signifikan.Â
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
Pertama, kurangnya fokus dan prioritas.Â
Anggota DPRD terkadang terjebak dalam kesibukan yang tidak esensial, seperti rapat demi rapat tanpa hasil konkret, kunjungan kerja yang lebih fokus pada wisata daripada substansi, dan kegiatan seremonial yang kurang berdampak pada masyarakat.
Kedua, kurangnya perencanaan dan evaluasi.Â
Kegiatan DPRD tidak selalu didasarkan pada perencanaan yang matang dan evaluasi yang menyeluruh. Hal ini menyebabkan inefisiensi dan minimnya dampak nyata pada masyarakat.
Ketiga, kurangnya akuntabilitas dan transparansi.