Demam Berdarah Dengue (DBD) bukan suatu hal yang baru bagi kalangan masyarakat Wonogiri. Setiap tahunnya wilayah Wonogiri mengalami fluktuasi kasus dan jumlah kematian akibat DBD ini. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti.Â
Gejala penyakit DBD ini bervariasi dari yang ringan hingga tingkat yang parah, gejala klinisnya seperti demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, muncul bintik-bintik merah, tekanan darah rendah, sakit kepala, nyeri otot, dsb. Â Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Wonogiri, sejak tahun 2022 sudah tercatat 109 kasus dan 3 orang meninggal akibat penyakit ini.Â
Bahkan pada tahun 2024 sejak bulan Januari hingga Maret jumlah kasus menyamai total kasus selama tahun 2022. Penularan DBD tidak dapat dianggap remeh, anak-anak usia < 15 tahun dan orang dewasa menjadi rentan terkena DBD, jenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena DBD dibandingkan perempuan.Â
Hal ini didukung dari data Dinas Kesehatan Wonogiri bahwa pada tahun 2022 kasus DBD pada laki-laki melampaui batas hingga mencapai 70 kasus dibandingkan perempuan  yang hanya 39 kasus. Ancaman DBD tidak hanya sekedar nyamuk Aedes aegypti menggigit di waktu pagi atau sore hari, namun berdampak dalam kehidupan sehari-hari.Â
Dampaknya dari aspek ekonomi masyarakat Wonogiri, terkait biaya pengobatan yang tinggi serta kehilangan produktivitas akibat sakit dapat memberikan beban finasial yang berat bagi keluarga yang terkena dampaknya. Terlebih jika terjadi kematian akibat DBD, tidak hanya memberikan luka emosional yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan melainkan juga adanya konsekuensi ekonomi jangka panjang.Â
Selain itu, pada aspek sosial masyarakat adanya penyebaran DBD ini, munculnya stigma terhadap individu maupun keluarga yang terkena DBD, hal ini menimbulkan isolasi sosial maupun diskriminasi bahkan setelah pemulihan dari penyakit tersebut. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis individu  maupun keluarga yang tidak dapat terbantahkan.
Faktor Risiko dan Pengendalian DBD
Pada persoalan DBD ini tidak sekedar dilihat dari data statistiknya saja, melainkan terdapat lapisan-lapisan yang menyelimuti akar masalah. Faktor-faktor risiko seperti faktor kondisi tempat tinggal, berdasarkan data Disdukcapil Kab. Wonogiri tahun 2023 dimana Wonogiri termasuk wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, total penduduk sekitar 1.072.582 jiwa di antaranya laki-laki 536.848 jiwa dan perempuan 535.734 jiwa.
 Faktor lingkungan seperti rumah warga yang kurang pencahayaan atau sinar matahari, jarak rumah warga yang berdekatan sehingga mempermudah nyamuk untuk berkembangbiak dan berpindah karena jangkauan terbang nyamuk Aedes aegpti berkisar 40-100m, adanya kepadatan vegetasi, serta ketinggian wilayah Wonogiri sekitar 141 mdpl, yang cocok untuk tempat perkembiangbiakan nyamuk Aedes aegypti karena nyamuk ini dapat hidup pada ketinggian wilayah < 1000 mdpl.
 Faktor perilaku manusia seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) menjadi faktor penyebab tingginya kasus DBD di Wonogiri karena kebiasaan masyarakat yang masih melakukan penumpukan sampah, kebiasaan menggantungkan pakaian, tidak melakukan pembersihan/ menguras bak mandi secara rutin.Â