Mohon tunggu...
lora afrina ola
lora afrina ola Mohon Tunggu...

saya lora afrina. saya menyukai hal-hal baru yang menantang untuk melawan rasa malas. saya suka menulis karena saya bisa menuangkan unek-unek yang membebani pikiran. Banyak hal yang menurut saya enggak pas (balik lagi, itu menurut standar penilaian yang saya buat sendiri).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mamakku dan Berlian Sertifikasinya

1 Desember 2010   14:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sore ini mamakku tak berhenti tersenyum sambil memandangi cermin kaca tua kami. Sambil meraba telinganya dengan tangan kirinya namun tetap fokus pada benda yang berkilau di telinga dan jari manisnya.

Mungkin hari ini adalah hari terboros di sepanjang hidupnya. Biasanya pengeluaran perhari jarang mencapai tiga puluh ribu rupiah. Namun hari ini, sore ini dia menghabiskan uang 5 juta rupiah. Yah, itu untuk memenuhi hasratnya sebagai seorang perempuan, istri, ibu serta anggota masyarakat.

Mamakku adalah seorang Pegawai Negeri Sipil guru , istri dari seorang PNS(guru), ibu dari 4 orang anak yang usianya berderet serta menantu dari seorang petani penuntut. Baginya tidak pernah terbayangkan akan memikul tanggung jawab sebesar itu.

Gajinya bapakku ditambah gaji mamakku terbilang cukup besar untuk penghasilan rata-rata di kota kecil. Kami pun bersekolah di sekolah ternama di kota kecil ini dan mengikuti les sore dari SD hingga SMU. Semua biaya pendidikan terpenuhi secara melimpah. Beliau selalu berkata “Kita cuma punya rejeki untuk sekolah, bukan untuk berfoya-foya!”. Jadi tidak heran sejak kecil hingga lulus sma jika ada baju baru yang melekat di tubuh kami dan dia, percayalah bahwa itu adalah pemberian saudara.

Sejak 2 tahun belakangan ini, angin segar mulai terasa bagi kalangan guru (PNS), tak terkecuali bapakdan mamak. Guru akan menerima sertifikasi yang totalnya mencapai sebelas juta rupiah. Namun, hanya guru yang sudah sarjana (S1). Bapakku menerima sertifikasi tersebut, namun uang tersebut langsung diberikan kepadaku untuk membeli laptop.

Berbeda dengan bapak, mamakku harus mengambil ekstensi untuk mencapai gelar S1-nya. Dengan gigih dia bekerja lebih keras untuk membiayai kuliah 3 orang anak dan kuliahnya sendiri. Dengan hidup berkecukupan, akhirnya dia mampu menyelesaikan kuliahnya dan ketiga orangnya dan sambil membiayai kuliah anak bungsunya.

Setelah 1 tahun lebih dan proses birokrasi yang panjang, akhirnya uang sertifikasi tersebut cair. Langsung dia membuat memberikan uang jajan kepada kami anak-anaknya dan beberapa sepupu kami untuk menandakan dia sedang mendapat rejeki pertama kali dalam hidupnya.

Keinginan terbesarnya adalah dia ingin membeli sebuah gelang emas berlian. Dulu dia pernah memiliki satu gelang warisan ibunya, namu gelang tersebut harus dijual untuk membiayai uang masuk kuliah saya.

Ternyata mamakku adalah seorang wanita biasa yang tidak dapat menahan lagi keinginnyanya selama 24 tahun. Tak hanya gelang, dia tergiur membeli cincin dan anting berlian. Sambil tersenyum dia berkata, “Udah capek kali aku bekerja, biar ada tandanya aku bekerja siang malam”.

Tersenyum aku sambil berkata dalam hati, “Kau layak mendapatkan itu semua, Mak!”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun