Sebuah bola lampu pijar ketika dipasang ternyata nyalanya merah. Setelah diteliti didapatkan bahwa pada bola lampu tersebut tertulis 60 W , 220 V , sedangkan tegangan yang ada adalah 110 V. Jika I adalah intensitas lampu sekarang pada jarak 2 m dan Io adalah intensitas bila tegangan listrik 220 V juga pada jarak 2 m dan hambatan lampu dianggap tetap, maka I/Io?
Pusing baca soal fisika itu? Bagi orang yang suka pelajaran berhitung pastinya tidak susah untuk menyelesaikannya. Tapi, akan memusingkan bagi orang yang sama sekali tidak soal berhitung atau yang dikenal orang sosial. Sayangnya orang-orang yang tidak suka soal hitungan lebih banyak ketimbang penyuka eksakta. Sama halnya dengan fakta lebih banyak siswa SMA yang memilih kelas IPS ketimbang kelas IPA. Terbukti juga dari hasil ujian nasional yang menunjukkan banyak siswa yang tidak lulus UAN karena nilai matematikanya tidak mencapai standar. Tapi, coba kita perhatikan apa makna dibalik soal fisika tersebut dan kaitannya dengan hidup kita sehari-hari.
Makna kehidupan tidak hanya bisa kita petik dari pengalaman hidup misalnya gagal ujian, sakit, kecelakaan. Kita sering melupakan hal-hal kecil yang kita anggap kurang penting, padahal hal kurang penting itu menyimpan makna yang luar biasa. Tidak usah menunggu usia 17 tahun untuk menyebut diri sendiri dewasa dan siap mandiri. Kita harus bersyukur karena sejak sekolah, kita sudah diajarkan makna kehidupan dan diajarkan layaknya kehidupan orang dewasa seharusnya, meskipun kita tidak menyadarinya.
Saya bangga mempunyai ayah seorang guru fisika. Meskipun dulu saya pernah malu karena ayah saya terlalu kejam menjadi seorang guru fisika. Beliau selalu mengeluhkan murid-muridnya tidak ada yang mampu memahami apa itu fisika dan untuk apa belajar fisika. Saking seringnya beliau mengeluh, saya jadi berpikir bahwa ayah saya terlalu memaksakan kehendaknya sebagai seorang guru fisika, padahal belum tentu semua orang mampu.
Namun kini saya mengerti apa maksud ayah saya yang selalu mengajarkan cara berpikir fisika. Begini nasihatnya:
"Baca baik-baik soal itu. Cari apa yang diketahui lalu apa yang ditanya, lihat rumusnya di buku lalu kerjakan tanpa kalkulator!"
Saya tidak serta merta mengetahui apa maksud dari semua itu. Perasaan saya pada saat itu tentunya sangat "dongkol". Ketika teman-teman yang lain boleh memakai kalkulator, sementara saya setiap kali ujian harus membaca lembaran coretan dan mereka selesai lebih cepat daripada saya.
Ayah saya selalu mengatakan tidak penting angka atau hasil soalnya tersebut tepat, dia sangat menghargai siswanya yang mampu menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanya serta apa rumusnya. Tujuan akhirnya bukan hanya mendapatkan angka hasil perkalian dan pembagian, tapi kita diajarkan menikmati untuk berpikir sistematis dan mendapatkan hasil dengan cara sesederhana mungkin.
Ketika kita harus membaca baik-baik soal tersebut adalah banyak hal yang harus kita perhatikan, bukan hanya angka ataupun besaran serta rumusnya, namun ada permainan logika di dalamnya. Sama halnya ketika kita menghadapai sebuah kondisi, kita harus mengerti apa yang sedang kita hadapi, bukannya langsung meresponi dengan sikap dan tindakan. Kita diajar diam sejenak untuk menelaah kondisi itu, itulah yang membuat kita berbeda dengan orang yang tidak berakal sehat.
"Cari yang diketahui" berarti fakta apa saja yang bisa kita kumpulkan. Fakta adalah hal yang sebenarnya terjadi dan tidak ada rekayasa, meskipun fakta itu akan membuat kita sedih, bahagia, jengkel dan kecewa. Hal ini mungkin adalah yang paling sulit dilakukan. Sama seperti ketika mencari apa yang diketahui dari soal fisika. Banyak angka yang ditulis di dalam soal, tapi tidak semua angka itu menjadi data yang berguna untuk mencapai hasil. Itu sebabnya kita disuruh diam sejenak lalu mencoba menemukan apa yang sedang terjadi agar kita menemukan apa yang paling penting dan aa yang tidak penting sehigga kita tidak terjebak dalam hidup yang sia-sia.
Tahapan selanjutnya tentunya"cari apa yang ditanya". Dalam soal fisika, yang paling penting kita harus mengetahui apa yang ditanyakan dalam soal tersebut. Sama halnya kita harus menemukan apa yang menjadi pokok permasalah dalam setiap masalah yang kita hadapi. Ketika kita sudah menemukan fakta, seharusnya kita mampu menemukan apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah bagi kita dan tentunya ada "GAP" atau "misunderstanding".