Mohon tunggu...
Phie
Phie Mohon Tunggu... -

hanyalah rumput liar yang tergoda untuk tumbuh, di tanah manapun kuasa angin menerbangkan bibitnya..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Renungan Hidup..

2 Juli 2011   05:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cobalah renungkan kembali perjalanan hidupmu, dan bersyukurlah karena tidak semua orang beruntung untuk memperoleh kesempatan yang sama sepertimu.

December 2010: During the 12 January earthquake, Fredlande’s back was injured, and her grandmother was killed. “Sometimes I remember how the ground was shaking, and it’s as if I can still feel it shake,” she said. Fredlande has recovered, but her family can no longer afford her school fees. “I want to be a doctor,” she said. “They take care of people when they are sick.” ©UNICEF/Roger LeMoyne

Fredlande. Ayesha. Dua orang gadis muda yang cantik.. ya, itulah kesan pertama yang kulihat darinya saat aku melihat foto mereka. Mereka memiliki senyumnya indah.. Mereka adalah salah satu dari sepenggal kisah kehidupan. Kedua gadis ini memiliki kesamaan latar belakang. Mereka terpaksa harus kehilangan semua yang dimilikinya, harta benda, lingkungan tempat tinggal dan bahkan keluarga yang dicintai. Fredlande. Ayesha. Kedua gadis muda yang cantik itu memberikan pelajaran berharga untukku, kembali mengingatkanku atas apa yang kumiliki, yang terkadang terlupa untuk disyukuri.. Temanku, terkadang, kita terlupa untuk mensyukuri berkah dan kenikmatan yang telah kita miliki. Kita menganggapnya sebagai sesuatu yang telah biasa kita miliki. Hidup, harta benda, keluarga, teman, pendidikan, status, kesehatan, kebahagiaan.. Semua kita anggap telah melekat dalam diri kita. Hak milik kita. Terkadang kita terbiasa untuk mengeluh dan mengeluh dengan semua itu. Terkadang tanpa sadar kita menyia-nyiakan apa yang telah kita miliki. Cobalah mensyukuri apa yang telah kita punya karena tidak semua orang mampu memilikinya.. Ingatkah kita bahwa semua yang kita miliki hanyalah "pinjaman"? Kita hanyalah sebagian dari orang yang beruntung, karena telah diberi kesempatan untuk menikmatinya; hingga batas waktu peminjaman yang telah ditentukan itu berakhir. Ketika kita mampu untuk mengenyam pendidikan, kita terus mengeluhkan banyaknya beban tugas yang harus dikerjakan, sulitnya ilmu yang harus dicerna, hingga tanpa sadar terkadang kita mengangapnya sebagai suatu siksaan. Ketika kita bekerja, kita mengeluhkan aliran tugas yang seakan tak terhenti, berharap agar semuanya berakhir dan banyak hal lainnya yang lupa kita syukuri sebagai berkah. Ketika kita memiliki barang, kita mengeluhkan barang-barang kita yang kita miliki dan berusaha menyesuaikan diri dengan gaya hidup orang lain.. Teman, ingatkah kalian bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan itu; bahkan sekeras apapun mereka berusaha mereka tidak sanggup menggapainya? Temanku, bagiku hidup adalah hal yang tidak dapat diprediksikan, tidak dapat dihitung dengan rumus pasti matematika.. kita hanyalah aktor yang memainkan sebuah cerita, tanpa pernah mengetahui tantangan kehidupan apa yang akan menyambut kita didepan. Terkadang kehidupan membawa kita pada kebahagiaan, akan tetapi sekejap kemudian alur kehidupan mampu menghempaskan kita dalam kesedihan.. Walau demikian kehidupan layak untuk disyukuri. Adalah suatu berkah kita diberi kesempatan hidup. Bahkan ketika hidup itu terasa pahit sekalipun. Cobalah tengok kembali, bukankah kita juga pernah menikmati saat-saat indah.. dan janganlah terus terpaku pada kepahitan yang justru akan membuatmu merasa semakin terpuruk.. Relakanlah, maafkanlah masa lalumu. Tulislah episode baru kisah hidupmu dengan indah. Temanku, apapun cerita kehidupan yang sedang engkau jalani saat ini, bersyukurlah karena telah menjalaninya. Seberat apapun perjalanan itu.. Cobalah renungkan kembali perjalanan hidupmu, dan bersyukurlah karena tidak semua orang beruntung untuk memperoleh kesempatan yang sama sepertimu.

13095837661005291604
13095837661005291604
January 2011: Ayesha rocks her baby sibling to sleep in Waruki Kili Village, Tank District. Their home collapsed in the recent floods, and the family is rebuilding it. “I want my children to study, but it is not possible for us to send them to school,” said their father. “Ayesha is the oldest of my six children. She needs to help look after children and help with construction. We are poor; we cannot afford labour.” ©UNICEF/ShehzadNoorani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun