Seiring berkembangnya teknologi, setiap industri tentunya akan mengalami digitalisasi untuk menjadikan pekerjaan yang lebih efisien dan efektif. Begitu juga yang coba dilakukan oleh pihak Pertamina. Mereka meluncurkan aplikasi MyPertamina dalam rangka digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang penggunaan dimaksudkan untuk memastikan proses penyaluran BBM subsidi benar-benar tepat sasaran.
Aplikasi ini menjadikan pembelian dan pembayaran BBM tipe solar dan pertalite secara cashless. Mungkin bagi pihak Pertamina dan Pemerintah, penggunaan aplikasi MyPertamina mempermudah proses pelacakan pendistribusian BBM. Pada kenyataannya, penggunaan aplikasi ini justru menyulitkan konsumen. Sering kali orang keluar untuk membeli bensin tanpa membawa ponsel karena jaraknya dekat tetapi malah tidak bisa karena perlu menggunakan aplikasi MyPertamina.
Bahkan Anggota Komisi VII DPR RI Rofik Hananto menyatakan bahwa "Sistem penggunaan aplikasi My Pertamina untuk membeli pertalite dan solar itu kurang tepat." Selain itu, dia juga menyatakan bahwa "walaupun kebijakan ini untuk mengatur distribusi BBM bersubsidi agar tepat sasaran, tapi tujuannya belum jelas".
Selain itu, dengan adanya kebijakan penggunaan aplikasi MyPertamina mengharuskan orang untuk menggunakan ponsel di daerah SPBU yang sejak dulu  diketahui bahwa hal tersebut berdampak buruk misalnya dapat mengganggu akurasi pengukuran pompa BBM karena gelombang elektromagnetik hingga bisa terjadi ledakan karena radiasi elektronik.
Dampak negatif lain dari penggunaan aplikasi ini ialah adanya penumpukan antrean konsumen karena perlu waktu tambahan untuk mengoperasikan aplikasi tersebut dan lagi tidak semua orang sudah melek teknologi.
Sebenarnya digitalisasi bukanlah hal yang buruk, malah mungkin saja dapat membuat masyarakat Indonesia semakin melek teknologi yang telah menjadi kebutuhan harian. Akan tetapi, dari beberapa poin di atas bisa terlihat bahwa penggunaan aplikasi MyPertamina belum bisa membuat pekerjaan lebih efisien dan efektif malah sebaliknya.Â
Akan lebih baik jika pelacakan penyaluran BBM bersubsidi dilakukan dengan pencatatan plat nomor kendaraan oleh pihak pertamina saat konsumen melakukan pembelian secara komputerisasi.Â
Dengan begitu antrean tambahan tidak akan terjadi, konsumen tidak akan merasa direpotkan, tidak perlu menghawatirkan dampak negatif penggunaan ponsel di SPBU, serta Pemerintah masih bisa melacak penyaluran BBM subsidi agar tepat sasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H