Mohon tunggu...
Lona Hutapea
Lona Hutapea Mohon Tunggu... Wiraswasta - Student

Lifelong learner. Memoirist.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tentang Jepang (4): Takarazuka, Teater Perempuan

31 Mei 2010   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

'Takarazuka' (宝塚) terbentuk dari dua huruf kanji, 'takara' (宝) dan 'tsuka' (塚 - karena digabung lafalnya berubah menjadi 'zuka').  'Takara' berarti 'harta karun', dan 'tsuka' berarti 'timbunan / kuburan'.  Jadi secara harafiah 'Takarazuka' kurang lebih bermakna 'timbunan harta karun'. Kota Takarazuka merupakan bagian dari Hyogo Prefecture yang termasuk wilayah Kansai, Jepang Barat.  Sejarah Takarazuka sebetulnya berawal pada tahun 825, namun baru diresmikan sebagai sebuah kota mandiri pada tahun 1950-an. Sesuai namanya, Takarazuka memang layak disebut 'timbunan harta karun'.  Salah satunya yang sangat menarik adalah atraksi hiburan unik, yang selama puluhan tahun tidak hanya digemari Jepang namun juga tersohor di berbagai belahan dunia. Atraksi unik ini adalah Takarazuka Revue, (Jepang : 'Takarazuka Kagekidan' - 宝塚歌劇団), kelompok teater musikal legendaris yang semua anggotanya adalah perempuan. Takarazuka Revue lahir pada tahun 1914, dimana untuk pertama kali publik Jepang diperkenalkan dengan konsep "Revue", gaya teatrikal yang menggabungkan unsur musik dan tarian seperti yang sangat populer di panggung Broadway. Keunikan utama Takarazuka Revue terletak pada para pemain yang semuanya terdiri dari kaum hawa.  Seluruh peran yang dipentaskan di panggung dibawakan oleh pemain perempuan. Karena itu, setiap pemain yang direkrut sudah punya 'porsi' masing-masing, apakah memiliki spesialisasi peran otokoyaku (berperan sebagai laki-laki), atau musumeyaku (berperan sebagai perempuan). Para pemain otokoyaku harus merelakan rambutnya dipotong pendek, serta belajar berbicara, berjalan dan menggunakan bahasa tubuh lainnya seperti laki-laki.  Mereka terlihat sangat macho saat berakting di panggung, betul-betul hampir tidak bisa dibedakan dari laki-laki 'beneran'. Untuk bergabung menjadi anggota Takarazuka Revue ini tidak mudah.  Setiap tahun ribuan perempuan muda dari berbagai pelosok Jepang mendaftar untuk mengikuti audisi, tapi hanya sekitar 40-50 orang yang beruntung diterima untuk 'digodok' dalam pelajaran menari, menyanyi, dan berakting, di 'kawah candradimuka', Takarazuka Music School yang terkenal menerapkan disiplin ketat. Salah satu tokoh yang pernah mencicipi hari-hari di panggung gemerlap Takarazuka Revue ini adalah Miyuki Hatoyama, istri Yukio Hatoyama, Perdana Menteri Jepang saat ini. Para pemain dibagi menjadi 5 kelompok - Bunga (Hana), Bulan (Tsuki), Salju (Yuki), Bintang (Hoshi), dan Langit (Sora), dengan ciri dan fungsi masing-masing.  Ada yang merupakan gudang penyanyi-penyanyi terbaik dengan kemampuan musikalitas yang tinggi, ada yang khusus memerankan otokoyaku, ada pula yang merupakan spesialis peran-peran tradisional Jepang. Kisah-kisah yang dipentaskan sangat beragam, baik yang berasal dari legenda tradisional Jepang maupun diadaptasi dari cerita-cerita terkenal milik para penulis Barat dari berbagai periode seperti Charles Dickens, Leo Tolstoy, Ernest Hemingway, maupun Shakespeare (daftar cerita yang diadaptasi bisa dilihat di sini). Dalam sekali pementasan, penonton akan disuguhi dua cerita, biasanya kombinasi dari drama Jepang dan cerita Barat modern.  Saat pertama kali menonton beberapa tahun lalu, saya beruntung bisa menyaksikan keduanya sekaligus - setting musim semi di Jepang yang penuh taburan bunga sakura, plus drama ala Barat.  Tapi waktu nonton lagi, cerita yang dipentaskan keduanya ber-setting modern, tanpa sentuhan Jepang. [caption id="attachment_154663" align="aligncenter" width="500" caption="dok. pribadi"][/caption] [caption id="attachment_154666" align="aligncenter" width="500" caption="dok. pribadi"][/caption] [caption id="attachment_154667" align="aligncenter" width="500" caption="dok. pribadi"][/caption] Pentas Takarazuka Revue adalah panggung pertunjukan kolosal.  Ketrampilan para pemain dalam menampilkan tarian dan nyanyian, dipadukan dengan kostum-kostum mewah dan anggun, didukung tata panggung canggih dalam bentuk multi-stages yang setiap saat bisa berganti dalam sekejap, sungguh melahirkan tontonan yang memukau. Tidak heran, menurut data wikipedia, setiap tahun sekitar 2,5 juta orang datang untuk menyaksikan aksi panggung mereka. Takarazuka Revue pun telah melebarkan sayapnya dengan membuka cabang di ibukota Tokyo. Selain di Jepang, mereka pun telah melanglang buana menghibur publik di manca negara, dimulai dengan lawatan pertama ke Eropa tahun 1938, dilanjutkan antara lain ke Amerika Serikat, Kanada, dan Cina. [caption id="attachment_154668" align="aligncenter" width="500" caption="dok. pribadi"][/caption] [caption id="attachment_154671" align="aligncenter" width="500" caption="dok. pribadi"][/caption] Berikut video pertunjukan Takarazuka Revue yang diunduh dari youtube, masing-masing dengan kostum tradisional Jepang dan kostum modern. Catatan : Artikel terkait : Tentang Jepang (1): Sakura Tentang Jepang (2): Sampah Tentang Jepang (3): Sumo Modal Nekat Doang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun