Mohon tunggu...
Yusuf Kusuma Eduardus
Yusuf Kusuma Eduardus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ketua Komisi Komunikasi Sosial Kevikepan Kedu

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dua Puluh Tahun Telah Berlalu

13 Agustus 2013   12:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:22 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang mesti aku lakukan ketika berhadapan dengan lebih 200 orang pengungsi Vietnam di pulau Galang yang saat itu protes menolak dikembalikan ke negaranya ? Sebagai perempuan Jawa yang berada di bawah bendera ‘United Nation’ tak banyak yang bisa kuperbuat untuk berdialog dengan bahasa mereka. Hanya sepenggal-sepenggal yang bisa kutangkap dari pembicaraan diantara mereka. Seorang pemuda mencoba menerobos hingga berdiri persis dihadapanku. Dengan dua bilah pisau ditangan kanan kirinya ia mencoba memberi alasan atas penolakannya. Aku mencoba tegar dengan menyelempangkan tas yang berisi laptop kedepan dadaku sambil berjaga kalau-kalau kedua pisau ditusukan kearahku. Tak kuduga ternyata kedua pisau itu ia tusukan kedadanya sendiri. Dan seketika itu ia jatuh tersungkur persis dihadapanku. Aku meminta stafku untuk menghubungi rumah sakit dan aparat keamanan setempat. Dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Vietnam oleh stafku aku meminta para pengungsi lain yang mengerubungi untuk kembali kebarak mereka masing-masing daripada ditangkap oleh aparat dan dimasukan kedalam sel. ‘Tinggalkan orang ini sekarang dan biarlah bersama saya disini !’.

Salatiga Selasa pagi itu (21 Mei 2013) terasa cukup dingin. ‘Semribit’ angin yang menerobos dari pintu depan hotel terasa hingga ke ruang lobi tempat kita berdua mengawali kehidupan pagi itu. Kisah dramatis menjadi cerita awal dipertemuan kembali setelah lewat 20 tahun berlalu. Waktu memang telah merubah kehidupan kita masing-masing, namun kerinduan-kerinduan masa itu seringkali melumerkan kebekuan usia. Bicaramu masih seperti dulu, bahkan jiwamupun juga masih aku kenali persis lewat senyum, dan wajahmu. Ajakanmu untuk sejenak menikmati malam dengan semangkok wedang ronde jago, yang katamu khas Salatiga dengan aroma jeruk tak sempat aku sanggupi. Dan ternyata pagi inipun aku juga belum bisa menikmati semangkok soto ayam di warung sebelah hotel itu, bersamamu…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun