Metafora adalah salah satu gaya bahasa yang paling banyak digunakan dalam karya sastra. Menurut Tarigan, metafora adalah perbandingan yang secara langsung mengidentifikasikan satu hal dengan hal lainnya. Dengan kata lain, metafora menyatakan sesuatu sebagai sesuatu yang lain untuk memberikan kesan yang lebih dalam, hidup, dan imajinatif. Tidak seperti perumpamaan (simile) yang menggunakan kata pembanding seperti "seperti" atau "ibarat," metafora menyamakan dua hal yang berbeda secara langsung tanpa kata penghubung. Hal ini membuat metafora memberikan efek makna yang kuat dan terkadang mengejutkan.
Metafora sering digunakan dalam berbagai bentuk komunikasi, mulai dari puisi, prosa, pidato, hingga percakapan sehari-hari. Fungsi utama metafora adalah memperjelas makna dengan cara memperbandingkan atau menggambarkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Dengan metafora, ide-ide yang kompleks dapat dibuat menjadi lebih sederhana dan dapat dirasakan dengan lebih baik.
Misalnya, dalam kalimat "Waktu adalah pedang," metafora ini menyamakan "waktu" dengan "pedang." Metafora ini memberikan gambaran bahwa waktu adalah sesuatu yang tajam, berbahaya, dan bisa "melukai" atau membawa konsekuensi yang serius jika tidak digunakan dengan bijak. Contoh ini menunjukkan bagaimana metafora bekerja dengan cara menciptakan hubungan makna antara dua hal yang berbeda secara imajinatif.
Menurut Tarigan, penggunaan metafora yang efektif membutuhkan pemahaman mendalam tentang makna kedua hal yang disandingkan. Dengan demikian, metafora tidak hanya sekadar hiasan bahasa, tetapi juga alat yang kuat untuk menyampaikan emosi, perasaan, dan ide yang sulit dijelaskan dengan kata-kata biasa. Kehadiran metafora dalam bahasa menunjukkan betapa kaya dan dinamisnya komunikasi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H