Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menyelamatkan Nyawa Petugas KPPS, Upaya Mendesak Reformasi Sistem Pemilu

19 Februari 2024   15:25 Diperbarui: 19 Februari 2024   15:26 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Julianda BM

Pemilu merupakan pesta demokrasi yang dinanti-nantikan oleh rakyat Indonesia. Di balik gegap gempita pesta demokrasi ini, terselip kisah pilu dari para pahlawan tanpa tanda jasa, Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Di setiap perhelatan pemilu, berita duka tentang meninggalnya petugas KPPS selalu mewarnai proses demokrasi. Pada Pemilu 2024, angka kematian petugas KPPS mencapai 57 jiwa hingga 17 Februari 2024, sebuah tragedi yang mengundang keprihatinan dan alarm bagi reformasi sistem pemilu.

Beban Berat di Balik Lembar Suara

Tugas KPPS bukan perkara mudah. Mereka harus bekerja berhari-hari dengan jam kerja panjang, bahkan tanpa henti, dalam kondisi kelelahan dan tekanan.

Memproses jutaan lembar suara, menyelesaikan rekapitulasi, dan menghadapi berbagai situasi di lapangan, menjadi beban berat yang dipikul para petugas KPPS.

Kurang tidur, kelelahan fisik, dan stres menjadi faktor utama yang memicu berbagai penyakit, hingga berujung pada kematian.

Tragedi yang Terulang: Peringatan Keras untuk Evaluasi Sistem

Meninggalnya petugas KPPS bukan tragedi baru. Pada Pemilu 2019, angka kematian mencapai 894 jiwa.

Tragedi ini terulang kembali di Pemilu 2024, menunjukkan bahwa sistem pemilu yang ada saat ini masih memiliki kelemahan dan perlu dievaluasi secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun