Mohon tunggu...
Lona Hutapea
Lona Hutapea Mohon Tunggu... Wiraswasta - Student

Lifelong learner. Memoirist.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Jepang (6): Sahabat Indonesia (Jilid I)

14 November 2010   09:04 Diperbarui: 4 April 2017   16:26 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12897251441699379732

Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi, berfokus pada hubungan dengan sebuah negara tertentu, tanpa bermaksud mengecilkan arti peran dan sumbangsih negara lainnya yang pasti juga telah banyak berkontribusi bagi Indonesia.

************************

Belakangan ini bangsa Indonesia sedang berkubang duka.  Peristiwa Wasior, Mentawai dan Merapi menambah panjang deretan bencana yang kerap melanda negeri.  Setiap tahun sepertinya bencana alam tak pernah bosan menyambangi tanah tercinta.  Posisi istimewa di bola dunia yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta memang harus diterima sebagai ‘satu paket’ utuh.  Berada tepat di jalur ring of fire menjadi anugerah tak terkira karena membuat tanah kita jadi subur dan kaya, namun sekaligus membuatnya sangat rentan bencana. Menengok ke belakang, hampir 6 tahun yang lalu tepatnya 26 Desember 2004, ujung barat Indonesia khususnya Bumi Rencong sempat digoncangkan oleh terjangan tsunami yang amat dahsyat.  Bersama beberapa wilayah bahkan negara lain, kerugian yang diderita tak terhitung banyaknya. [caption id="attachment_75219" align="alignleft" width="300" caption="dok. pribadi"][/caption] Saat itu, karena pekerjaan suami, keluarga kami sedang berdomisili di wilayah Kansai, sebelah barat Jepang.  Informasi tentang bencana mengerikan itu kami peroleh melalui tayangan CNN.Dalam waktu singkat, sebagian besar masyarakat Indonesia di Jepang sudah mengetahui kejadian ini. Esok harinya, malam tanggal 27 Desember, di Wisma Konjen yang berlokasi di kota Kobe berlangsung acara Doa Bersama untuk para korban tsunami yang jumlahnya mencapai angka ratusan ribu itu.Acara dihadiri tidak saja oleh kami-kami yang WNI, tapi juga orang-orang Jepang yang bersimpati dan memiliki ikatan emosi dengan Indonesia.Merekalah yang saya maksud dengan ‘Sahabat Indonesia’ pada judul tulisan ini. Suasana haru yang mewarnai Doa Bersama malam itu masih segar membekas di ingatan saya.Salah satu acara yang paling berkesan adalah saat semua bersama menyanyikan lagu ‘Indonesia Pusaka’ – baik dalam versi Bahasa Indonesia maupun Jepang.Seluruh hadirin larut dalam duka. Beberapa sahabat warga Jepang itu pun turut meneteskan air mata. Dalam rentang beberapa minggu bahkan beberapa bulan setelahnya, ucapan turut bersimpati maupun sumbangan-sumbangan mengalir deras.Tak hanya melalui ‘kotak sumbangan’ resmi yang dibuka di KJRI Osaka, pihak-pihak ‘swasta’ pun turut mengerahkan upaya.Saya bahkan sempat menyaksikan beberapa pemuda Jepang berdiri di jalan-jalan sekitar Sannomiya, sebuah pusat keramaian di downtown Kobe, sambil menenteng kotak sumbangan untuk korban tsunami di Indonesia. Acara-acara pengumpulan dana juga berlangsung di berbagai kota. Pagelaran bertajuk ‘Malam Dana’ atau ‘Charity Concert’ terselenggara di mana-mana. Belum lagi surat-surat maupun kartu ucapan bela sungkawa dari rekan-rekan Jepang yang ingin menyampaikan simpati mereka.

********************

Negara ini memang punya pertalian sejarah dengan Indonesia.  Ada masa dimana mereka menjejakkan kaki di tanah kita sebagai penjajah yang semena-mena, dan - menurut kisah beberapa orang tua yang hidup di masa itu - konon bahkan lebih bengis dari Belanda. Namun sikap agresif ekspansif mereka di masa lalu yang mencoba menguasai dunia telah menuai buah pahit lewat peristiwa Hiroshima – Nagasaki tahun 1945.Saking traumanya dengan bencana itu, Jepang tak punya Angkatan Perang sampai sekarang.Undang-Undang mereka hanya mengijinkan adanya Pasukan Perdamaian. Adapun dalam kaitannya dengan Indonesia, hubungan kedua negara juga mulai pulih seiring berjalannya waktu.Hubungan diplomatik Indonesia – Jepang mulai dibuka pada bulan April 1958 melalui Penandatanganan Perjanjian Perdamaian serta Perjanjian Pampasan Perang.Sedangkan pembukaan jalur penerbangan berawal pada tahun 1963 (situs Kedubes Jepang). Dalam periode setelah itu hubungan Indonesia – Jepang berkembang sangat pesat di berbagai bidang, baik ekonomi, sosial budaya, teknologi, pendidikan, juga bantuan darurat untuk korban bencana alam.Termasuk hibah Pemerintah Jepang bagi korban tsunami Mentawai dan letusan Merapi seperti diberitakan oleh situs Kedubes Jepang (4 November 2010) . Cakupan pembahasan hubungan antar kedua negara terlalu luas jika diuraikan satu per satu.Mungkin yang lebih populer dan sering diberitakan adalah dalam ranah hubungan ekonomi.Namun saya tidak memiliki kapasitas untuk membahasnya.Saya lebih memilih sedikit berbagi tentang apa yang sungguh-sungguh saya lihat dan alami sendiri saat berkesempatan tinggal di sana, yaitu aspek budaya, terutama peran dan kontribusi beberapa komponen masyarakat Jepang dalam promosi budaya Indonesia.

(Bersambung ke Jilid II : Warga Jepang Duta Budaya Indonesia)

Catatan :Teks lagu ‘Indonesia Pusaka’ versi Bahasa Jepang bagi yang berminat….

インドネシア我が故郷とわなるこの国よ

インドネシア生れし日より我がほこりはらから

われをうみし土地よわれを育てし地よ

我が考いの身を守り我が眠るこの地よ

Indonesia wa ga furusato, towanaru kono kuni yo

Indonesia umareshi hi yori, wa ga hokori hara kara

Ware o umishi tochi yo, ware o sodateshi chi yo

Wa ga o inomi o mamori, wa ga nemuru kono chi yo

Ciptaan : Ismail Marzuki

Terjemahan : Maruyama Kastuhiko

Sumber : ‘Lagu-Lagu Indonesia’ 2000 (Jepang Club)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun