Waktu kuliah, saya sering makan di warung makan sederhana dekat kampus. Warung itu bernama "Warung Cut Ngoh", dan dikelola oleh seorang ibu yang sudah berumur. Ibu itu sangat baik hati, dan selalu mau menerima kasbon dari saya.
Saat itu, saya masih belum punya penghasilan tetap, sehingga sering kasbon ke warung Cut Ngoh. Ibu pemilik warung selalu mau menerima kasbon saya, bahkan masih dibonusi lauk dan ditanyain kabar setiap hari. Saya merasa seperti anak sendiri di warung itu.
Saya masih ingat, suatu hari saya kasbon ke warung Cut Ngoh untuk makan siang. Saat itu, saya sedang kehabisan uang, dan belum ada kiriman dari orang tua. Saya merasa malu untuk kasbon lagi, tetapi ibu pemilik warung tetap mau menerima kasbon saya.
Ibu itu bilang, "Nggak apa-apa, Nak. Lagian, kamu sering makan di sini. Jadi, sudah seperti anak sendiri."
Saya merasa terharu dan bersyukur atas kebaikan hati ibu pemilik warung. Saya merasa seperti mendapat keluarga baru di warung itu.
Sampai saya selesai kuliah, saya masih sering makan di warung Cut Ngoh. Ibu pemilik warung selalu menyambut saya dengan hangat, dan selalu menanyakan kabar saya.
Kenangan saya di warung Cut Ngoh adalah salah satu kenangan terindah saya waktu kuliah. Warung itu tidak hanya menjadi tempat makan, tetapi juga tempat saya mendapatkan pertolongan saat membutuhkan.
Jika saya bertemu lagi dengan ibu pemilik warung Cut Ngoh, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan hatinya. Saya juga ingin memberi tahu beliau bahwa kebaikan hatinya telah membuat perbedaan dalam hidup saya.
Kebaikan Hati Warung Cut Ngoh
Kebaikan hati ibu pemilik warung Cut Ngoh sangat berarti bagi saya. Ibu itu tidak hanya membantu saya memenuhi kebutuhan makan, tetapi juga memberikan saya dukungan moral.