Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menerka Pernyataan Megawati: Tanda Perpisahan dengan Jokowi?

13 November 2023   11:29 Diperbarui: 13 November 2023   12:05 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. PDI Perjuangan via tvonenews.com

Pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal dinamika politik yang melibatkan Mahkamah Konstitusi (MK) belakangan ini menjadi sorotan publik. Pernyataan Megawati yang menyinggung soal sejarah kekuasaan Orde Baru dan adanya tanda-tanda kecurangan pemilu dinilai sebagai sinyal perpisahan PDI-P dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Analisis Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam cukup masuk akal. Megawati memang tidak secara langsung menyebut nama Jokowi atau Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) Koalisi Indonesia Maju. 

Namun, ketika Megawati menekankan soal sejarah kekuasaan Orde Baru, maka bisa disimpulkan bahwa Megawati menyinggung praktik kekuasaan Jokowi yang sentralistik.

Putusan MK yang mengabulkan uji materi syarat capres-cawapres yang membuka jalan bagi Gibran untuk maju ke panggung pilpres, memang bisa dianggap sebagai salah satu bukti praktik kekuasaan Jokowi yang sentralistik. 

Putusan MK tersebut dinilai telah mengabaikan aspirasi rakyat yang menginginkan adanya perubahan pada aturan syarat capres-cawapres.

Pernyataan Megawati yang menyiratkan amarah dan kekecewaannya terhadap dinamika politik mutakhir, juga menunjukkan bahwa Megawati telah kehilangan kepercayaan terhadap Jokowi. 

Megawati yang merupakan salah satu tokoh yang berjasa dalam proses reformasi, tentu merasa khawatir jika praktik kekuasaan yang sentralistik dan otoriter kembali terjadi di Indonesia.

Perpisahan PDI-P dengan Jokowi tentu akan menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. 

Jika Megawati memutuskan untuk mendukung calon presiden lain, maka hal ini akan menjadi pukulan telak bagi Jokowi.

Namun, perlu diingat bahwa Megawati adalah sosok yang pragmatis. Megawati bisa saja kembali mendukung Jokowi jika Jokowi bersedia mengubah praktik kekuasaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun