Tea walk atau berjalan di area perkebunan teh Puncak, Bogor adalah keinginan saya yang sudah lama diangan-angankan namun belum pernah terwujud sampai pada akhirnya bulan September lalu tanpa disengaja kali pertama saya melakukan "tea walk."
Berawal dari perjalanan inilah kami mengetahui kalau di area perkebunan ini menyediakan tempat penginapan. Saat kami mengetahui itu kami pun seakan memiliki pemikiran yang sama untuk mencari waktu yang tepat berwisata di sana. Dan tanggal 19 - 20 Desember 2017 menjadi pilihan kami. Kamar standar yang kami pesan bisa dihuni oleh maksimal 4 orang dengan atau tanpa tambahan tempat tidur tapi pasti dengan tambahan sarapan untuk 2 orang lagi karena mereka hanya memberikan fasilitas sarapan kepada 2 orang.
Beberapa hari sebelum berangkat kami sudah tahu barang-barang apa saja yang wajib dibawa, salah satunya adalah payung. Ya payung menjadi benda yang sangat diperlukan saat kita bepergian dibulan Desember khususnya di daerah Bogor. Untuk saya sendiri payung yang saya bawa sudah saya pakai tak lama setelah saya keluar dari rumah pagi itu. Tak jauh setelah melewati daerah Cisarua tampak asap putih yang tak berbau, yaitu "kabut."
Kabut menutupi kanan, kiri dan depan jalan yang membuat kami hampir melewati Gunung Mas tempat dimana kami harus turun dari bis. Hujan dan kabut pun menyambut serta menyapa dengan lembut kedatangan kami. Rencana kami hari itu tinggallah rencana karena cuaca yang tidak mendukung. Sembari menunggu waktu masuk penginapan kami pun menghabiskan waktu di kafe depan dengan menikmati penganan yang kami pesan dan yang kami bawa hehe... Pisang satu sisir menjadi buah tangan dari pak tua yang menjajakan dagangannya di kafe itu.
Perjalanan kami lanjutkan ke kantor pemasaran untuk check-in ke kamar yang kami pesan. Hhhmm...kamar yang lumayan besar dan nyaman dengan fasilitas tv, perlengkapan mandi, air panas untuk mandi dan minum yang bebas minta kapan saja serta wifi yang wajib dipakai secara bijaksana . Kamar memang tanpa pendingin ruangan namun rasa dingin di kamar melebihi pendingin ruangan elektronik yang sayangnya tidak bisa dikecilkan atau bahkan dimatikan.Â
Saat suasana dingin seperti ini terbayang minuman dan makanan panas yang akan menghangatkan suasana namun sayang kita tidak bisa memesan makanan dari kafe setempat karena kafe hanya melayani sampai pukul 4 sore.
Syukurnya, kami memiliki pisang untuk dimakan. Jadi jika ada rencana untuk bermalam di sini bawalah persediaan makanan yang cukup. Tibalah saatnya tuk menyusun posisi tidur agar tetap terasa hangat di kamar yang dingin namun bertambah dingin dengan turunnya hujan lebat ditengah malam.
Pagi ini matahari enggan keluar dari peraduannya, seenggan kami beranjak dari peraduan kami. Hanya kabut tebal yang terlihat menutupi hijaunya rumput didepan serta belakang kamar kami sambil terdengar indahnya suara hujan. Karena hujan rencana kami tuk 'tea walk' pun gagal namun tak menyurutkan kami tuk sekedar jalan pagi ditengah hujan dan kabut yang tebal. Jalan didepan kami tertutup kabut, jarak pandang hanya 3-5 meter selebihnya kami tak dapat melihat apa pun. Dua hari yang berkabut membuat kami bisa menikmati waktu libur yang begitu indah dengan melihat dan merasakan alam yang mempesona ditengah cuaca dingin yang berkabut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H