Mohon tunggu...
Lorentina
Lorentina Mohon Tunggu... Guru - Makes your worth journey

Berharga atau tidak, tergantung kita mengemasnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Manusia Trotoar

18 Desember 2020   18:35 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:37 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan menghirup udara pagi dengan sepatu yang nyaman di kaki . Tertegun langkah terhenti, menatap lekat untuk yakinkan diri. Adakah benar yang kulihat ini.  Dua balita tergolek nyenyak. Salah satunya bertelanjang setengah badan. Di samping ayah bunda yang juga lelap, di atas trotoar dihalangi gerobak. Yang dipenuhi dus-dus dan beragam kemasan plastik air mineral. Menyesal tak kubawa sedikitpun uang, yang mestinya kuselipkan dibawah perut bocah yang saat bangun pasti merasa lapar. Terbayang balitaku di rumah, hangat dan nyaman. Kumelangkah pulang. Di antara bising deru kendaraan, hatiku bergemuruh mengingat korupsi dana bantuan sosial. Kacamataku berembun, maskerku basah. Adakah Ibu Pertiwi masih punya air mata untuk tertumpah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun