Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dunia Politik: Arena Intrik dan Intimidasi

4 Maret 2024   15:09 Diperbarui: 4 Maret 2024   15:12 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar: https://pascasarjana.umsu.ac.id/

Oleh: Julianda BM

"Politik adalah seni mendapatkan orang lain untuk melakukan apa yang Anda inginkan." - Otto von Bismarck

Kalimat provokatif dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman pertama, ini membuka tabir dunia politik yang penuh intrik dan intimidasi. Di balik layar pidato megah dan janji-janji manis, terdapat pertarungan sengit untuk meraih kekuasaan dan pengaruh. 

Kekuatan politik bagaikan pisau bermata dua: di satu sisi, ia menjadi alat untuk membangun bangsa, di sisi lain, ia bisa menjadi senjata untuk menindas dan memanipulasi.

Dunia politik bagaikan jaring laba-laba yang rumit, penuh dengan intrik dan manuver tersembunyi. Para politisi, layaknya laba-laba, menenun strategi dan taktik untuk menjerat lawan dan mencapai tujuan mereka. Persekutuan rahasia, lobi gelap, dan manipulasi informasi menjadi senjata utama dalam permainan politik ini.

Intrik politik adalah seni memanipulasi dan menipu untuk mencapai tujuan. Para politisi menggunakan berbagai cara untuk melancarkan intrik mereka, seperti:

  • Propaganda: menyebarkan informasi yang menyesatkan atau propaganda untuk mendiskreditkan lawan.
  • Spionase: memata-matai lawan untuk mengetahui kelemahan mereka.
  • Suap: memberikan uang atau keuntungan lain untuk mendapatkan dukungan.
  • Blackmail: mengancam untuk membongkar rahasia lawan.

Intrik politik dapat terjadi di berbagai level, dari pemilihan lokal hingga negosiasi internasional. Contohnya, dalam pemilihan umum, seorang politisi mungkin menyebarkan rumor tentang lawan mereka untuk merusak reputasi mereka. Atau, dalam negosiasi perdagangan, sebuah negara mungkin mengancam untuk menarik diri dari perjanjian jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Tak jarang, intimidasi menjadi alat untuk melumpuhkan lawan dan membungkam suara kritis. Ancaman, kekerasan fisik, dan teror mental menjadi taktik yang digunakan untuk menundukkan mereka yang berani menentang.

Intimidasi politik adalah penggunaan kekerasan atau ancaman untuk memaksa seseorang melakukan apa yang diinginkan. Para politisi menggunakan berbagai cara untuk mengintimidasi lawan mereka, seperti:

  • Kekerasan fisik: menyerang atau melukai lawan.
  • Ancaman kekerasan: mengancam akan menyerang atau melukai lawan.
  • Intimidasi psikologis: menyebarkan ketakutan dan keraguan di antara lawan.
  • Penindasan: menggunakan hukum atau kekuatan untuk membungkam lawan.

Intimidasi politik dapat terjadi di berbagai negara, terutama di negara-negara dengan demokrasi yang lemah. Contohnya, di negara-negara otoriter, pemerintah mungkin menggunakan kekerasan untuk membungkam kritik. Atau, di negara-negara yang sedang dilanda konflik, kelompok-kelompok politik mungkin menggunakan ancaman kekerasan untuk memaksakan kehendak mereka.

Intrik dan intimidasi dalam dunia politik memiliki dampak yang serius bagi demokrasi. Kepercayaan publik terhadap politisi semakin tergerus, dan partisipasi masyarakat dalam politik menjadi rendah. Politik yang seharusnya menjadi alat untuk membangun bangsa, tercoreng oleh praktik kotor yang mencederai nilai-nilai demokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun