Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Wakil Presiden Perempuan: Harapan yang Berbalut Tantangan

4 Oktober 2023   23:03 Diperbarui: 4 Oktober 2023   23:07 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase tokoh perempuan di bursa cawapres. Yenny Wahid; Susi Pudjiastuti; Khofifah Indar Parawansa. [Kolase Instagram]/sumber:suara.com

Pada pemilu kali ini, banyak orang berharap Indonesia akan memiliki wakil presiden perempuan lagi. Hal ini tentu merupakan hal yang positif, karena Indonesia sudah lama tidak memiliki wakil presiden perempuan sejak Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001.

Kehadiran perempuan sebagai pemimpin, dalam hal ini wakil presiden, bisa dikatakan sebagai indikator demokrasi yang lebih baik. Perempuan dibutuhkan dalam jajaran pemerintahan dan posisi strategis bukan hanya untuk meraup suara, melainkan juga untuk mewakili perspektif kelompok perempuan, anak, serta kelompok rentan pada sektor publik maupun privat.

Secara teori, kehadiran cawapres perempuan dapat meningkatkan kualitas pemilu. Hal ini karena cawapres perempuan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih perempuan, sehingga dapat meningkatkan partisipasi pemilih perempuan. Selain itu, cawapres perempuan juga dapat memberikan perspektif yang lebih beragam dalam proses pengambilan keputusan.

Namun, secara praktis, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi agar cawapres perempuan dapat memenangkan pemilu. Salah satu tantangannya adalah masih adanya bias gender dalam masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari masih rendahnya jumlah perempuan yang duduk di parlemen dan posisi strategis lainnya.

Tantangan lainnya adalah masih adanya stigma bahwa perempuan tidak mampu memimpin. Stigma ini tentu dapat menghambat peluang perempuan untuk memenangkan pemilu.

Meskipun demikian, harapan untuk memiliki wakil presiden perempuan tetaplah ada. Hal ini terlihat dari banyaknya perempuan yang mencalonkan diri sebagai cawapres pada pemilu kali ini.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peluang cawapres perempuan memenangkan pemilu:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kepemimpinan perempuan. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye dan edukasi.
  • Mendorong partai politik untuk mencalonkan perempuan sebagai cawapres. Partai politik memiliki peran penting dalam menentukan siapa yang akan menjadi cawapres.
  • Meningkatkan kualitas cawapres perempuan. Cawapres perempuan harus memiliki visi dan misi yang jelas, serta kapasitas yang mumpuni untuk memimpin.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan harapan untuk memiliki wakil presiden perempuan dapat terwujud.

Kehadiran wakil presiden perempuan tentu akan menjadi hal yang positif bagi Indonesia. Hal ini karena perempuan dapat memberikan perspektif yang lebih beragam dan inklusif dalam proses pengambilan keputusan.

Pada pemilu kali ini, mari kita dukung cawapres perempuan agar dapat memenangkan pemilu dan menjadi wakil presiden Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun