Negara Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap terjadinya bencana. Menurut data dari The World Risk Index tahun 2019 yang disampaikan oleh Direktur Barang Milik Negara (BMN) DJKN Encep Sudarwan dalam sebuah talkshow,  Indonesia berada di peringkat 37 dari 180 negara yang paling rentan terjadi bencana (Berita DJKN Kemenkeu, 2024). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia menyatakan bahwa "Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.". Bencana dapat menyebabkan berbagai terhadap kehidupan manusia. Bencana alam yang terjadi dalam skala besar dapat memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat yang terdampak (Lazzaroni & Bergeijk, 2014). Bencana dapat menyebabkan berbagai dampak berupa kerugian material, adanya korban jiwa, dan menyebabkan terjadinya trauma pada korban (Putra, 2017). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa bencana berdampak pada kesehatan mental korban. Untuk memulihkan mental salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan sosial. Dukungan  sosial dapat membantu individu yang mengalami bencana agar dapat  melakukan evaluasi dari peristiwa untuk mengatasi stres dan juga terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan (Cohen & Wills, 1985). Oleh karena itu, penulis percaya bahwa dukungan sosial ini dapat menjadi faktor yang dapat membantu menangani kesehatan mental korban pasca bencana.
     Dukungan sosial merupakan umpan balik dan informasi yang diberikan oleh orang lain untuk menunjukan bahwa seseorang itu dicintai, dihargai, diperhatikan, dihormati, dan juga dilibatkan dalam suatu komunikasi serta kewajiban yang timbal balik (Taylor, 2012). Dukungan sosial ini mengacu pada bagaimana rasa nyaman, penghargaan, perhatian, dan juga bantuan yang diterima oleh individu atau oleh kelompok (Sarfino, 2008). Dukungan sosial dapat berasal dapat berasal dari orang penting yang dekat dengan individu, contohnya adalah  teman, guru, dan keluarga (Muthmainah, 2022). Dukungan sosial ini sendiri terdapat beberapa jenis, yaitu dukungan emosional atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan informasional, dan juga dukungan pertemanan (Sarafino, 2008). Terdapat pendapat lain terkait dukungan sosial ini, yakni pendapat Taylor (2012) yang menyatakan bahwa jenis dukungan sosial ada bantuan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional. Dukungan sosial in menjadi salah satu faktor yang dapat membantu menangani kesehatan mental korban pasca bencana karena memiliki beberapa sebab.
      Dukungan sosial dapat membantu meringankan tekanan yang dialami oleh korban karena mengalami kehilangan dan masa berduka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Dar dan kawan-kawan (2018) bahwa apabila dukungan yang didapatkan dari keluarga atau teman korban yang mengalami kehilangan  rendah dapat memberatkan depresi yang diakibatkan oleh bencana, sedangkan korban yang mendapatkan dukungan sosial dapat membantu untuk meringankan tekanan yang dialami korban bencana baik tekanan secara fisik maupun psikologi. Penelitian lain juga mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kehilangan dan juga berduka pada korban bencana (Mujahidah & Suwarningsih, 2021). Hal ini membuktikan bahwa dukungan sosial ini dapat membantu korban bencana yang mengalami kehilangan dan masa berduka agar meringankan tekanan.Â
     Dukungan sosial dapat membantu meredam dampak peristiwa traumatis yang dialami korban bencana dan gejala gangguan kesehatan mental.  Hal ini dikarenakan dukungan sosial memediasi hubungan antara pengalaman bencana alam dan depresi (Kaniasty & Norris, 1993). Selain itu, dukungan sosial memoderasi hubungan antara paparan trauma dan hasil kesehatan mental seperti PTSD dan gejala depresi (Arnberg dkk, 2012). Dukungan sosial merupakan faktor perlindungan yang diketahui berhubungan negatif dengan PTSD dan depresi pada orang dewasa yang terpapar peristiwa traumatis, termasuk bencana alam (Tracy dkk, 2014). Dukungan sosial juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan pasca trauma dimana dukungan sosial dapat stres yang memiliki peran penunjang dalam proses pertumbuhan trauma (Harsono dkk, 2021). Dukungan sosial dapat mengurangi risiko gangguan stres pascatrauma (PTSD). Studi pada korban bencana tanah longsor di Sukabumi menemukan hubungan signifikan antara dukungan sosial dan penurunan gejala PTSD (Rahmanishati dkk, 2021). Selain itu, dukungan sosial berperan dalam meningkatkan resiliensi psikologis. Individu yang menerima dukungan cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi stres pascatrauma (Andarmoyo, 2024). Terapi suportif kelompok, sebagai bentuk dukungan sosial terstruktur, efektif dalam mengurangi kecemasan pada korban bencana. Studi di Jember menunjukkan terapi ini menurunkan tingkat kecemasan pada penyintas banjir bandang (Nurcahyani dkk, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dukungan sosial dapat berdampak ke bagaimana kondisi terkait gejala gangguan psikologi pada korban.
      Pada wanita dukungan sosial sangat membantu untuk menghadapi bencana yang mereka alami. Pada penelitian yang dilakukan Lowe (2016), wanita yang menjadi korban bencana dan mendapatkan dukungan sosial yang minim memiliki kecenderungan untuk mengalami dan juga merasakan tekanan secara psikologis lebih berat apabila dibandingkan dengan wanita yang mendapatkan dukungan sosial yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian yang dilakukan pada wanita hamil di Cina didapatkan bahwa terdapat dampak positif yang dirasakan oleh korban bencana untuk pemulihan trauma (Ren dkk, 2015). Dengan adanya dukungan sosial ini dapat membantu korban bencana untuk memilih dan juga mengadopsi untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih positif serta membantu untuk menurunkan angka depresi pasca bencana (Ren dkk, 2015). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial ini menjadi salah satu faktor yang penting bagi wanita dalam menghadapi segala hal pasca bencana.
     Dukungan sosial memiliki peran dalam membantu korban bencana melalui penyediaan informasi dan solusi praktis. Dalam situasi bencana, akses terhadap informasi yang tepat waktu dan akurat dapat menentukan kemampuan individu dan komunitas untuk bertahan dan pulih. Aspek dukungan sosial ini sering mencakup arahan terkait prosedur evakuasi, tempat tinggal sementara, akses bantuan medis, serta sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dasar. Menurut House (1981), dukungan informasi adalah salah satu jenis utama dukungan sosial yang membantu individu memahami situasi dan mengambil keputusan. Dalam konteks pasca bencana, informasi ini sering disalurkan melalui keluarga, teman, tetangga, dan lembaga bantuan. Misalnya, dalam bencana banjir, komunitas lokal dapat saling berbagi informasi tentang lokasi tempat penampungan dan layanan darurat yang tersedia. Informasi yang disampaikan dengan cepat dan efektif membantu meminimalkan risiko bahaya tambahan bagi korban. Dukungan sosial juga memberikan solusi praktis melalui bantuan langsung dari jaringan sosial korban. Misalnya, anggota keluarga atau teman dapat membantu menemukan tempat tinggal sementara atau memberikan dukungan materi seperti pakaian dan makanan. Selain itu, komunitas dapat mengorganisir kegiatan untuk membantu korban mengakses layanan penting seperti konseling trauma atau program bantuan finansial. Efektivitas dukungan sosial dalam memberikan informasi dan solusi tergantung pada hubungan interpersonal yang solid dan kepercayaan dalam komunitas. Seperti yang dikemukakan oleh Norris dan kawan-kawan (2002), dukungan sosial meningkatkan kemampuan adaptasi dan mempererat kohesi sosial, yang menjadi elemen penting dalam keberhasilan pemulihan jangka panjang. Dengan demikian, keberadaan dukungan informasi dan solusi yang memadai menjadi landasan penting untuk mempercepat proses adaptasi individu dan komunitas terhadap dampak bencana.
   Dukungan sosial juga berdampak pada resiliensi dari korban bencana. Berdasarkan hasil temuan dari Cassarino-Perez dan Dalbosco Dell'Aglio (2015), terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada tingkat resiliensi individu, yakni dukungan keluarga, strategi koping, dan juga optimisme yang dimiliki individu. Dengan memiliki resiliensi ini para korban dari bencana mampu untuk melawan masalah yang dialami (Reivich & Shatte, 2002). Selain itu, resiliensi ini juga dapat membantu untuk melindungi individu dari pengaruh yang negatif (Lestari 2007). Individu penyintas bencana dapat dikatakan resilien apabila dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam hidupnya (Aprilia, 2003). Resiliensi ini sendiri memiliki dua faktor, yaitu faktor internal dan juga faktor internal. Faktor internal ini merupakan faktor yang memang berasal dari dalam dirinya sendiri dan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu yakni dukungan sosial (Mawarpury & Mirza, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mo dan kawan-kawan (2014), dukungan sosial ini memiliki hubungan yang positif terhadap resiliensi. Dukungan sosial ini dapat meningkatkan resiliensi dari individu ketika mengalami masa yang sulit atau mengalami tekanan dalam kehidupan sehingga individu mampu untuk bangkit kembali (Wang dkk, 2017). Dukungan sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan resiliensi individu yang terdampak bencana alam. Berbagai bentuk dukungan, seperti emosional, instrumental, informasi, dan penghargaan, terbukti membantu penyintas dalam menghadapi tekanan pascabencana. Penelitian di Kelurahan Taas, Manado, menunjukkan adanya hubungan signifikan antara sikap dukungan sosial dengan tingkat resiliensi stres penyintas banjir. Dukungan emosional, penghargaan, dan informasi memiliki korelasi positif dengan resiliensi, sementara dukungan instrumental tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (Tampi dkk, 2013). Selain itu, penelitian di Gunung Kidul, Yogyakarta, menunjukkan bahwa dukungan sosial dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan komunitas dapat membentuk resiliensi pada anak-anak di wilayah perbukitan. Interaksi yang intens dan berkesinambungan, didukung oleh kondisi geografis dan budaya setempat, memperkuat resiliensi anak (Muthmaina, 2022). Secara keseluruhan, berbagai bentuk dukungan sosial berperan penting dalam membangun dan memperkuat resiliensi individu serta komunitas dalam menghadapi bencana. Keterlibatan aktif dari keluarga, komunitas, dan lembaga terkait dalam memberikan dukungan dapat membantu penyintas pulih dan beradaptasi lebih baik pascabencana.
   Dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting yang menjadi pendukung dalam pemulihan kesehatan mental pasca bencana. Seperti yang telah dijabarkan bahwa terdapat beberapa peran dari dukungan sosial ini, yakni membantu mengurangi tekanan yang dialami akibat kehilangan dan berduka, membantu mengatasi kejadian traumatis serta gejala dan stres yang dialami penyintas bencana, pada wanita yang diketahui termasuk ke kelompok rentan dapat membantu untuk menghadapi bencana, dapat menjadi penyedia informasi bagi penyintas, dan dukungan sosial juga dapat berdampak terhadap resiliensi penyintas bencana. Dengan banyaknya peran dari dukungan sosial ini, diharapkan untuk semuanya agar dapat memberikan dukungan sosial dalam menghadapi bencana mengingat negara Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana alam.
SUMBER:
Andarmoyo, S. (2024). Hubungan dukungan sosial terhadap resiliensi psikologis pada individu yang mengalami stres pasca-trauma. Jurnal Psikologi dan Konseling West Science, 2(3), 193-201.https://doi.org/10.58812/jpkws.v2i03.1610Â
Aprilia, W. (2013). Resiliensi dan dukungan sosial pada orang tua tunggal (studi kasus pada ibu tunggal di Samarinda). Jurnal Psikologi, 1(3), 268--279.