Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pemakzulan

23 Januari 2024   13:40 Diperbarui: 23 Januari 2024   13:45 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: twitter/@keithurst18

Pemakzulan

Oleh: Julianda BM

Di singgasana berlumur nestapa, raja duka bermahkota duri,
Senyum dipaksakan, mata berkaca, bayang pengkhianatan menari-nari.
Bisikan istana penuh dengki, lidah bercabang menebar dusta,
Hati pertiwi pilu menanti, mahkota keropos digerogoti nestapa.

Pemakzulan, desirnya dingin menusuk, angin takdir menderu kencang,
Bisik rakyat bagai ombak mengamuk, menghantam karang kekuasaan yang pongah.
Janji yang layu, sumpah terputus, keadilan sirna ditelan serakah,
Rakyat jelata menuntut tebus, nestapa lara dibayar setimpal.

Oh, pengkhianatan, kau belati tajam menusuk dari belakang,
Tangan sahabat berlumur noda, merengkuh takhta dengan senyum seram.
Tangis permaisuri pecah pilu, istana megah bergema duka,
Raja tersungkur, mahkota terlepas, nestapa bertahta, kuasa sirna.

Tapi ingatlah, di reruntuhan istana yang pongah,
Akan tumbuh tunas harapan baru,
Di atas tumpukan janji yang layu,
Akan merekah bunga keadilan sejati.

Pengkhianatan dan pemakzulan, bukan akhir dari kisah,
Melainkan titik awal diari terlahirnya fajar,
Fajar di mana rakyat bersuara, keadilan berjaya,
Dan tanah pertiwi sembuh dari nestapa.

Jadi, meski nestapa menjerat kuat, dan pengkhianatan menusuk dalam,
Janganlah kau tunduk, rakyatku, bangkitlah dan perjuangkanlah,
Pulihkan luka pertiwi, tegakkan keadilan,
Biarlah fajar sejati menyinari negeri yang pernah digelapi nestapa.

***JBM***

Subulussalam, (23/01/2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun