Sebulan resmi menjadi warga ibukota Jakarta, sedikit membebani saya karena sebuah masalah dalam aksen bicara. Banyak orang bilang saya ini medok banget :) Dan tentu saja keadaan ini sering dijadikan olok-olok di kantor. Tapi saya bukan orang yang lantas berkecil hati . Buat saya punya aksen jawa yang sangat kental bisa dikatakan sebuah blessing in disguised. Saya jadi mudah dikenali. Dan keuntungannya, saya lebih cepat akrab dengan penjual-penjual kaki lima yang memang rata-rata pendatang dari Jawa. Biasanya saya menyelipkan kata-kata sederhana yang khas Jawa seperti Maturnuwun (terima kasih) dan Monggo (Permisi). Mungkin inilah salah satu alasan mengapa saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang agen Intelejen. Saya memang sangat hobi menonton sekuel film James Bond,tokoh fiksi agen rahasia yang diciptakan Ian Fleming. Dan sekali waktu saya membayangkan bagaimana saya yang medok ini harus terlibat dalam sebuah undercover atau penyamaran. Akan dengan sangat mudahnya musuh mengenali saya , from Java part of Indonesia :) Tapi ini hanya sekelumit catatan tentang hal yang selalu mengingatkan saya tentang kebanggan beraksen jawa. Saya tidak lalu latah ikut-ikutan ber-elu elu,gue-gue dan bersusah payah melatih aksen saya agar tidak kental lagi khas Jawa seperti yang dilakukan teman saya, demi sebuah kata GAUL. Saya bangga dengan identitas saya sebagai orang Jawa, bagian dari Indonesia. Dan gaul bagi saya bukan diukur dari bagaimana cara kita berbicara, apakah kita eksis dalam jejaring sosial dan seberapa seringnya kita nongkrong di cafe-cafe untuk hangout tapi seberapa berbobotnya isi dari seluruh keberadaan "eksis" dan pembicaraan kita. Gaul buat saya adalah pengetahuan dan wawasan yang luas. Knowledge is Power. Bangga sebagai orang Jawa adalah hal sederhana yang menunjukkan semangat nasionalisme saya sebagai individu yang mengaku berwarga negara Indonesia. Bukan hal yang muluk-muluk, karena saya sadar sampai hari ini saya belum berkiprah yang membawa harum nama Indonesia. Jangankan bermimpi menjadi duta bangsa sebagai salah satu anggota TOFI (Team Olimpiade Fisika Indonesia), jaman kuliah dulu IP saya pas-pas-an :) Bagi saya cukup lah kita ini bangga menunjukkan identitas kita yang justru menunjukkan betapa kayanya Indonesia dengan ke-bhineka-annya. Lingkungan rumah atau kantor bisa menjadi sebuah miniatur Indonesia. Dan agaknya aksen jawa yang kental ini sudah saya turunkan ke anak laki-laki saya. Karena saat menerima raport kelas toddler-nya, Ibu guru-nya mengatakan bahwa anak saya kemampuan berbahasanya bilingual, tapi bukan Indonesia - Inggris, melainkan Indonesia - Jawa . Memang buah selalu jatuh tak jauh dari pohonnya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H