Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sportivitas dalam Sepak Bola Indonesia: Masihkah Menjadi Mimpi?

2 Oktober 2023   06:13 Diperbarui: 2 Oktober 2023   07:54 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok. iNews.ID)

Sepak bola adalah salah satu olahraga paling populer di dunia, termasuk di Indonesia. Olahraga ini digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sepak bola juga menjadi salah satu olahraga yang paling kompetitif. Para pemain sepak bola dituntut untuk bisa memberikan performa terbaiknya demi meraih kemenangan.

Namun, di tengah persaingan yang ketat, ada satu hal yang seharusnya tidak boleh dilupakan oleh para pemain sepak bola, yaitu sportivitas. Sportivitas adalah sikap fair play dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dalam pertandingan. Sportivitas menjadi penting dalam sepak bola karena dapat menjaga keindahan dan keharmonisan pertandingan.

Sayangnya, fenomena sportivitas dalam sepak bola Indonesia masih menjadi mimpi. Masih banyak pemain sepak bola Indonesia yang melakukan tindakan-tindakan tidak sportif, seperti pelanggaran keras, protes berlebihan, dan bahkan kekerasan. Hal ini tentu saja sangat disayangkan, karena dapat merusak citra sepak bola Indonesia.

Salah satu contoh fenomena rendahnya kesadaran pemain sepak bola Indonesia akan sportivitas adalah insiden yang terjadi pada pertandingan Dewa United vs Persebaya pada 27 September 2023. Dalam pertandingan tersebut, pemain Persebaya, Arief Catur Pemungkas, melakukan pelanggaran keras terhadap pemain Dewa United, Ady Setiawan. Arief Catur menyikut kepala belakang Ady Setiawan hingga membuatnya tumbang dan mengalami cedera.

Insiden ini tentu saja sangat disayangkan. Arief Catur seharusnya bisa menahan diri dan bermain dengan sportif. Sebaliknya, dia justru melakukan tindakan yang membahayakan lawan. Tindakan Arief Catur ini tentu saja tidak bisa dibenarkan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran pemain sepak bola Indonesia akan sportivitas. Salah satu faktornya adalah tekanan untuk menang. Para pemain sepak bola dituntut untuk bisa memberikan performa terbaiknya demi meraih kemenangan. Hal ini bisa membuat para pemain menjadi lebih agresif dan cenderung melakukan pelanggaran.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kesadaran pemain sepak bola Indonesia akan sportivitas adalah kurangnya edukasi tentang sportivitas. Edukasi tentang sportivitas perlu diberikan sejak dini, baik di sekolah maupun di klub sepak bola. Edukasi ini penting untuk menanamkan nilai-nilai sportivitas kepada para pemain sepak bola.

Untuk meningkatkan kesadaran pemain sepak bola Indonesia akan sportivitas, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. PSSI, klub sepak bola, dan para pemain harus bersama-sama berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas. PSSI harus bisa memberikan sanksi yang tegas kepada pemain yang melakukan tindakan tidak sportif. Klub sepak bola juga harus bisa memberikan edukasi tentang sportivitas kepada para pemainnya. Sementara itu, para pemain harus bisa menyadari pentingnya sportivitas dalam sepak bola.

Sepak bola adalah olahraga yang indah. Sportivitas adalah salah satu elemen penting yang membuat sepak bola menjadi indah. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga sportivitas dalam sepak bola Indonesia. Mari kita wujudkan sepak bola Indonesia yang indah dan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun