Oleh: Julianda BM
Perempuan dan anak Rohingya adalah kelompok yang paling rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Mereka telah mengalami berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi, baik di Myanmar maupun di negara-negara pengungsian.
Pada tahun 2017, militer Myanmar melakukan serangan brutal terhadap warga Rohingya di Rakhine. Serangan tersebut menyebabkan lebih dari 700.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh. (Sumber di sini)
Di Bangladesh, perempuan dan anak Rohingya terus mengalami berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, perdagangan manusia, dan diskriminasi dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan.
Perlindungan hak asasi perempuan dan anak Rohingya adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, masyarakat internasional, dan organisasi kemanusiaan harus bekerja sama untuk memberikan perlindungan yang efektif bagi mereka.
Perempuan Rohingya: Korban Kekerasan Seksual
Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang paling mengerikan yang dialami oleh perempuan Rohingya adalah kekerasan seksual. Kekerasan seksual ini dilakukan oleh militer Myanmar, aparat keamanan, dan bahkan warga setempat.
Menurut laporan Human Rights Watch, lebih dari 10.000 perempuan Rohingya telah menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan tersebut meliputi pemerkosaan, pelecehan seksual, dan perbudakan seksual.
Kekerasan seksual terhadap perempuan Rohingya memiliki dampak yang sangat traumatis. Para korban mengalami trauma fisik dan psikologis yang mendalam. Mereka juga rentan terhadap penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Anak Rohingya: Korban Diskriminasi
Anak-anak Rohingya juga menjadi korban diskriminasi di Myanmar dan negara-negara pengungsian. Mereka mengalami diskriminasi dalam mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja.
Di Myanmar, anak-anak Rohingya tidak memiliki akses ke pendidikan formal. Mereka hanya dapat bersekolah di sekolah-sekolah yang dikelola oleh komunitas Rohingya sendiri. Sekolah-sekolah tersebut seringkali kekurangan fasilitas dan tenaga pengajar.
Di negara-negara pengungsian, anak-anak Rohingya juga mengalami diskriminasi dalam mengakses pendidikan. Mereka seringkali sulit diterima di sekolah-sekolah lokal.
Selain diskriminasi dalam mengakses pendidikan, anak-anak Rohingya juga mengalami diskriminasi dalam mengakses layanan kesehatan. Mereka seringkali kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, terutama layanan kesehatan reproduksi.
Perlindungan Hak Asasi Perempuan dan Anak Rohingya
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melindungi hak asasi perempuan dan anak Rohingya, antara lain:
- Menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia
Pemerintah Myanmar dan aktor-aktor lain yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap perempuan dan anak Rohingya harus dituntut pertanggungjawabannya. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur hukum internasional atau melalui jalur hukum nasional.
- Meningkatkan akses perempuan dan anak Rohingya ke layanan perlindungan
Pemerintah dan organisasi kemanusiaan harus meningkatkan akses perempuan dan anak Rohingya ke layanan perlindungan, seperti layanan kesehatan, layanan hukum, dan layanan psikososial.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat internasional
Masyarakat internasional perlu meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia terhadap perempuan dan anak Rohingya. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye-kampanye kesadaran publik dan melalui advokasi kepada pemerintah dan organisasi internasional.
Kesimpulan
Perempuan dan anak Rohingya adalah korban pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Mereka membutuhkan perlindungan yang efektif dari pemerintah, masyarakat internasional, dan organisasi kemanusiaan.
Dengan bekerja sama, kita dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi perempuan dan anak Rohingya dan membantu mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H