Oleh: Julianda BM
Kurikulum Merdeka, sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan Indonesia, menggema di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.Â
Diluncurkan pada tahun 2022, kurikulum ini menawarkan fleksibilitas dan otonomi bagi sekolah dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Namun, di balik semangat Merdeka Belajar, terhampar dilema dalam implementasi Kurikulum Merdeka.Â
Dilema ini terentang antara kesiapan dan keinginan, antara idealisme dan realitas di lapangan.
Kesiapan: Sebuah Tantangan Besar
Kesiapan menjadi batu sandungan utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka.Â
Banyak sekolah masih kekurangan infrastruktur dan sumber daya yang memadai, seperti guru yang terlatih, buku teks yang sesuai, dan platform pembelajaran digital.
Di sisi lain, beban kerja guru yang sudah berat dikhawatirkan akan semakin bertambah dengan tuntutan baru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.Â
Guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang kurikulum, merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta melakukan asesmen yang berkelanjutan.
Keinginan: Antusiasme yang Perlu Dipupuk
Meskipun diiringi dengan berbagai tantangan, antusiasme dan keinginan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka juga cukup tinggi.Â