Mohon tunggu...
Khozanatul ulum
Khozanatul ulum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Oleh Khozanatul ulum dan riska purnama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Gender Perempuan dalam Pekerjaan: Mengapa Karir Perempuan Dipertanyakan?

17 Oktober 2024   06:43 Diperbarui: 17 Oktober 2024   06:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam sejarah Dunia Perspektif Gender Yunani, peran perempuan seringkali tersisih dan diremehkan. Kegiatan perempuan hanya seperti seputar dapur (memasak), mengurus rumah, mencuci, mengurus anak, mendidik anak, dan melayani kebutuhan biologis suami tak lebih dari itu semua.

 Kita para perempuan kerap kali diberi pertanyaan keluarga atau karir? Kenapa perempuan harus disuruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Kalimat-kalimat itu sejak awal menempatkan seolah-olah membuat perempuan tak berdaya. Karena sejatinya setiap perempuan itu multi peran, seorang perempuan bisa menjadi ibu, menjadi istri, menjadi tetangga, bahkan menjadi jurnalis sekalipun. Namun, di dunia ini perempuan yang memiliki cita-cita tinggi dianggap aneh. Sebagian besar orang percaya bahwa tugas utama seorang perempuan adalah menjadi istri yang baik, merawat rumah,dan membesarkan anak.

"Perempuan tidak pantas bekerja di luar rumah," ujar mereka yang selalu meremehkan perempuan. "Tempatmu nanti ada di dapur, bukan di sekolah. Bagaimana bisa kau meninggalkan tanggung jawabmu sebagai seorang istri dan ibu". Ucap mereka lagi tanpa tau ucapan mereka sangat menyakiti hati para perempuan. " Jadi perempuan jangan mengejar karir, nanti laki-laki tidak ada yang berani mendekati. Jadi perempuan jangan punya mimpi tinggi, nanti ujung-ujungnya juga ke dapur. Jadi perempuan jangan terlalu pinter, nanti laki laki minder". Panataskah mereka berkata seperti itu?

Seharusnya perempuanlah yang sangat membutuhkan pendidikan yang tinggi. Kenapa? Karena pendidikan yang tinggi tersebut dapat berdampak positif baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat bahkan negara. Dengan pendidikan perempuan dapat menjaga dirinya dari pelecehan dan kekerasan, dengan pendidikan perempuan dapat mendidik anak anaknya kelak menjadi anak yang baik dimasa depan, dengan pendidikan perempuan dapat memajukan sebuah negara, dan dengan bekal pendidikan yang dimiliki kita sebagai perempuan dapat melawan apapun terhadap tindakan kekerasan dan pelecehan.

Meski banyak anggapan mengenai wanita yang kekuatannya jauh dibandingkan dengan laki-laki, namun rupanya banyak perempuan masa kini yang mampu mendobrak dunia perkerjaan dan mengalahkan laki-laki. Kekuatan dari seorang perempuan untuk banyak orang atau sekadar hidupnya sendiri rupanya begitu luar biasa.

Kini, seiring perkembangannya kesadaran akan keseteraan gender, perempuan semakin berperan aktif dalam masyarakat, dan hal itu mampu membungkam omongan orang tentang pentingnya peran dan karir perempuan. Dan jika masih ada yang beranggapan bahwa:

"Perempuan berperinsip dianggap egois, perempuan beristirahat dianggap males, perempuan bicara uang dianggap matre, perempuan menangis dianggap cengeng, perempuan menjawab dianggap melawan, perempuan bercerita dianggap tidak bersyukur, perempuan berargumen dianggap susah di atur". Lalu di mana letak benarnya seorang perempuan jika semua selalu disalahkan?

Jika perempuan bisa berkata ''aku bisa berperan seperti laki laki" lantas apakah bisa laki laki berkata ''aku bisa menjadi seorang perempuan"?. Perempuan tidak dilatih hanya untuk menerima nilai saja, tetapi juga bisa memberi nilai. Jangan menilai seorang perempuan saat berlutut, kamu tidak pernah tahu seberapa tinggi dia saat dia berdiri. Perempuan berhak memperjuangkan hak dan karirnya sama seperti siapa pun, tanpa harus merasa bersalah atau dihakimi. Teruslah berjuang, wahai perempuan, Di setiap detik, di setiap impian. Karirmu, hakmu, adalah nyala, yang takkan padam, membakar semesta.

Perempuan yang melawan adalah pelangi setelah hujan badai, mereka yang menantang dunia demi cinta, demi hidup, demi harapan. la tak berperang untuk menang, tapi untuk tetap menjadi dirinya, tak terhapus waktu, tak terpadamkan. Meski entah akan berkarir atau jadi ibu rumah tangga kedepannya. Tapi apa salahnya jika perempuan mengejar pendidikan yang tinggi, berkeinginan yang tinggi, harapan tinggi tuk jadi sukses. Karena sejatinya kita tak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan, tantangan apa yang akan dihadapi dan disitulah semua akan terjawab.

Perjuangan seorang perempuan adalah nyala harapan, bahwa keseteraan bukan sekedar mimpi, melainkan tujuan yang pasti diraih. Ketika perempuan memperjuangkan haknya, ia tidak hanya melawan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk generasi yang akan datang. Meski pada zaman dahulu wanita kerap kali dianggap sebagai mahluk yang lemah tak berdaya, namun saat ini sebaliknya, banyak sekali wanita yang berhasil menunjukkan kekuatan dan kemampuannya dalam mengerjakan banyak hal yang besar. Tidak melulu mengerjakan pekerjaan rumah, wanita yang berada di zaman sekarang juga banyak yang bekerja di luar rumah untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarganya. Coba liat di era modern ini banyak perempuan yang menjadi DPR,Bupati,Gubernur dan lain sebagainya.

Seorang perempuan harus percaya jika ia bisa menjadi seorang ibu yang baik, bisa juga mempunyai karir yang baik. Teruntuk laki-laki yang merasa perempuan-perempuan merebut tempat kalian, yang harusnya kalian masuki tapi tidak bisa karena sudah terpenuhi, bukan berarti kalian harus bersikap jahat dan bersikap misoginis kepada perempuan yang berkerja. Karena mereka juga terjun kedunia perkerjaan bukan karena memperjuangkan karir saja, melainkan ada juga yang mencari nafkah untuk diri sendiri, keluarga, bahkan membatu perekonomia suami yang tak memenuhi kebutuhan perekonomian rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun