Mohon tunggu...
Loris Zurofano
Loris Zurofano Mohon Tunggu... Editor - Institut Seni Indonesia

Memiliki hobi mengedit sejak kecil, tetapi juga menulis.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tarian Tradisional Kethek Ogleng Masih di Pertahankan Seniman Wonogiri

30 Desember 2024   00:05 Diperbarui: 30 Desember 2024   00:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian Kethek Ogleng

Wonogiri memiliki kesenian tradisional yang beragam, salah satunya adalah pertunjukan Tari Kethek Ogleng, yang hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat, ditengah masuknya arus globalisasi. Gerakan lincah monyet ini dulunya menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Tarian ini tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat, tetapi juga sarana untuk melestarikan kesenian budaya dari leluhur. Meskipun banyak kebudayaan luar yang terus masuk, para seniman tetap berupaya menjaga kelestarianya. Tari Kethek Ogleng memiliki sejarah panjang yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Awalnya, tarian ini digunakan oleh masyarakat sebagai bentuk hiburan dan upacara dalam berbagai acara seperti panen atau perayaan desa. Ada juga yang mengatakan bahwa tari ini terinspirasi dari kebiasaan para petani yang melihat monyet-monyet bermain di hutan.

Gerakan Tari Kethek Ogleng memiliki Gerakan tubuh yang lincah. Para penari menirukan gerakan monyet dengan cara yang lincah, dan terkadang diselingi dengan gerakan yang mengundang tawa. Gerakan ini meliputi loncatan, berputar, menari sambil berayun, hingga gerakan tubuh yang menyerupai monyet yang sedang makan atau bermain. Keunikan tarian ini terletak pada kemampuan penari untuk mengubah gerakan tubuh mereka menjadi Gerakan ciri khas monyet dengan penuh kelincahan. Para penari Tari Kethek Ogleng biasanya mengenakan kostum yang menyerupai monyet, dengan warna-warna cerah dan atribut yang mencirikan hewan tersebut, seperti topeng atau riasan wajah yang menunjukkan bentuk monyet. Kostum ini mendukung kesan humor dan kelincahan yang menjadi ciri khas tarian ini.

       Menurut salah satu seniman kethek ogleng dari kecamatan Baturetno, kesenian kethek ogleng ini sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun. "Kethek ogleng bukan sekedar tarian, tetapi juga bercerita tentang perjuangan, kesetiaan, dan pesan moral yang bisa diambil," ujar sang seniman. Berdasarkan data dari dinas kebudayaan dan Pariwisata Wonogiri, jumlah kelompok seni yang aktif menampilkan tari Kethek Ogleng ini semakin berkurang setiap tahunnya. Penyebab minimnya generasi muda akan mempopulerkan kebudayaan dan kurangnya dukungan dari masyarakat luas. Meskipun saat ini dunia semakin dipengaruhi oleh globalisasi dan banyak kebudayaan luar yang masuk, Tari Kethek Ogleng tetap dilestarikan oleh masyarakat Wonogiri sebagai simbol identitas budaya yang kuat. Para seniman dan generasi muda di Wonogiri berupaya menjaga kelestarian tari ini, baik dengan mempertahankan pertunjukan secara langsung maupun melalui berbagai kegiatan pelatihan dan festival budaya.

       Tari Kethek Ogleng menggambarkan kera putih yang identik dengan tokoh anoman dalam cerita Ramayana. Gerakan tarian ditampilkan dengan iringan  musik gamelan. Pada zaman  dahulu tarian ini kerap digunakan dalam hajatan, syukuran, hingga upacara adat. Kesenian ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk menjaga kesenian ini. Jika tidak ada perhatian serius, kesenian kethek ogleng ini bisa punah dan tinggal cerita. Sebagai seni tradisional yang penuh makna, Kethek Ogleng tidak hanya memukau melalui gerakan yang lincah dengan iringan music gamelan, tetapi juga membawa kita pada perjalanan hidup yang penuh akan pesan moral. Di dalam kisahnya, terkandung ajaran tentang keberanian menghadapi tantangan, kesetiaan kepada kebenaran, serta pengabdian yang tulus kepada tujuan mulia. Melalui tarian ini, kita diingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuatan fisik, kecerdasan, dan keindahan jiwa.

Dalam setiap hentakan kaki dan ayunan tangan penari Kethek Ogleng, ada doa dan harapan yang terjalin untuk terus menghubungkan generasi sekarang dengan akar budaya leluhur. Seni ini bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana untuk memahami filosofi hidup, menjaga tradisi, dan membangun identitas bangsa. Lewat Kethek Ogleng, kita Bersama sama menghargai keanekaragaman budaya Indonesia yang menjadi kekuatan besar dalam persatuan bangsa. Namun, tantangan modernisasi tidak bisa diabaikan. Kehidupan yang semakin modern sering kali menjauhkan kita dari warisan budaya lokal. Oleh karena itu, pelestarian Kethek Ogleng harus menjadi prioritas, baik melalui pendidikan formal di sekolah, pelatihan seni di komunitas, hingga promosi aktif di media sosial dan festival seni internasional. Dukungan semua pihak---pemerintah, masyarakat, dan generasi muda---sangat dibutuhkan agar seni ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.

Dengan melestarikan Kethek Ogleng, kita turut menjaga tradisi yang menjadi identitas bangsa. Mari bergandengan tangan untuk terus menghadirkan tarian ini dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga sebagai inspirasi untuk masa depan. Bersama-sama, kita bisa memastikan bahwa Kethek Ogleng terus menjadi saksi abadi dari kekayaan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun