Kau pasang klaksonmu, Ku Hajar kupingmu
Naik betor(becak motor) yang ditarik ama abang-abang orang Batak memang sesuai dengan kondisi kami yang sedang terburu-buru. Dari raut wajahnya, si abang sama sekali tidak kelihatan sisi sangarnya. Tapi penilaian saya hancur ketika si abang membunyikan klaksonnya padahal keadaan macet. Dia memencet klaksonnya beberapa kali padahal saat itu sedang macet.
Ketika berada di lampu merah kedua, betor kami berada di tengah-tengah mobil mewah. Yang saya ingat di sebelah kiri kami ada kijang Innova abu-abu yang disetir ibu-ibu. Waktu lampu hijau menyala, semua kendaran saling berebut maju tanpa menghiraukan kendaraan lain. Si ibu yang membawa kijang Innova mengklakson beberapa kali sampai memekakkan telinga saya.
2 menit kemudian, terdengar suara klakson tronton gandeng, padahal di sekitar itu enggak ada tronton yang lewat. Ibu saya sampai terkejut sambil memegang dadanya karena sangkin terkejut. Tiba-tiba si Abang bicara “memangnya dia ajah yang punya klakson?, aku juga punya”. Lalu si abang menarik kuas yang letaknya pas di depan kami lalu terdengarlah suara klakson tronton. Ibu saya yang masih terkejut justru saat itu juga tertawa terkekeh-kekeh, saya juga. Sementara si abang terus saja membunyikan klakson trontonnya waktu melewati jalanan yang dipenuhi hotel mewah.
Kejadian kedua saya yang berkaitan dengan klakson adalah waktu saya dan temen sedang naik betor di Kisaran. Yang punya narik betor itu adalah laki-laki setengah baya. Dari cara bicaranya waktu tawar- menawar ongkos, si abang tampak baik.
Waktu kami mau naik ke betor, si abang menyuruh cepat naik karena ada mobil mewah yang mau lewat. Mobil Honda CRV hitam itu membunyikan klasonnya beberapa kali dan membuat si abang marah. Baru mulai perjalanan si abang ngomel soal klakson. Katanya,” Mentang-mentang punya klakson yang suaranya besar, jadi seenak dia aja mengklakson orang”. Akhirnya sepanjang perjalan kami (saya, teman saya dan si abang) membicarakan bagaimana klakson kendaraan dari orang-orang yang enggak bisa menghargai orang kecil, khususnya klakson mobil-mobil yang sesuka hati berbunyi padahal di sekitarnya banyak kendaraan kecil lain yang juga sama-sama butuh cepat di lalu lintas.
Sadar tidak sadar, kita sebagai manusia semakin egois dalam segala hal, termasuk dalam menikmati fasilitas umum. Padahal fasilitas umum, seperti jalan raya adalah milik bersama dan dinikmati bersama. Namun karena keegoisan kita yang selalu menganggap diri sendiri paling penting, maka kita enggak pernah memikirkan kalau orang lain juga berpacu dengan waktu dan sama-sama punya kepentingan.
Maksud saya dalam tulisan ini bukan orang-orang yang bermobil mewah saja, namun orang kecil. Orang kaya dan orang kecil sama-sama tidak mengerti aturan lalu lintas ataupun tidak mau menuruti aturan lalu lintas. Mungkin yang sering terjadi adalah angkutan umum berhenti sesuka hati sehingga menyebabkan jalanan macet dan kendaraan lain tidak leluasa melaju. Sementara mobil-mobil tidak menghiraukan orang lain yang terganggu dengan suara klakson mobil mereka. Andai saja mereka mau berempati dan berpikir bahwa bagaimana kalau mereka menaiki kendaraan yang tidak tertutup sehingga harus rela terganggu dengan suara klakson yang keras, debu serta polusi udara.
Maka dari itu, bijaknya dalam bertindak dan saling menghormati kepentingan orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI