Mohon tunggu...
Lori Mora
Lori Mora Mohon Tunggu... -

Menulis adalah dua kali lipat dari belajar...\r\n#columnist pemula \r\n#pekerja\r\n#observer\r\n#pelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lestarikan Budaya Lewat Pendidikan

7 November 2012   01:06 Diperbarui: 4 April 2017   17:52 4822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Lori Mora

Di kenalnya Indonesia sebagai salah satu negara bagian Timur yang berbudaya sudah menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain untuk mengunjungi Indonesia dan mengenalnya lebih dekat. Tentunya pengenalan akan budaya harus dipadupadankan dengan pengenalan akan pendidikan yang luas. Sebab, budaya membutuhkan pendidikan untuk mengadaptasikannya menjadi suatu bentuk yang lebih menarik dan memiliki ciri khas.

Hakikatnya, manusia adalah mahluk yang berbudaya. Oleh karenanya budaya sangat mengakar dalam kehidupan manusia. Sehingga ketika manusia mendapatkan pendidikan untuk membuka wawasan secara universal, maka budaya menjadi penyeimbang agar ketika manusia menjadi superior, ia tidak lupa akan kehidupan berbudayanya dengan orang lain.

Sebabnya, dalam reshuffle kabinet bulan Oktober 2011 lalu, SBY mengembalikan kebudayaan dalam badan Kementrian Pendidikanyang sekarang kita kenal dengan Kemendikbud (Kementrian Pendidikan dan Budaya). Keputusan ini diharapkan agar dapat memulihkan kembali realita bahwa kita sedang berada dalam kondisi kehilangan identitas diri. Semakin kuatnya cengkraman globalisasi, menyeret kita ke dalam situasi kehilangan nilai budaya sebagai mana telah diwariskan secara turun temurun.

Dramatisnya persoalan moralitas yang menjangkiti para generasi muda saat ini baik pada tingkat sekolah formal (SD,SMP dan SMA), tingkat universitas dan masyarakat menjadi titik berat tugas dan tanggung jawabKementrian Pendidikan.

Pendidikan dan Budaya

Pendidikan tanpa budaya sama artinya dengan makanan yang tampak nikmat namun hambar tanpa rasa. Secara filosofisnya pendidikan berasal dari budaya manusia yang telah mengakar. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan karena proses pendidikan terjadi didalam lingkungan manusia yang berbudaya.

Pendidikan ada untuk memberi arah dan pandangan yang lebih baik akan budaya manusia itu sendiri. Tanpa pendidikan, budaya itu sendiri pun akan kehilangan arahan. Hal ini diakibatkan oleh sifat budaya yang dinamis. Bisa dibuktikan dengan seiring melajunya waktu, arus globalisasi yang mempengaruhi budaya manusia. Hal ini menjadi tolak ukur agar pendidikan pun dijadikan sebagai controller atas nilai-nilai budaya manusia yang semakin bebas tanpa kendali.

Sebagai perbandingan pergeseran nilai-nilai kebudayaan yang gagal ditransformasi melalui pendidikan nyata-nyatanya menyeret kita pada budaya lupa akan pembelajaran tentang kosmologi(ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya semesta dan segala isinya) dan kearifan lokal masyarakat tradisional yang telah dimiliki bangsa ini sejak lama. Zaman mengalihkan budaya manusia yang cenderung merusak kekayaan alam (misal: ilegal loging) dan menjual budaya demi uang. Nilai-nilai budaya yang sangat fundamental itu tak lagi diajarkan di bangku sekolah.

Untuk itu nilai-nilai kebudayaan harus diterapkan melalui pendidikan. Para generasi muda wajib menjadi orang-orang berpendidikan yang bermoral dan berakhlak mulia. Pendidikan dan budaya harus selaras dan mewujudkan kembali tradisi kehidupan yang saling gotong royong, musyawarah dan melestarikan nilai-nilai budaya daerah sebagai identitas bangsa yang tidak bisa punah.

Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia untuk berperilaku sebagai mahluk berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan ketrampilan pada anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sosial masing-masing dalam masyarakat.

Penerapan Ideal

Pandangan akan pentingnya melestarikan budaya menyadarkan sejumlah lembaga pendidikan untuk terus memberikan pembelajaran tentang beranekaragamnya suku bangsa dan bahasa yang kita punya.

Metode perngenalan budaya kepada peserta didik dilakukan dengan cara mengajak anak didik untuk membuat sejumlah kreasi tentang kekayaan tradisi bangsa yang kita punya. Seperti yang dilakukan salah satu sekolah nasional plus yang ada di Medan, anak-anak tingkat SMA dituntut untuk membuat kreatifitas dalam hal kesenian melalui lagu dan tarian daerah Sumatra Utara seperti lagu dan tarian daerah batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-Pak, Mandailing dan sebagainya.

Secara prakteknya, hal ini benar-benar sangat berhasil menumbuhkan kecintaan akan budaya tradisional kita karena mereka dituntut untuk secara langsung mengaplikasikannya baik secara individu maupun kelompok.

Penerapan itu menurut saya sangat optimal untuk menumbuhkan sikap dan pandangan generasi muda agar terus memupuk kecintaan akan budayanya. Toh apa yang mereka terapkan malah memberi kebanggaan tersendiri terhadap kerja keras mereka untuk terus berlatih bahasa daerahnya dan terus melestarikan budaya itu sejak dari mudanya.

Meskipun di lembaga pendidikan ini mayoritas terdiri dari keturunan Tionghoa, namun mereka tetap memiliki minat yang tinggi untuk belajar tentang lagu dan tarian semisal batak toba. Biasanya guru yang mengajarkan mata pelajaran kesenian, memberi anak murid sejumlah tugas praktek belajar lagu dan tarian daerah yang ada di Sumatera Utara. Penerapan tersebut benar-benar ampuh dalam menanamkan nilai seni dan budaya bagi anak didik.

Ketika anak didik diberi pandangan dan pengajaran tentang mencintai budaya di lingkungan sekolah, maka dua hal pokok pasti sudah tertanam didalam kehidupan mereka seperti berusaha melestarikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dan meminimalisir pengaruh modernisme yang sangat mudah terjangkit di kalangan muda.

Pendidikan adalah media untuk mengajarkan anak didik sejak dini akan kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Dikembalikannya budaya dalam ranah pendidikan sebenarnya belum menjamin penerapan pelestarian budaya melalui pendidikan. Namun hal yang patut diperhatikan adalah pola pembelajaran dan pembudayaan pengenalan budaya bangsa melalui pendidikan menjadikan mereka memiliki rasa yang menyatu dengan budayanya.

Metode pengajaran pendidik harus mampu mengajak mereka untuk berkreatifitas dan menjadikan budaya yang telah ada semakin menjadi berwarna. Dengan kata lain, meng-cover kembali warisan budaya itu dengan nuansa yang berbeda. Saatnya anak muda menjadi penerus yang kreatif dan cinta budaya. Selain itu, pendidik harus selalu memberi pandangan dan juga pekerjaan rumah yang menuntut untuk mengenal budayanya sendiri dan dapat mengimplementasikannya sebagai warisan yang patut dilestarikan dari generasi ke generasi. Dengan demikian, pendidikan merupakan jembatan untuk mengajarkan anak murid akan warisan budayanya yang mungkin saja dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata dan kekayaan yang bernilai tinggi di mata dunia.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun