Stereotip anak berdasarkan urutan kelahiran sudah ada sejak lama. Anak pertama dianggap sebagai anak paling istimewa, anak kedua dianggap sebagai anak yang sering diabaikan, dan anak terakhir dianggap sebagai anak paling disayang. Namun, apakah stereotip tersebut benar-benar ada?
Anak Pertama: Istimewa, Tapi Tidak Selalu
Anak pertama memang memiliki peran yang penting dalam keluarga. Mereka adalah anak pertama yang orang tua hadapi, sehingga orang tua cenderung lebih protektif dan menuntut pada anak pertama. Hal ini dapat membuat anak pertama merasa bahwa mereka adalah anak yang istimewa.
Namun, tidak semua anak pertama merasa istimewa. Ada juga anak pertama yang merasa tertekan dengan ekspektasi orang tua yang tinggi. Mereka merasa harus selalu menjadi yang terbaik dan tidak boleh membuat kesalahan. Hal ini dapat membuat anak pertama menjadi perfeksionis dan stres.
Anak Kedua: Tidak Selalu Diabaikan
Anak kedua sering kali dianggap sebagai anak yang diabaikan. Hal ini karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti anak pertama. Orang tua cenderung lebih fokus pada anak pertama, sehingga anak kedua merasa tersisih.
Namun, tidak semua anak kedua merasa diabaikan. Ada juga anak kedua yang merasa mendapat perhatian yang cukup dari orang tua. Mereka mungkin tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti anak pertama, tetapi mereka tetap merasa dicintai dan dihargai oleh orang tua.
Anak Terakhir: Tidak Selalu Disayang
Anak terakhir sering kali dianggap sebagai anak yang paling disayang. Hal ini karena mereka adalah anak terakhir yang orang tua hadapi, sehingga orang tua cenderung lebih memanjakan mereka.
Namun, tidak semua anak terakhir merasa disayang. Ada juga anak terakhir yang merasa tersaingi dengan saudara-saudaranya. Mereka merasa bahwa orang tua lebih menyayangi saudara-saudara mereka daripada mereka. Hal ini dapat membuat anak terakhir menjadi cemburu dan merasa tidak dicintai.