Mohon tunggu...
Diana
Diana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang mempunyai hobi menulis!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kedudukan yang Mematikan bagi Seseorang yang Tertindas

22 Desember 2023   00:42 Diperbarui: 22 Desember 2023   00:59 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa yang tidak mengenal sosok sastrawan Indonesia yang satu ini? Keahliannya di bidang sastra sangat dikenal. Sejak muda Dr. Willibrordus Surendra Broto Narendra, S.S., M.A. atau kita kerap mengenalnya dengan sebutan W.S. Rendra sudah terjun dalam bidang sastra, seperti: menulis puisi, skenario drama, dan esai di berbagai media masa. Hingga kini W.S. Rendra dikenal sebagai penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater terkebangsaan Indonesia.

Salah satu karyanya yang fenomenal ialah puisi yang berjudul “Sajak Matahari” ditulis pada tanggal 5 Maret pada tahun 1976 di Yogyakarta dan dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern karya ini tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti angkatan 45-an, 60-an, atau 70-an, karena dalam karyanya ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.

Puisi “Sajak Matahari” yang satu ini memiliki makna dan isu dunia yang menjadi kesenjangan dalam sebuah tata kehidupan terutama dalam moral dan akhlak manusia, dimana kesenjangan sosial dalam suatu masyarakat tentunya di anggap suatu hal yang lumrah. Bukan hanya sebuah kesenjangan lagi, yang melainkan sudah masuk ke tahap merusak dunia. Puisi “Sajak Matahari” memperkenalkan kepada kita mengenai sebuah isu yang dapat kita telaah isi dan maknanya.

Puisi yang satu ini pun cukup memikat hati para pembaca yang memahami isi dan maknanya, bagaimana tidak? Fenomena yang hanya di pahami oleh segelintir orang kini semakin asing. Hanya orang-orang yang mempunyai rasa kemanusiaan yang dapat mengerti dan memahaminya. Bahkan yang berkuasa pun tutup mata pada fenomena ini, karena salah satu manfaatnya ialah menguntungkan diri pribadinya saja. Tak peduli pada orang-orang yang tertindas oleh keserakahannya, ia hanya tahu jika itu menguntungkannya dan membuatnya kesenangan dalam dunia.


Sajak Matahari

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.


Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin !

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !


Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.


Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia !


Dalam paragraf pertama kata “matahari” menjadi kata yang dominan. Kalimat “Matahari bangkit dari sanubariku” adalah sebuah simbol yang menunjukkan konsep pemahaman diri dan kebijaksanaan yang muncul dari dalam diri seseorang. Matahari juga mewakili kebenaran dan pembebasan kehidupan yang menyatakan bahwa matahari adalah bentuk yang memiliki identitas jiwa, yang dimana bahwa harapan, kebangkitan, kehidupan, tempat bertahan hidup ada pada simbol dari kata “matahari” tersebut. Tidak hanya itu, simbol “matahari” juga menunjukkan konsep pemahaman diri dan kebijaksanaan yang muncul dari dalam diri seseorang. Pada bait ke empat kalimat “menjadi pelangi di cakrawala” menjadi simbol harapan untuk lahirnya sebuah kebahagiaan. Dimana dalam lirik itu mengatakan adanya harapan indah mengenai dunia yang asri dan aman, sebuah ucapan yang keluar dan harapan yang tersirat menjadikan “Pelangi dan cakrawala” sebagai sebuah simbol.

Dalam kutipan paragraf kedua “kakimu terbenam di dalam lumpur. Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !” bermaknakan mengenai gambaran yang menyoroti isu ketidakadilan sosial yang sering di alami oleh masyarakat miskin yang sering tertindas oleh kaum-kaum masyarakat atas. Peristiwa ini sedang marak di dunia yang sudah mulai hancur karena keserakahan para penguasa atas yang terlalu memperalat masyarakat bawah dengan sebuah fasilitas. Salah satu bentuk contohnya adalah hutan-hutan yang kini sudah hilang berganti menjadi sebuah bangunan kokoh  namun cukup manghancurkan dunia dengan dampak yang berkepanjangan. Akan tetapi, mereka yang tertindas, mendapatkan apa? dibayar seberapa? tenaga yang tak main-main dibayar oleh upah yang main-main. Mereka hanya dimanfaatkan, diberikan iming-iming yang bahkan mereka tak tahu menahu dampaknya, bagi mereka yang tertindas hanya tahu cara untuk bertahan hidup saja.

Dalam paragraf ketiga terdapat kaliamat “tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar dunia” yang bermaknakan masyarakat bawah yang tertindas dan diperalat oleh para konglomerat yang mempunyai kuasa. Mereka serakah, tidak bermoral dan tidak beradab, mereka memberikan kesengsaraan demi sebuah kesenangan didunia. Bagai perlombaan kekuasaan, mereka membutakan diri. Namun, jika kekuasaan sendiri yang sudah bergerak, mereka rakyat tertindas bisa apa? apakah bisa gila?

Dalam paragraf terakhir terdapat kalimat “Matahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang Krishna. Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia !” yang memiliki makna bahwa tuhan yang menciptakan dunia merupakan sebuah rahmat bagi penghuninya. Jika sebagai manusia yang bijak dan pandai tentunya bermoral dan berakhlak akan sangat mengetahui bagaimana cara kita mengolah dunia tersebut agar bermanfaat bagi seksama dan menjadi rahmat pula untuk seksama. Namun jika sebaliknya, rahmat yang tuhan berikan akan menjadi sebuah kutukan jika manusia yang tak bermoral dan tak berakhlak yang mengolahnya. Intinya yang menjaga dan merusak adalah manusia itu sendiri, dampak baik maupun buruk akan manusia sendiri yang merasakannya.

Pada dasarnya setinggi apapun manusia berpendidikan seberapa besar pun kekuasaan, tak menjamin manusia itu memiliki moral dan akhlak yang baik. Sebuah pengetahuan dan kekuasaan akan tepat jika berada di tangan yang tepat pula. Jadilah manusia yang memiliki pengetahuan luas sehingga mampu memanfaatkan kehidupan dengan cara yang baik, utamakan moral dan akhlak sudah ada pada diri kita. Tidak perlu menjadi kaya agar dapat memanusiakan manusia, tapi jika memiliki sebuah kekuasaan maka jadilah pribadi yang dapat memanusiakan manusia. Bukan pilihan namun jadikanlah sebuah keharusan dimana kita adalah manusia yang sadar moral dan akhlak.

Ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat bawah mungkin karena adanya faktor keterbatasan dan minimnya pengetahuan. Namun, kita sebagai manusia yang tentunya memiliki pendidikan diharapkan untuk adanya kesadaran diri. Jangan jadikan sebuah kesenjangan, sesungguhnya berjasalah mereka jika berada di atas kaki sendiri, menanam tanaman sendiri dan menjadikan sebuah bahan pangan yang dapat dirasakan oleh semua orang. Tidak ada kekuasaan yang benar-benar kekuasaan jika kita para manusia saling menghargai dan bekerja sama, tidak ada kata “tertindas” untuk masyarakat bawah dan tidak kata “kedudukan besar” bagi para konglomerat.

Isu ini jarang disadari oleh dunia, namun fakta menunjukan yang sebenarnya. Belum ada cara ampuh untuk mengatasi kesenjangan ini, namun dapat dimulai dengan cara mempunyai moral dan akhlak yang baik. Permasalahan yang dianggap ringan namun berdampak besar pada kehidupan dunia tidak akan selesai jika masing-masing dari manusia itu sendiri menutup kesadaran.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang manusia yang mempunyai kekuasaan tidak boleh berbuat  serakah, jadilah manusia yang memiliki moral dan akhlak yang mampu menyayangi dunia dan dapat lebih memanusiakan manusia.

Sebagai masyarakat bawah yang tertindas beranilah berbicara dan melepaskan diri dari orang-orang yang tak mampu menghargai kita sendiri. Kita sebagai manusia mempunyai hak atas kita sendiri, sesungguhnya keserakahan merekalah yang membuat kesengsaraaan masyarakat bawah yang dimana para konglomerat merasa mempunyai sebuah kuasa sehingga mampu berbuat sewenang-wenangnya. Setiap manusia mempunyai hak dan wewenang dalam kehidupannya sendiri, maka dari itu pilihlah kehidupan yang saling memberikan manfaat. Tidak ada yang dapat mengubah kehidupan manusia, jika bukan dari manusia itu sendiri. Maka mulailah dengan jiwa yang memiliki moral, akhlak, dan adab.

Sayangilah alam dunia ini, hutan yang menjadi simbol paru-paru dunia harus dijaga keasriannya. Bahkan sekarang, paru-paru dunia itu sudah menjadi bangunan kokoh, matahari yang menjadi sumber kehidupan sudah mulai membakar dunia. Bagaimana bisa? ulah siapa? apakah oleh mereka para konglomerat? tidak-tidak, itu hanyalah ulah manusia yang tak memiliki moral dan akhlak. Apakah fakta? Benar, faktanya memang begitu, mereka hanya haus kekuasaan. Tidak ada manusia yang memiliki moral, akhlak, dan adab yang memiliki pemikiran seperti itu. Kecuali mereka sendiri yang membutakan kebenaran, lagi-lagi hanya untuk kekuasaan yang memenuhi jiwa dan pikiran mereka.

Terkadang tipu daya dunia membuat buta, walau mengetahui benar dan salah namun tidak dapat mengimplementasikannya secara benar akan sangat dirugikan. Seperti pemaknaan dalam puisi “Sajak Matahari” Karya W.S. Rendra memberikan sebuah makna tersirat bagi seorang pembaca, permainan simbol menjadikan ciri khas puisi tersebut. Menjadikan pelajaran dan pengajaran tentang kejamnya permainan dunia atas kekuasaan dan keserakahan. Pemahaman dan kepekaan dalam puisi ini sangat dibutuhkan, agar dapat dan mampu memahami isi dan maknanya. Tiap bait dari puisi ini sudah memberikan kesan simbolis dan pemaknaan, sehingga kesan sastra puitisnya sangat dapat.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun