Karena, di dalam tubuh yang penuh dengan baretan luka, hidup harus terus bergerak maju dengan rasa optimis dan jujur. Tanpa perlu menunggu puluhan ahli hukum atau ahli lain untuk memulai keadilan dan kemajuan, tetapi dimulai dengan orang terdekat kita: keluarga, kawan dekat, dan relawan. Seperti Ibu Leila yang memulainya dengan kisah ini, juga saya, kamu, kita semua yang rela membagi sedikit waktu untuk Indonesia. Rumah tempat kita pulang.
Terima kasih atas kisah Indah yang menuntun kami untuk Pulang, Ibu....
Terima kasih atas kisah sekelumit pemuda yang tak sempat kami kuburkan tulang belulangnya di Makam Taman Pahlawan,
Terima kasih atas kisah para pemuda yang tak sempat kami pahatkan namanya, di dalam buku sejarah Indonesia.
Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali-kali....
Much Love,Â
Woro Januarti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H