Mohon tunggu...
lorin imogen
lorin imogen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa Universitas Pelita Harapan Semester 4 jurusan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Kasus Kremasi dalam Agama Buddha

26 September 2023   22:25 Diperbarui: 27 September 2023   00:08 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kremasi atau pembakaran jenazah bukanlah hal yang baru di indonesia dan tentunya sudah sering kita dengar di kalangan masyarakat. Bukan hanya agama buddha tetapi agama lain pun juga ada yang melakukan kremasi pada jenazah, mengingat indonesia memiliki beragam suku dan budaya.

Banyak yang mengira bahwa agama buddha mewajibkan umatnya untuk dikremasi saat mereka meninggal nanti tapi pada faktanya kremasi bukanlah hal yang wajib dilakukan saat meninggal bagi umat buddha melakukan hal tersebut adalah sebuah pilihan masing masing orang.

* Saat meninggal Buddha memutuskan untuk melakukan kremasi. Buddha sudah menitipkan pesan untuk siswanya untuk melakukan sebuah upacara kremasi tepat setelah beliau parinibbana atau meninggal. Buddha melakukan upacara tersebut memiliki tujuan tertentu yaitu karena ia ingin meninggalkan relik untuk siswanya melakukan penghormatan terutama untuk siswanya yang belum pernah bertemu langsung dengan Buddha. Relik biasanya berbentuk seperti batu kecil atau pecahan dari jasmani Buddha. Buddha juga memiliki maksud dan tujuan mengapa beliau tidak memasukan praktik kremasi ke dalam kitab tripitaka, yaitu siswanya tidak harus mengikuti jejaknya dan melakukan kremasi saat meninggal. Jadi kremasi dalam agama Buddha itu tidak wajib karena bukan anjuran dari buddha, tetapi banyak siswa buddha melakukan kremasi karena sudah turun menurun.

Kremasi sendiri adalah proses pembakaran jenazah yang dulunya dilakukan menggunakan kayu tetapi karena zaman sudah berkembang dan teknologi sudah semakin canggih maka sekarang proses kremasi sudah menggunakan suatu alat yang biasa disebut sebagai oven khusus untuk melakukan kremasi sehingga jenazah akan lebih cepat menjadi abu. Proses ini hanya memakan sekitar 1-2 jam, berbeda pada zaman dulu yang menggunakan kayu yang bisa memakan waktu lebih lama dari itu. Setelah itu sisa sisa dari tulang ataupun gigi dari jenazah akan dihancurkan menjadi abu. Abu dari jenazah biasanya akan ditaruh didalam toples dan kemudian abu tersebut  akan diserahkan kepada keluarga masing masing, ada keluarga yang menaburkan abu tersebut di laut tetapi ada juga keluarga yang menyimpan abu tersebut di tempat khusus.

Kremasi merupakan suatu metode yang digunakan kepada jenazah yaitu dengan cara dibakar. Diketahui bahwa kremasi memiliki arti yaitu "dimakan api" atau "membakar" dalam bahasa latin yaitu cremationem. Berbagai peneliti sepakat mengenai kremasi kemungkinan terjadi di daerah Eropa dan daerah Timur yaitu pada 3000 SM yaitu selama pada zaman batu. Di negara Indonesia kremasi dilakukan di setra atau di krematorium. Dalam agama Buddha proses kremasi bukanlah suatu kewajiban melainkan yaitu suatu pilihan.

Kremasi dulunya dilakukan menggunakan kayu tetapi karena zaman sudah berkembang dan teknologi sudah semakin canggih maka sekarang proses kremasi sudah menggunakan suatu alat yang biasa disebut sebagai oven khusus untuk melakukan kremasi sehingga jenazah akan lebih cepat menjadi abu. Proses ini hanya memakan sekitar 1-2 jam, berbeda pada zaman dulu yang menggunakan kayu yang bisa memakan waktu lebih lama dari itu. Setelah itu sisa sisa dari tulang ataupun gigi dari jenazah akan dihancurkan menjadi abu. Abu dari jenazah biasanya akan ditaruh didalam toples dan kemudian abu tersebut  akan diserahkan kepada keluarga masing masing, ada keluarga yang menaburkan abu tersebut di laut tetapi ada juga keluarga yang menyimpan abu tersebut di tempat khusus.

 Terdapat berbagai hal yang melatarbelakangi kremasi pada agama Budha yaitu sebagai berikut : ajaran Budha yang mengikuti zaman India Kuno, Buddha meninggalkan relik, dan juga berbagai perubahan dalam upacara kematian pada agama Budha yang dimana salah satunya yaitu kremasi. Dalam agama Buddha tujuan dari dilakukannya kremasi pada jenazah yaitu sebagai penghormatan terakhir kepada jenazah tersebut dan dapat juga berdasarkan permintaan orang tersebut sebelum meninggal dunia.

Dalam hal ini dalam agama Budha menganut kepercayaan kehidupan setelah mati berupa terlahir kembali atau lebih dikenal dengan sebutan reinkarnasi. Reinkarnasi penganut Budha tergantung kepada karma baik dan karma buruk yang diperoleh dari kehidupan sebelumnya. Tujuan dari penganut Budha yaitu dapat reinkarnasi dengan karma baik sehingga dapat berada dalam kehidupan yang abadi yaitu di tempat sang Buddha tinggal atau berada.

Apa yang terjadi setelah kematian?

Dalam ajaran Buddhisme, apa yang terjadi setelah kematian dipahami dalam konteks siklus kelahiran dan kematian yang disebut "Samsara". Samsara adalah siklus tak berujung reinkarnasi atau kelahiran kembali. Setelah kematian dalam pandangan Buddhisme, individu mengalami berbagai tahapan yang bergantung pada karma mereka (di kehidupan sebelumnya) dan pemahaman mereka tentang ajaran Buddha. Berikut 3 hal yang dipercaya terjadi setelah kematian:
1. Proses Kematian (Antara Kematian dan Kelahiran Kembali): Setelah kematian fisik, jiwa individu diyakini mengalami periode peralihan yang dikenal sebagai "antara kelahiran dan kematian" (antarwadhi dalam Buddhisme Tibet). Ini adalah fase di mana jiwa melepaskan tubuh fisik dan memasuki keadaan transisi. Selama fase ini, jiwa mungkin mengalami berbagai pengalaman, termasuk pengalaman cahaya, suara, dan perasaan yang intens.

2. Reinkarnasi (Kelahiran Kembali): Reinkarnasi adalah proses di mana jiwa individu dilahirkan kembali dalam kehidupan baru setelah kematian. Keadaan kelahiran kembali seseorang diyakini sangat dipengaruhi oleh karma mereka. Karma adalah hasil dari tindakan, perbuatan, dan niat moral yang dilakukan selama kehidupan sebelumnya. Karma baik dapat mengarah pada kelahiran yang lebih baik, sementara karma buruk dapat mengarah pada kelahiran yang lebih sulit atau buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun