Mohon tunggu...
Kartika L
Kartika L Mohon Tunggu... -

I'm a young counselor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Sahabatku

10 September 2013   11:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:06 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini, tepatnya satu bulan sejak aku pindah ke rumah baruku. Perlahan , aku bisa menyesuaikan diri. Aku merasa nyaman tinggal di tempat ini,meski awalnya aku enggan disini. Terus terang, aku tidak senang pindah ke tempat ini. Karena keadaannya jauh berbeda dengan rumah tinggal ku yang dulu. Rumah tinggal yang dulu dekat dengan pertokoan, pusat perbelanjaan , hiburan dan lain2. Sedangkan sekarang, berbeda 180 derajat. Yang terlihat hanya hamparan sawah, sapi, kambing, ayam, santri2 yang pergi mengaji ( Karena memang termasuk lingkungan pesantren ).

Hari-hari ku isi dengan menulis, ngeblog , chat , mencari lowongan kerja dan beberapa aktivitas baru yang harus ku lakoni.sejak aku tinggal di desa, subuh aku sudah dibangunkan untuk sholat, setelah itu membantu memasak di dapur, menyapu rumah dan halaman, tak jarang aku pergi ke sawah untuk mengirim makanan. Huhh… aktivitas yang tak pernah aku kerjakan sebelumnya , baik di tempat kost maupun di rumah. Mau tidak mau, itu sudah menjadi rutinitas baru yang harus ku lakoni. Bagaimana tidak, simbah selalu ngomel kalau aku tidak mau “ wanita itu , calon ibu rumah tangga. Jadi, mulai sekarang harus dibiasakan.. “. Hemm… aku ingin jadi wanita karier yang sukses , memiliki pembantu sehingga aku tak perlu repot2 melakukan pekerjaan rumah yang melelahkan. Namun pemikiran itu berubah , semenjak aku mendengar pengajian di masjid bahwa “ istri yang baik, adalah yang bisa menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak dan suami. Pandai mengurus rumah tangganya….”.

Disini , aku mulai mendapat teman baru dia adalah Ratih. Gadis berjilbab yang lugu, pendiam, ramah dan pandai. Bacaan al Qurannya fasih,bahasa arabnya lancar dan dia pernah menjuarai lomba qiroah. Dia seusiaku, meski ia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi namun saat ini dia telah bekerja sebagai pengajar ekstra di pesantren. Hal ini yang terkadangmembuat ku iri sekaligus bingung. Aku yang lulusan sarjana salah satu universitas ternama sampai saat ini belum juga mendapat pekerjaan. Sedangkan ia, dengan mudah mendapat pekerjaan.

Sore itu, Ratih datang kerumah . ia mengajak ku untuk menghadiri pengajian di pesantren. awalnya aku menolak, namun ibu yang menyuruhku untuk tetap datang. Akhirnya, aku pun menghadiri pengajian itu dan sungguh aku seperti mendapat hidayah. Selain aku mendapat ilmu dan pencerahan , aku pun di tawari pekerjaan sebagai pengajar ekstra komputer di pesantren tersebut. Aku kaget dan bingung bagaimana bisa pihak pesantren tau kalau aku seorang sarjana komputer. Ternyata, Ratih yang menceritakannya. Alhamdulillah, sungguh aku bersyukur padaNya. Benar, semua indah pada waktunya. Sesampainya di rumah, aku kabarkan pada ibu dansimbahku, mereka terlihat senang mendengar kabar yang barusan aku sampaikan. Sholat wajibdan sunnah aku laksanakan tanpa ada yang tertinggal. Aku mulai menyempurnakan bacaan al quran ku, tentunya dengan bantuan Ratih sahabatku. Ia sering meminjamkan bukunya padaku. Buku-buku tentang Islam yang isinya sungguh menyentuh. Sebelumnya, aku tak pernah membaca buku semacam itu, karena aku anggap membosankan. tapi ternyata tidak, bukunya sangat menarik.

Dari sinilah aku belajar lebih dalam tentang Islam, aku lebih merasa nyaman dan senang berteman dengan orang2 seperti mereka. Mereka hidup sederhana, tidak berfoya-foya, pesta2 dan lain sebagainya. Berbeda dengan teman ku di kota, yang ada di fikiran mereka hanyalah senang2. Mereka seolah lupa bahwa mereka kelak akan mati. Disini aku tak melihat seorang perempuan dan laki2 berduaan, bergandengan tangan maupun berpelukan. Mereka saling menjaga pandangan mereka , menjaga kehormatan wanita dan menjaga fitrahnya cinta.

Subhanalloh… sungguh ku rasakan kedamaian telah bersemayam dalam diriku, aku merasa begitu dekat dengaNya. Aku sungguh menyesal karena telah suudzon pada Ratih, apa yang aku pikirkan tentangnya ternyata tidak benar. Dia bukan gadis kuper atau gadis yang membosankan. Dia adalah gadis shalihah, dialah teman yang sesungguhnya. Mengajak dan mengajarkan kebaikan padaku, memahami apa arti hidup yang sesungguhnya. Membuka kan mata hatiku yang telah tertutup oleh kebahagiaan semu dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun