Oleh: Julianda BM
Di benak umat Islam, bulan Rajab tak sekadar mengantar Ramadan dengan penuh syahdu. Di dalamnya, tersimpan peristiwa agung yang menggetarkan kalbu - Isra' dan Mi'raj.Â
Perjalanan malam Nabi Muhammad SAW yang menembus batas ruang dan waktu, menembus batas akal dan logika.Â
Sebuah mukjizat yang bukan sekadar keajaiban, tapi peneguhan keimanan.Â
Bayangkanlah, malam di tanah Mekkah sunyi dan khusyuk. Sang Nabi, Muhammad SAW, terlelap dalam tidurnya.Â
Tiba-tiba, cahaya terang benderang memenuhi ruangan. Bukan kilat, bukan api, tapi cahaya Ilahi yang menjemput beliau.Â
Di atas Burak, makhluk bersayap bagai kuda, beliau dibawa melesat menembus angkasa. Perjalanan menembus malam itu dinamakan Isra', perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.Â
Sampai di Palestina, beliau menunaikan sholat bersama para nabi terdahulu. Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi-nabi lainnya menyambut beliau dengan penuh keakraban.Â
Suasana persaudaraan itu melampaui batas waktu dan tempat. Di Masjidil Aqsa, Muhammad SAW seolah menegaskan bahwa Islam, agama wahyu, terkoneksi dalam benang sejarah yang sama.Â
Tapi perjalanan malam itu belum berakhir. Beliau kembali melambung bersama Burak, menembus lapisan demi lapisan langit.Â