Mohon tunggu...
Popy Indriana
Popy Indriana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Talkative outside, an introvert inside.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

30 Paspor di Kelas Sang Profesor (Buku 1)

13 November 2014   00:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.jombangsantanikhairen.com

[caption id="" align="alignleft" width="611" caption="www.jombangsantanikhairen.com"][/caption] Yang paling istimewa dari buku ini tentu saja pengantar yang dituliskan oleh Prof. Rhenald Kasali Phd. Saya selalu jatuh hati pada rangkaian kalimat yang beliau tulis. Selalu membangkitkan semangat perubahan dan bertumbuh. "Melepas Kodi Dan Mengajarkan Rajawali Terbang". Inilah judul untuk pengantar buku 30 Paspor Di Kelas Sang Profesor. Beruntung sekali para mahasiswa ini berkesempatan berguru dan belajar pada seorang tokoh perubahan. Cara memberikan tugas pun unik. Memberikan tenggat waktu 1.5 bulan untuk bepergian (jalan-jalan) ke luar negeri sendirian. Masing-masing mahasiwa harus pergi ke negara yang bukan serumpun dan harus berbeda tujuannya. Tujuan memberi tugas ini untuk mengaktifkan Self Driving, kemampuan untuk men-drive diri untuk menemukan pintu keluar dari kesulitan yang dihadapi. Inilah yang disebut sebagai kemampuan metakognisi. Ketika kita nyasar di wilayah baru yang asing,dan sendirian, kira-kira apa yang bisa kita lakukan. Otak kita akan aktif mencari solusi :) Itu yang saya bayangkan, dan membuat saya bergegas menyusun itinerary untuk melakukan hal yang sama sebagai bagian "kurikulum" pelajaran kehidupan saya :) Apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dari kesasar? Dalam pengantarnya, Prof. Rhenald mengutip filsafat Columbus (penemu benua Amerika) : "Kalau saya tak pernah mau kesasar, kalian tak akan pernah menemukan jalan baru (jalan penemuan Tanjung Harapan yang posisinya lebih dekat dengan India)". Kesasar sebenarnya sebuah metafora dari kesulitan hidup. Kita tahu sendiri, jutaan manusia Indonesia (termasuk saya) sangat takut menjelajahi dunia baru. Bepergian saja harus mencari teman, berlibur pun ke tempat yang sama. Padahal kesulitan hidup mampu mengubah karakter manusia menjadi lebih petarung. Laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang handal. Orang yang terperangkap dalam kenyamanan adalah cermin kemalasan berpikir. Dalam menggagas konsep paspor yang diwujudkan dalam tugas jalan-jalan ke luar negeri sendirian, ternyata bukanlah hal mudah bagi Prof. Rhenald Kasali dan tentu saja  mendapat banyak tantangan, seperti diadili teman sejawat, dimarahi orang tua, termasuk pengusulan gelar guru besar yang terhambat. Tetapi kesalahan yang ditumpahkan akhirnya berbuah manis ketika para "burung dara" ini akhirnya bertransformasi menjadi Rajawali melalui pengalaman perjalanan ini. Buku ini sendiri disusun oleh salah seorang mahasiswanya,yang bernama  J.S Khairen. Berisi kumpulan reportase perjalanan 30 mahasiswa di kelas Pemasaran Internasional (kelas asuhan Prof. Rhenald Kasali), yang terbagi menjadi dua sekuel. Saya baru membaca buku pertama yang berisi 17 reportase. Itu berarti 13 sisanya seharusnya ada di buku kedua. Kalau boleh jujur, isi bukunya sendiri justru tidak sesuai ekspektasi saya, walaupun beberapa kisah perjalanan cukup memberi nilai yang diharapkan. Tujuan tugas jalan -jalan ini seharusnya tak sekedar reportase perjalanan dan urusan bagaimana menaklukkan rasa takut jika kesasar sendirian di negeri orang. Namun seharusnya juga jerih payah bagaimana para mahasiswa ini mendapatkan dana untuk bisa berangkat. Dalam artikel Paspor yang pernah Prof. Rhenald tulis, pertanyaan mahasiswa pertama kali ketika diberi tugas ini adalah "Uang untuk beli tiketnya darimana"? Dan beliau mengatakan, hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup atau misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Nyatanya dari 17 cerita yang ada disini hanya dua orang yang menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan dana dan dengan jerih payah sendiri. Salah satunya melalui sponsorship. Ide yang cerdas. Dari semua mahasiswa disini saya juga sudah bisa menilai, siapa-siapa yang sudah mempunyai self driving. Karena beberapa justru hanya sekedar pelancong penggembira, atau bahkan manja :) Satu cerita yang mencuri perhatian saya adalah The Land Of Ice and Fire. Dari pilihan negaranya, alasan mengunjungi, kesulitan awal yang dihadapi, sampai gaya bertutur, Islandia ini adalah the best story. Dan cukuplah bagi saya membaca sekuel pertamanya saja tetapi tetap recommended untuk dibaca, karena nilai pesan yang dituturkan Prof. Rhenald Kasali sangat sayang jika dilewatkan. Selamat Membaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun